Oleh : Bambang Indriyanto
Masikah hatimu merah putih saudaraku ?
Masikah ragamu garuda saudaraku ?
Masihkah ibu pertiwi ibumu saudaraku ?
Masihkah ?
Sebab kita mulai mau makan bangkai saudara sendiri
Sebab kita mulai memetak tanah sendiri
Sebab kita mulai membedakan bentuk hidung kita sendiri-sendiri
Serta memejamkan mata dan menutup telinga
Pada satwa yang menggelepar
Pada hutan yang merintih memar dan sungai yang tercemar polusi
Oleh tangan-tangan industri
Juga tangis balita lapar yang kekurangan gizi
Serta anak-anak jalanan yang mulai bermain api
Kadang kita kurang peka
Pada orang-orang papa
Ataupun orang-orang yang terkoyak hak keberadaannya
Kita telah lupa semuanya
Karena kita sibuk bermain warna
Dan lomba retorika.
Barangkali kita telah alpa, pada janji yang disepakati
Membangun jembatan untuk menyeberangkan cita-cita
Menggantung asa dalam kebersamaan rasa
Berbagi hati, berbagi roti
Adakah waktu masih kita miliki untuk memilin tali
Guna mengikat sapu lidi saudaraku ?
Agar bumi yang kita pijak
Bersih dari batu kericak, kerikil dan onak
Adakah kita masih memiliki rasa
Untuk berbagi rasa dan asa
Dalam ketidak berdayaan ?
Batang, 24 Desember 1999
(Antologi Puisi Kiara I, Juni 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar