Selasa, 23 Maret 2010

SMK FARMASI AL SYA’IRIYAH LIMPUNG TAWARKAN BEKAL BERWIRAUSAHA


“Berbekal dengan kerja keras, menjaga tradisi kebersamaan dan profesionalitas dalam bekerja, insya Allah ke depan SMK Farmasi Al-Sya’iriyah Limpung, tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Dan sebagai pendatang baru didunia pendidikan khususnya diKaresidenan Pekalongan, kami sadar banyak yang harus diperbaiki”, tutur Nasrudin Azis, dengan ramah kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, saat ditemui diruangannya.
Lebih lanjut Azis mengatakan, Dengan motto ; Cinta Allah, sayang sesama, professional mengabdi untuk bangsa, dirinya yakin, akan banyak yang diperoleh bersama dikampus hijau ini.
Beralamat di Jl. Raya Limpung - Tersono Km. 15 Plumbon – Limpung, SMK Farmasi Al-Sya’iriyah yang baru didirikan pada tahun 2007 ini, dibawah naungan Yayasan Al-Sya’iriyah, mempunyai alasan tersendiri dalam mendirikan sekolah satu-satunya di Karesidenan Pekalongan ini. “Saat ini SMK punya nilai tawar di masyarakat, dan khususnya diwilayah Limpung, Gringsing, Bawang, Tersono belum ada. Apalagi ilmu Farmasi sudah seharusnya memasyarakat, dan juga bisa digunakan sebagai bekal wira usaha. Bila tidak bisa mengkuliahkan anaknya, untuk itu kami tawarkan sekolah yang bisa memberikan jawaban untuk dunia kerja”, imbuh pria pesenyum ini.
“Tentunya, untuk tenaga pendidik, kami berusaha untuk menyesuaikan, dan teman-teman pengajar yang serumpun dengan pendidikan yang dimiliki, seperti adanya pendidik lulusan farmasi dan apoteker. Bahkan kami telah bekerjasama dengan perushaan-perusahaan farmasi yang ada di Jawa Tengah, sebagai pelengkap pendidikan Marketing farmasi, karena ada beberapa Program keahlian Penjualan Marketing farmasi, yakni Dasar Kompetensi Kejuruan, Farmakologi, Ilmu Farmasetika, Ilmu Resep, P3K, Farmasi Klinik, Etika atau Perilaku, dan Muatan Pesantren”, tuturnya.
Untuk menyiasati membludaknya siswa pada ajaran baru tahun depan, pihaknyapun tengah mempersiapkan 2 kelas lagi, karena sesuai prediksinya, untuk tahun depan akan membludak. Bantuan dari Pemerintah Provinsi, yang diterimanya berupa Ingub 2 Lokal Kelas, dikembanghkan menjadi 3 lokal. Dan diakui Kepala Sekolah, partisipasi masyarakat sangat bagus, terutama perhatian pembelajaran kepada anak-anaknya. “Perkembangan pendidikan harus berimbang, bantuan swakelola sangat bermanfaat, asal dikerjakan secara transparent”, imbuhnya.
.“Yang pasti, kami juga berharap banyak kepada Pemda, kendati sudah didorong oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Batang sendiri, hendaknya bantuan yang menyangkut pengembangan sekolah, untuk sekolah swasta diberikan akses. Karena menurut kami, daripada diberi bantuan lebih baik diberikan akses. Karena dengan banyak akses, bisa banyak pula bantuan yang akan didapat. Dan kami mengakui, sekarang Dinas sudah tidak terlalu kaku, banyak melakukan monitoring ke sekolah-sekolah swasta”, pungkasnya.(Tim)

SMA WAHID HASYIM TERSONO BUDAYAKAN DISIPLIN MENUJU SUKSES


Di bawah naungan Yayasan Ma’arif, SMA Wahid Hasyim Tersono, yang telah terakreditasi B, berdasar Keputusan Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Provinsi Jawa Tengah dengan nomor : 018/BASPROV/TU/I/2006, dengan jurusan program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertekad untuk selangkah lebih maju.
Hal ini disampaikan Kepala Sekolah, Drs. Samsudi, kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, beberapa waktu lalu. Komitmen untuk lebih maju ini, telah dibuktikan dengan adanya usaha untuk pengembangan sekolah, dengan perluasan area, dengan membeli lahan dengan total rupiah 105 Juta. “Selain usaha pengembangan sekolah dan perluasan wilayah, dalam rangka kemajuan sekolah dan meningkatkan potensi siswa, SMA Wahid Hasyim juga telah dilengkapi dengan sarana prasarana yang cukup memadai, seperti adanya Laboratorium Kimia, Ketrampilan dan Komputer, bahkan untuk komputerisasi sudah lama diterapkan”, tutur Samsudi yang sejak tahun 1990 dipercaya memimpin sekolah ini.
Kemajuan dan perkembangan dari SMA Wahid Hasyim Tersono yang berdiri sejak tahun 1990, dan telah meluluskan siswa dengan prosentase 100% sejak 1997 serta Alumni SMA Wahid Hasyim Tersono banyak diterima di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta, seperti STAN, UNNES, IAIN, STAIN ini, tentunya tak lepas dari kegigihan Yayasan maupun Pihak Sekolah, dalam hal ini Kepala sekolah beserta jajarannya, dalam mencari pendanaan. “Kami menyadari, bahwa siswa yang bersekolah disini, 90% diantaranya adalah dari keluarga “elit” alias ekonomi sulit, untuk itu, kami berusaha semaksimal mungkin memberikan keringanan kepada mereka, dan kita sekuat tenaga mencari terobosan-terobosan dana dari peran serta Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), guna mengembangkan sekolah”, imbuhnya.
Disamping itu, SMA Wahid Hasyim Tersono juga telah menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) serta lembaga ketrampilan yang bersertifikat bonafide, dan memberikan Beasiswa bagi siswa-siswi berprestasi. “Untuk memacu siswa, kami mengadakan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, Olahraga dan untuk ketrampilan, kami adakan Komputer, Elektro serta menjahit, dan untuk prestasi, siswa-siswi sudah tercatat sebagai Juara I bola Volly Putra dan Putri dan Juara I lari 400 dan 1000 meter putra, serta Juara I Tolak Peluru tingkat SLTA se- Kabupaten Batang, dan dibidang atletik, hingga dikirim mewakili ke tingkat Provinsi dan meraih juara III”, tuturnya bangga.
Diakui Drs. Samsudi, bahwa perhatian Pemerintah kepada sekolah Swasta saat ini sudah bagus, terbukti dengan banyaknya bantuan yang mengalir ke sekolahnya yang notabene swasta. Dan diharapkan, usaha pemerintah untuk memajukan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, untuk dipertahankan, maupun ditingkatkan. Dan dirinya berharap kepada jajaran dan anak didiknya, serta penggantinya, pada saat dirinya nanti pindah ke SMA Negeri 1 Bawang menjadi tenaga pendidik disana, diharapkan budaya disiplin di SMA Wahid Hasyim Tersono, agar selalu diterapkan, karena menurutnya, hanya dengan disiplin semuanya bisa teraih, pungkasnya. (Tim)

Suparno, S.Pd, MSi : “PENDIDIKAN NON FORMAL JUGA HARUS DAPAT PERHATIAN”


Untuk menuntaskan Wajardikdas 9 tahun, jangan hanya dilakukan pendataan saja, melainkan, perlu adanya gerakan atau penanganan yang maksimal dan menyeluruh, serta diperlukan keterlibatan dan peranan dari stake holder atau dinas terkait. Demikian yang disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Wonotunggal, Suparno, S.Pd, MSi, kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, beberapa waktu yang lalu.
Lebih lanjut, Suparno mengatakan, untuk itu, diperlukan tim yang solid, dalam suatu wadah. “Di Kecamatan Wonotunggal ini, telah ada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Jaya Bhakti. PKBM ini menjadi pusat kegiatan pendidikan luar sekolah, dan disana (PKBM - red) terdapat sarjana-sarjana yang menganggur, dan kita tarik untuk mengelola dan menjadi tutor-tutor program Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yang terdiri dari Paket A, B dan C”, tuturnya.
Diakui Suparno, bahwa di Kecamatan wonotunggal, banyak sekali anak-anak usia sekolah yang lulus Sekolah Dasar, tidak melanjutkan kejenjang selanjutnya, dan setelah adanya kelompok belajar ini, tanggapan dan minat masyarakat sangat baik sekali. Terbukti, di bawah naungan PKBM Jaya Bhakti ini, sudah ada 75 kelompok Keaksaraan Fungsional (KF), 2 Kelompok Paket A, 11 Kelompok Paket B, 4 Kelompok Paket C dan 10 Kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang tersebar di 16 Desa di Kecamatan Wonotunggal.
Untuk itu, Suparno yang juga pemprakarsa Ikatan Penilik Indonesia ini berharap, agar perhatian Pemda kepada dunia pendidikan yang sedianya sudah bagus, untuk lebih ditingkatkan lagi, khususnya untuk pendidikan luar sekolah, mengingat, pendidikan tidak hanya dilakukan disekolah saja. “Yang formal mendapat perhatian, yang non formal juga harus”, harapnya tegas. (Tim)

SMA NEGERI 1 GRINGSING IDAMKAN MUSHOLLA SEKOLAH

Pembangunan Mushola yang terhenti hanya sampai pondasi (Dok. Foto. Trie)

Keinginan untuk memiliki tempat ibadah dilingkungan sekolah, guna menciptakan warga sekolah yang beriman dan taat beribadah, nampaknya harus tertunda, dikarenakan, pembangunan musholla yang sudah mencapai pondasi ini, anggarannya masih belum tercukupi. Hal ini disampaikan Kepala SMA Negeri 1 Gringsing, Untung, S.Pd, melalui Humas, Much. Ikhsan, S.Pd, kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Ikhsan mengatakan, bahwa anggaran pembangunan Musholla ini, diambil dari swadaya warga sekolah, melalui kegiatan Jum’at Amal. “Kami melatih seluruh warga sekolah, baik Guru, Karyawan dan seluruh siswa, untuk bisa beramal, menuju jalan kebaikan. Salah satunya, dengan pendirian Musholla dilingkungan sekolah”, tuturnya.
Diakui pihak sekolah, bahwa peran serta masyarakat terhadap Sekolah yang baru dibangun tahun 2003, dan telah meluluskan siswanya sebanyak 2 kali dengan jumlah kelulusan 99 % ini, sangat bagus. Namun pihak sekolah saat ini mengaku masih memiliki beberapa kendala, diantaranya kekurangan sarana prasarana sekolah, dan sulitnya transportasi. “Kendala yang kami hadapi adalah sulitnya sarana transportasi menuju sekolah. Angkutan yang menuju ke sekolah hanya dengan sistem antar jemput pada saat jam sekolah saja, dikarenakan tidak adanya rute”, imbuhnya.
Ikhsan berharap, kendala yang dihadapi sekolah ini, hendaknya mendapat perhatian dari Pemerintah daerah, dan dicarikan solusinya. “Harapan kami, kendala dan kekurangan sekolah, hendaknya ada perhatian. Dan yang paling penting, adalah sarana transportasi, karena bila ada jam tambahan maupun ekstra kurikuler, warga sekolah yang tidak memiliki kendaraan pribadi, kesulitan menuju kejalan raya, karena letaknya yang sangat jauh”, pungkasnya.(Tim)

Drs. Herry Soemiarto “Minimal kita sama dengan SMA 1 Batang”


"Terwujudnya lulusan yang menguasai IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Tekhnologi dan Seni), dan IMTAQ (Keimanan dan Ketaqwaan) berpijak pada budaya bangsa". adalah Visi dari SMA Negeri 1 Subah. Untuk mewujudkan visi sekolah ini, Drs. Herry Soemiarto, yang sejak Juni 2007 lalu dipecaya menjadi Kepala Sekolah di SMA ini, telah berkomitmen dengan menerapkan program budaya Tertib.
Seperti yang dituturkan kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, beberapa waktu lalu diruang kerjanya. Drs. Herry Soemiarto mengatakan. "Bersama dengan Bapak Ibu Guru, Kami telah berkomitmen untuk lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya, minimal prestasinya bisa sama dengan SMA Negeri 1 Batang, adapun kiat-kiat untuk menuju kemajuan prestasi, adalah dengan membudayakan ketertiban disegala bidang, diantaranya Tertib Kegiatan Belajar Mengajar, maupun Tertib Administrasi", katanya.
Sekolah dengan 824 siswa, yang terbagi menjadi 20 rombongan belajar ini, untuk tahun ajaran lalu, prosentase kelulusannya hampir 100%, karena hanya 1 siswa yang tidak lulus. Diakui Herry, bahwa untuk lebih maju, selain adanya komitmen bersama, juga perlunya kelengkapan sarana prasaran sekolah, guna menunjang pembelajaran.
“Untuk menuju peningkatan mutu, sarana prasarana memang masih kurang, diantaranya laboratorium bahasa, dan masih banyak kebutuhan yang belum terpenuhi. Kami berharap, agar diupayakan untuk mendapatkan bantuan. Dan mudah-mudahan bantuan yang turun ke sekolah untuk bisa bergantian, agar merata”, ungkap Herry. (Tim)

SD NEGERI KALISALAK 02 LIMPUNG 1 RUANG DI SKAT, MURID TIDAK BISA KONSENTRASI


Sejak direlokasi dari tengah persawahan atau lokasi sebelumnya pada tahun 2002, SD Negeri 2 Kalisalak, Kecamatan Limpung mengaku, mengalami kendala dalam proses belajar mengajar. Karena relokasi yang dilakukan, mengalami penurunan jumlah ruang kelas. Yang tadinya 6 kelas, direlokasi menjadi 3 kelas.
Kepala sekolah, Sri Asharinah, S.Pd, yang didampingi jajarannya kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang mengatakan, untuk mengatasi kekurangan lokal kelas, karena ada 6 rombongan belajar dan hanya ada 3 ruang kelas, 1 ruang di skat untuk dijadikan 2 ruang kelas, dan hal ini membuat anak-anak tidak konsentrasi dalam belajar. “Padahal sejak direlokasi kesini, siswa kami mulai bertambah hingga 87 siswa, karena lokasinya yang strategis. Sehingga diperlukan 1 unit dengan 3 lokal lagi. Dan untuk lahan sudah ada. Bahkan kami sudah berusaha membuat proposal, namun belum ada tanggapan”, tuturnya.
Karena lokasi sekolah yang terpojok dan terbelakang, kadang administrasi surat menyurat kedinasan mengalami keterlambatan. Namun warga sekolah mengaku tidak berkecil hati, malah termotivasi. Terbukti, beberapa perlombaan, SD Negeri 2 Kalisalak selalu mewakili tingkat Kecamatan ke tingkat Kabupaten maupun Karesidenan, seperti Juara I seni Lukis tingkat kecamatan tahun 2007, Juara I Kaligrafi dan Qiro’, Juara II Kaligrafi - Mapsi Kabupaten dan Juara II Mocopat tingkat Karesidenan.(Tim)

SD Negeri 01 Gringsing Bak Buah Durian

Sugihardjo, AmaPd

Buah durian, nampaknya pas untuk mengibaratkan sebuah sekolah dasar yang ada di Kecamatan Gringsing ini. Dari bangunan yang sudah berumur hampir 100 tahun ini, yang berdiri sejak tahun 1912, ternyata banyak sekali prestasi-prestasi siswa yang tercetak disekolah ini. Bahkan, kendati dalam 1 Desa ada 3 SD dan 1 MI, namun karena melihat mutu, banyak yang masuk ke SD ini, dan hingga dari Desa lain.
Kepala Sekolah, Sugihardjo, AmaPd, ketika ditemui tim Liputan Jurnal Pendidikan mengatakan, untuk urusan prestasi, SD Negeri 01 Gringsing selalu unjuk Gigi ditingkat kecamatan, tingkat Kabupaten, dan tingkat Karesidenan selalu masuk. Bahkan banyak yang sampai ke tingkat Provinsi. “Prestasi andalan sekolah kami adalah Tenis Meja dan Seni Tari”, tuturnya.
Sekolah yang sudah terakreditasi B dengan total siswa 206 anak ini mengaku, partisipasi masyarakat sangat bagus mengenai pendidikan. “Kami sangat setuju dengan adanya Komite sekolah, karena bisa membantu mengadakan sarana prasarana sekolah, dan disekolah kami, peran komite sekolah sangat berperan, terbukti dengan adanya 1unit Komputer, yang rencananya akan dijadikan program mulok”, terangnya.
“Kendala kami adalah, sebagai SD Inti, sekolah kami dijadikan tempat kegiatan-kegiatan SD Imbas, namun sarana tidak medukung, yang antara lain gedung KKG belum ada. Dan untuk peningkatan mutu, sarana prasarana yang lain juga masih sangat diperlukan, yang diantaranya gedung Perpustakaan, mebeler yang masih kurang dan masih banyak yang peninggalan kuno, ruang kelas belum ideal, ukuran 5X7 dan 6X7 padahal idealnya 7X7. dan selama ini untuk permohonan rehabilitasi sudah diajukan, namun belum ada tanggapan”, pungkasnya.(Tim)
Gedung Peninggalan Jaman Belanda yang memerlukan sentuhan rehabilitasi. (Foto:Trie)
Mbeler Peninggalan Belanda yang masih di pakai untuk belajar siswa.(Foto:Trie)

MASIKAH ?

Oleh : Bambang Indriyanto

Masikah hatimu merah putih saudaraku ?
Masikah ragamu garuda saudaraku ?
Masihkah ibu pertiwi ibumu saudaraku ?
Masihkah ?

Sebab kita mulai mau makan bangkai saudara sendiri
Sebab kita mulai memetak tanah sendiri
Sebab kita mulai membedakan bentuk hidung kita sendiri-sendiri
Serta memejamkan mata dan menutup telinga

Pada satwa yang menggelepar
Pada hutan yang merintih memar dan sungai yang tercemar polusi
Oleh tangan-tangan industri
Juga tangis balita lapar yang kekurangan gizi
Serta anak-anak jalanan yang mulai bermain api

Kadang kita kurang peka
Pada orang-orang papa
Ataupun orang-orang yang terkoyak hak keberadaannya

Kita telah lupa semuanya
Karena kita sibuk bermain warna
Dan lomba retorika.

Barangkali kita telah alpa, pada janji yang disepakati
Membangun jembatan untuk menyeberangkan cita-cita
Menggantung asa dalam kebersamaan rasa
Berbagi hati, berbagi roti

Adakah waktu masih kita miliki untuk memilin tali
Guna mengikat sapu lidi saudaraku ?
Agar bumi yang kita pijak
Bersih dari batu kericak, kerikil dan onak

Adakah kita masih memiliki rasa
Untuk berbagi rasa dan asa
Dalam ketidak berdayaan ?

Batang, 24 Desember 1999
(Antologi Puisi Kiara I, Juni 2000)

KRISTIN PAULINA SUGIHARTO Belum ada 1 tahun tekuni Modelling BIKIN GEBRAKAN


Berangkat dari hobi yang ditekuninya selama 6 bulan lalu, kini, pemilik nama lengkap Kristin Paulina Sugiharto berhasil membanggakan kedua orang tuanya, dengan berhasil menjuarai Pemilihan Putra-putri Batik XIX Tingkat Pra Remaja se- Jawa tengah, dengan total 181 peserta, yang diselenggarakan di Semarang 8 Desember 2007 lalu. Tentunya, keberhasilan Dara Manis yang dulunya tomboy, kelahiran Tegal, 27 Februari 1994 ini, tak lepas dari dukungan dari Tri Imam Sugiharto sang Ayah, dan bimbingan Nur Baiti sang Ibu, yang dengan gigihnya, memberikan perannya untuk kesuksesan sang buah hati. “Kami melihat, potensinya ada di dunia Modelling, sedangkan untuk bidang lainnya, seperti les renang dan taekwondo yang sudah pernah dicobanya, nampaknya Kristin tak berminat, akhirnya, kami bersepakat untuk mendidiknya ke sekolah model, dan alhasil, Kristin berbakat”, tutur sang Ibu. Dari keberhasilan siswi kelas 2A, SMP Negeri 4 Gringsing yang bercita-cita ingin menjadi Polwan ini, sudah banyak sekali tawaran-tawaran yang masuk ke “Manajernya”, yakni sang Ayah, untuk masuk ke tahapan selanjutnya, setingkat Nasional, seperti adanya tawaran untuk mengikuti Indonesian Star 2008, dan tawaran main sinetron. “Kami belum menyetujui tawaran itu, semuanya masih perlu dipikirkan dulu, karena bisa menggaggu sekolahnya apa tidak ?”, imbuh sang Ayah. Sebelum menjuarai sebagai Putri Batik XIX Jawa Tengah Pra Remaja, Gadis asal Desa Mentosari Rt. 02 Rw.1 ini, juga telah mengikuti berbagai ajang yang diselenggarakan di berbagai daerah, seperti di Kendal, Semarang, dan Pekalongan. Dan usai keberhasilannya ini, dirinya “menagih” sang manajer, untuk di belikan sepeda motor. “Kami akan berusaha memenuhi keinginannya, asal dirinya mampu berprestasi dan membuktikannya kepada kedua orang tua, baik di dunia Modelling yang sedang ditekuninya, maupun dalam hal belajar disekolah”, pungkas Tri Imam Sugiharto.(Trie)


SD NEGERI 1 KALIMANGGIS DITUNJUK SEBAGAI SEKOLAH RUJUKAN


Dari berbagai prestasi yang telah di ukir oleh SD Negeri kalimanggis, yang diantaranya sebagai juara I lomba Sinopsis dan Juara I Lomba mapsi tingkat Kabupaten, serta dikirim ketingkat provinsi, sekolah ini kini ditunjuk untuk menjadi sekolah rujukan tingkat Kabupaten. Namun untuk mewujudkan kesempurnaan menuju sekolah rujukan, SD negeri kalimanggis masih memiliki beberapa kendala. Demikian yang dituturkan Sudjarno, SPd, dikantor cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Subah, kepada JPBB beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Sudjarno mengatakan, kendala yang masih dihadapi sekolah yang dipimpinnya adalah kurang lengkapnya sarana dan prasarana pendukung media pembelajaran, salah satunya adalah komputer. Padahal, pembelajaran komputer disekolahnya, merupakan muatan lokal (mulok), dan selama ini untuk proses pembelajaran kepada murid, namun sayang, karena belum memiliki, sekolah masih pinjam, katanya.
Selain media pembelajaran seperti komputer, menurutnya, sekolahnya juga masih kekurangan gedung, karena sesuai keputusan Dinas Provinsi, sekolah rujukan harus menyediakan ruang praktek Ipa, Matematika dan Bahasa, dan juga kelengkapan alat peraga. Sudjarno berharap, agar pemerintah daerah secara bertahap bisa mengakomodir kekurangan-kekurangan tersebut.(Trie/Win)

SDN KEPUTON 01 BLADO RUSAK PARAH


Kepala SDN Keputon 01 Blado, Sukasno saat ditemui Tim Liputan Jurnal Pendidikan mengatakan tentang sekolah yang dipimpinnya mengalami kerusakan yang sangat parah. Kerusakan itu diakibatkan karena di terjang angin lesus yang terjadi Sabtu dan Minggu (10-11/11), hingga menyebabkan seluruh bangunan ruang siswa, serta ruang guru tidak bisa digunakan lagi dikarenakan tingkat kerusakannya sangat parah.
Dari hasil informasi yang dihimpun dari beberapa sumber, Sukasno menuturkan, bahwa angin lesus yang menerjang di wilayah Kecamatan Blado pada hari Sabtu dan Minggu yang lalu, selain merusak bangunan sekolah, juga merusak beberapa rumah warga yang ada di desa Keputon Kecamatan Blado.
Kerusakan yang dialami SDN Keputon 01 Blado sangat parah, dikarenakan atap yang terbuat dari seng itu, semuanya bertebaran akibat kuatnya terjangan angin lesus. Dan sementara ini, kegiatan belajar mengajar, dialihkan ke rumah-rumah penduduk yang bersedia meminjamkan rumahnya di pakai pihak sekolah untuk kegiatan belajar mengajar dan untuk mengamankan inventaris sekolah sementara waktu, ujar Sukasno.
Selanjutnya Sukasno berharap, adanya perhatian dari semua pihak, untuk segera memperbaiki sekolah yang dipimpinnya, serta memohon petunjuk lebih lanjut untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar, tuturnya.
Sementara itu, dengan “gerak cepat”, Ketua Dewan pendidikan Kabupaten Batang, H. As. Yunan Thoha langsung mengadakan peninjauan on the spot. Kepada tim liputan Jurnal pendidikan, mengatakan dirinya sangat prihatin dengan kondisi sekolah yang terkena bencana tersebut.
“Hal ini perlu segera ditangani secara crash program, dan segera dialokasikan bantuan tak tersangka. Dan untuk segera merelokasi dari tempat langganan bencana, ketempat yang menurut warga sekitar aman, yaitu di Dusun Sukoyoso, yang lokasinya masih satu Desa, dan terjangkau”, tuturnya. (TIM)

SD KALIBOYO 1 TULIS KEMBANGKAN TEKHNOLOGI INFORMATIKA


Dengan mengangkat visi sekolah untuk “Luhur Budi Pekerti, Unggul Prestasi dan Terdepan Inovasi”, Kepala sekolah SD Kaliboyo 1 Kecamatan Tulis, Suprapto, SPd bertekad untuk mewujudkannya. Hal ini disampaikan ketika tim liputan bertandang ke sekolah yang dipimpinnya, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Suprapto menuturkan, untuk mewujudkannya itu perlu adanya sarana dan prasana pendukung guna peningkatan mutu pembelajaran, dan saat ini, pihaknya tengah merintis komputerisasi.
“Kedepan sekolah kita akan mengembangkan Tehnologi Informatika, yang saat ini sudah diterapkan dikelas 6, dan kami akan mempeloporinya, agar kemajuan pendidikan di kecamatan Tulis khususnya, dan Kabupaten Batang pada umumnya akan lebih maju”, tuturnya.
Tentunya, lanjut Suprapto, keinginan untuk memajukan dunia pendidikan harus didukung oleh seluruh elemen, karena sudah tersusun dalam Trilogi Pendidikan yang terdiri dari Pemerintah, yaitu sekolah, kemudian masyarakat, orang tua siswa, dan menurut pengamatannya, kalangan legislatif dalam memperjuangkan dunia pendidikan sudah sangat bagus. (Tim)

Theresia Ali Wahyurini, S.Pd : ”GALAK” UNTUK DISIPLIN

Anak ke-4 dari 7 bersaudara, pasangan Y. Joko Suyono dan K. Sukarsih ini terlahir dengan nama Dian Anggraeni. Wanita cantik kelahiran Madiun, 12 Agustus 1959 ini, setelah kembali sehat dari pertarungan dengan maut saat ia masih kecil, kini namanya diganti dengan Theresia Ali Wahyurini, atau lebih akrab dengan panggilan Mbak Rini.
Dengan namanya itu, kini istri dari Surinto yang menjabat sebagai Sekretaris Desa Jatisari, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang ini, bertekad untuk menggeluti jagat seni, terutama seni tarik suara, karena menurutnya, ia terlahir dari keluarga yang suka dengan dunia seni, mulai dari kedua orang tuanya, hingga kakak dan adiknya.
Dari berbagai prestasi yang telah diukirnya, kini namanya telah dikenal banyak masyarakat, hingga ada yang mengatakan, profesi sebagai Guru yang melekat pada dirinya hanya pekerjaan sambilan, sedangkan pekerjaan tetap adalah dari hasil olah suaranya, bahkan biaya anak pertamanya bisa lulus akademi STTKD Yogjakarta, adalah hasil dari ”Pekerjaan Tetap”, tutur wanita yang kini dipercaya untuk memimpin SD Negeri Clapar 1 yang menonjol dibidang olah raganya ini, dengan nada gurau.
Baru baru ini, dirinya juga berhasil mendapatkan prestasi lomba mocopat tingkat Kabupaten yang diakuinnya berawal dengan coba-coba, dan juga dalam rangka memperingati HUT PGRI Nasional di Semarang, wanita yang mulai meniti karir sebagai guru sejak tahun 1979 di Kabupaten Batang ini, mendapatkan Juara ke-2 Lomba Vokal mewakili Kabupaten Batang, kendati dirinya tidak puas dengan keputusan dewan jurinya.
Ibu dari Dodi Ishatoto, Yunita Fitriani dan Ardita Garindra ini, dilingkungannya dikenal sebagai sosok yang ”galak”. Namun menurutnya, sikapnya ini didasari dengan maksud yang baik, mengarahkan menuju kedisiplinan, karena dengan kedisiplinan segala sesuatunya pasti akan tercapai. Dan sikap kedisiplinan disegala bidang, dibawa sampai kedunia pendidikan, terutama dalam mendidik anak jangan sampai lengah atau teledor, dengan tujuan agar anak bisa menjadi baik, untuk kedepannya agar anak bisa maju, karena bagaimanapun juga, anak adalah generasi dan tumpuan penerus bangsa, yang akan meneruskan kemajuan bangsa dan negara ini. (Trie/Win)

Motto : Selalu sabar dan mengalah dalam menghadapi hidup


Prestasi :

• Juara I Keroncong Putri HUT Korpri XIX tahun 1990 Kab. Batang
• Juara I Nyanyi Keroncong BB LKMD tahun 1991 Karesidenan Pekalongan
• Juara I Vokal Keroncong Putri HUT Korpri XXI tahun 1992 Kab. Batang
• Juara I Keroncong Putri HUT Korpri XXII tahun 1993 Kab. Batang
• Juara I Tembang Campursari Putri HUT Korpri XXVIII tahun 1999 Batang
• Juara I Keroncong Putri HUT PGRI ke 50 Kab. Batang
• Vokalis terbaik Festival Keroncong Kibar Kemerdekaan
• Juara I Lomba Mocopat Putri tahun 2005 dalam rangka Hari Jadi Batang
• Juara II Nyanyi Tunggal Putri Porseni PGRI 2007 tingkat Jawa Tengah
(Dan masih banyak prestasi lainnya yang belum disebutkan-red)

Theresia Ali Wahyurini, S.Pd beserta jajaran Guru SD Negeri Clapar

HIKMAH SILAHTURAHMI

Oleh : H. Ali Mukhsin

Mari budayakan silahturahmi
Untuk memperat hubungan famili
Kapan saja bisa terjadi
Sibuk senggang jangan berhenti

Silahturahmi ta’ harus mengunjungi
Atau ta’ harus di kunjungi
Dan ta’ wajib makan nasi
Makan minum hanya tradisi

Silahturahmi dimanapun jadi
Di kantor di rumah pribadi
Lewat Koran atau televise
Di balai di meja atau di kursi

Silahturahmi rizki jadi makmur
Juga menjadikan panjang umur
Berkah rizqi bagai air sumur
Persaudaraan harmonis dan akur

Silahturahmi ajaran dari nabi
Disampaikan ulama dan kyai
Semoga Silahturahmi kali ini
Mendapat ridho Allah Robbi

Bersilahturahmi umur ditambah
Rizqinya semakin berkah
Keluarga semakin sakinah
Bisa mengaji rajin ibadah

Semoga punya rumah mewah
Bisa pergi makkah madinah
Hidup makin istiqomah
Mati membawa khusnul khotimah

Anak Kang Syukur

Oleh : Ihda Asyaro H.A

Alhamdu lillah aku syukur
Aku isik diparingi umur
Isik biso ketemu sedulur
Isik biso nikmati banyu sumur

Isik biso ngombe biso berkumur
Isik Biso ngerasake enake bubur
Deloan padang urung belawur
Biso ngerasake poong mempur

Biso deloke langit neng duwur
Isik biso ngerasake buko saur
Alhamdu lillah biso nompo pitutur
Hinggo amarahku cepet luntur

Beras biso tak tempur
Bumbu cukup neng dapur
Mejo makan ono sayur
Boboke isik nganggo kasur

Sedulur gelem podo kumpul
Podo salaman podo ngerangkul
Podo taat ajaran rosul
Mugio riskine soyo mumbul

Tapi kudu iling awak sa’ kujur
Sedelo maneh melebu kubur
Anak-anake ora biso kirim bubur
Daging balunge dadi ancur

Tapi bejo duwe anak saleh syukur
Biso ndongo marang ahli kubur
Sikso geni biso digebyur
Geni neroko biso mundur

Ikilah anak sing sukur
Amale ora tau takabur
Omongan ora tau dhuwur
Insya Allah tergolong anak kang syukur

SERUAN HATI SEORANG GURU



Oleh : Dra. Megayati Aniwiasis Putri

Dalam tenangku menjelang tidur
Kuterawang warna tubuhku
Yang masih dibuai asa

Oh Bumi pertiwi
Hiruk pikukmu, pekak ditelingaku
Mengikis pelan idealismeku
Siapakah aku ?

Pelan mataku lelap dirangkul malam
Dan seketika terjaga
Saat suara lembut membangunkanku
“Selamat pagi Pak Guru, Selamat pagi Bu Guru.”

Ketika kita diminta bicara, banyak sekali hal yang ingin disampaikan. Tetapi, hal pertama yang terlontar pasti yang terlalu dalam menggores dipikiran kita, yang sudah terlalu lama mewarnai hidup kita.

Kalau saya boleh berbicara, saya sangat bersyukur terlahir sebagai seorang guru, yang sangat lekat dan kental dengan slogan dari bahasa jawa, Guru yang artinya digugu lan ditiru. Sangat hebat tentunya, kalau kita mendapat predikat tersebut. Namun sayang sekali, ternyata sulit sekali untuk kita mewujudkannya.

Digugu lan ditiru, kalau boleh saya artikan, sosok yang sempurna yang selalu menjadi tauladan, contoh, dan panutan dalam ucapan, tindakan dan sikap hidupnya. Baik secara pribadi, dalam keluarga, dalam organisasi atau instansi dimana dia bekerja, dan dalam masyarakat dimana dia tinggal, serta keteladanan itu bisa ditiru oleh siapa saja, dari kalangan mana saja, dan tentu saja yang eksesnya positif, itu pasti.

Wah…wah, saya akan acung jempol untuk semua Bapak dan Ibu Guru yang bisa mewujudkan pandangan saya mengenai seorang Guru.

Ketika saya memakai toga, rasa hati membuncah penuh warna dan idealisme, profesionalisme dan loyalitas, yang dengan serakah ingin sekali dilontarkan pada semua orang, “aku sanggup melakukannya”. Saya pastikan sebagian besar teman seprofesi, punya janji yang sama.

Sambutan “Selamat pagi, Pak Guru, Selamat pagi, Bu Guru,” , “Ini apa, Pak Guru ?, “Ini apa, Bu Guru ?”, yang keluar dari mulut-mulut kecil yang begitu hormat kepada saya, terbayang sangat jelas, keren khan ?.

Ternyata hidup tak seindah yang kita bayangkan, tidak seindah yang kita gambarkan, tidak selancar yang kita angankan.
Pernyataan ini memang klise, namun inilah kenyataannya. Karena memang saya sudah mencoba, selama 12 tahun saya mencoba. Bukan waktu yang singkat bukan ?.
ini menurut saya, dan suka-suka saya, Anda pasti sepaham dengan pendapat tersebut.
Satu saja contohnya, kemanusiawian seorang Guru. Dari sederet rutinitas pekerjaan seorang guru, misalnya bekerja keras menularkan ilmu, membentuk tunas-tunas bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang berintegritas tinggi, santun dan lain sebagainya, tentu saja seabreg yang kita lakukan untuk itu.

Nah, saat kita melepas lelah dari kepenatan hidup, pasti sifat manusiawi kita akan muncul perlahan tapi pasti. Manusia yang ingin ini, ingin itu, manusia yang mendengar bisikan ini, bisikan itu.

Usaha sudah saya lakukan dengan mendahulukan kewajiban secara maksimal, dengan penuh tanggung jawab, disertai rasa ikhlas dan pasrah, bahkan cukup dinina bobokan dengan lagu yang berjudul “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Tetap baik-baik saja. Tapi suatu saat muncul sifat manusianya. Timbul pertanyaan, sesuaikah hak yang sudah saya terima?. Disisi lain, guru harus tetap hidup, harus tetap makan, karena guru juga manusia.
Ya sudahlah, kita memang diajarkan untuk tetap bersyukur, walaupun menghadapi kebutuhan hidup yang menjerat leher.

Akan tetapi, lagi-lagi saya tersadar dari lamunan. Wah, mungkin dengan berprestasi, saya bisa mengantongi tambahan rejeki lain untuk mengisi periuk, dengan mengikuti seleksi guru teladan, guru berprestasi, uji kompetensi guru, ataupun ikut sertifikasi. Tapi lagi-lagi gagal maning-gagal maning. Memang semuanya karena keterbatasan. Kasihan memang nasib saya, nasib guru-guru seperti saya. Hal ini membuat saya terhenti menggapai idealisme sebagai seorang guru. Sedikit menelantarkan anak, korupsi waktu, untuk mencari pembelaan yang sah menurut saya.

Ternyata guru memang berbeda dengan profesi yang lain. Rasa kangen dengan wajah-wajah yang polos tak berdosa membangunkanku dari tidur, disertai gumanku, “Hai anakku, aku akan segera kembali !”, dan kemudian aku tersadar, inilah duniaku yang nyata. Aku terlahir sebagai seorang guru.

Rasa syukur yang ikhlas dengan membandingkan nasib saudara-saudaraku yang kurang beruntung, membuahkan hasil rupanya. Katanya, nya siapa ?. Entah, yang penting berita gembira telah datang, yang mengabarkan, bahwa gaji PNS termasuk guru mulai bulan Januari 2008 akan naik 20 %. Terima kasih saya ucapkan kepada siapapun yang telah ikut memikirkan nasib kami, baik dengan ataupun tanpa imbalan dari kami.

Akupun kembali berpijak pada duniaku.

MI KALIPUCANG BATANG BERBENAH DIRI UNTUK BERPRESTASI


Suradjijo Djazuli, S.Pd merupakan salah satu Kepala Sekolah di Kabupaten Batang dengan dedikasi yang tinggi. Dengan keterbatasan MI Kalipucang Batang yang dipimpinnya, dirinya berupaya agar dikembangkan menjadi sekolah dengan basis religi yang kuat tanpa harus mengesampingkan kualitas lulusan yang dihasilkan. Hal ini terbukti dari lulusan MI Kalipucang Batang yang banyak diterima di SMP Negeri favorit di Kabupaten Batang.
“Saya tidak dapat berhenti berpikir jika tugas dan rencana yang sudah kami buat belum terselesaikan” tutur suami dari Nenny Nuraeni pendiri Bimbingan Al-Bina. Langkah ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dari sekolah swasta yang dipimpinnya.
Dari kunjungan Tim Jurnal Pendidikan di ruang kerjanya yang terbagi antara ruang perpustakaan, tempat komputer dan kantor Kepala Sekolah, menunjukkan bahwa secara administratif sangat tertata rapi dan teratur, dan yang tidak kalah pentingnya adalah struktur organisasi dan proggres report yang menjadi indikator keberhasilan dan pencapaian yang sudah didapatkan. Tentunya harapan ke depan bagaimana MI Kalipucang bisa lebih baik lagi baik untuk ruang kelas maupun sarana dan prasarana penunjang lainnya, yang kesemuanya dapat terlaksana dengan seluruh partisipasi dan peran serta guru, Komite Sekolah dan warga masyarakat.
Berawal dari tahun 1966 sebagai pendidikan ma’arif dengan ruang kelas 4 x 6 meter persegi dan dalam perkembangannya sekarang telah menjadi 11 lokal yang cukup representatif yang kemudian dilakukan pengembangan yang lebih terpadu lagi agar keberadaan MI Kalipucang dapat menjadi sekolah yang dapat diperhitunhkan. Disamping peningkatan dibidang akademik, upaya peningkatan bidang non akademikpun dilakukan untuk memberikan citra positif terhadap perkembangan MI Kalipucang, agar dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat dari semua lapisan dan golongan masyarakat.
Dari berbagai kegiatan yang diterapkan pihak sekolah, ada dari beberapa event kegiatan yang sering menjuarai, kendati ditingkjat kecamatan, tentunya peningkatan prestasi ini tercapai dengan program pendukung seperti penambahan jam pelajaran, baik di pagi hari pada jam 06.30 WIB, maupun siang hari pada jam 13.00-13.30 WIB selama 30 menit. Dan untuk program ekstrakurikulernya yaitu kegiatan pramuka dilaksanakan pada hari Jum’at jam 14.00 WIB, dan hari Minggu pagi jam 08.00-10.00 WIB untuk kegiatan Drum Band yang dilanjutkan jam 10.00-13.00 untuk belajar praktek komputer untuk kelas 4, 5 dan 6, dengan harapan memberi bekal nyata pada masing-masing siswa ketika akan melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Hasil kerja keras dari Suradjijo Djazuli, S.Pd dan guru lainnya di MI Kalipucang ini ternyata tidak sia-sia dengan diakuinya menjadi sepuluh besar dari 70 SD dan MI yang tergolong berprestasi di Kabupaten Batang di tahun 2007 ini. Adapaun kiat-kiat dari MI Kalipucang Batang dalam pengelolaannya adalah dengan adanya kebersamaan diatara pengelola dan pengurus sekolah yang diwujudkan dalam perencanaan dan pemprograman, yang antara lain upaya memajukan sekolah dengan kerjasama yang baik antara guru dan Komite Sekolah, menekankan perlunya kelas 6 untuk diberikan pembekalan agar menjadi luilusan yang berstandar baik dengan cara memantau dan membina anak-anak yang berprestasi untuk diarahkan pada pencapaian prestasi terbaik dan penanganan pola manajemen yang transparan dengan dukungan dan peran serta guru, pengurus, Komite Sekolah dan masyarakat atau orangtua wali murid.
Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah upaya peningkatan kualitas guru pengajar agar berkualifikasi standar kompetensi dengan mengikuti seminar dan Bintek baik yang dilakukan oleh Lembaga Umum maupun oleh Dinas Pendidikan melalui KKG MI atau KKGK Kabupaten Batang. Dan barangkali, yang membedakan MI Kalipucang dengan SD dan MI lainnya adalah adanya KBM atau Kotak Bantuan Madrasah yang pengurusnya dari alumni-alumni MI Kalipucang yang peduli terhadap peningkatan dan pengembangan Almamaternya dengan cara menempatkan Kotak Bantuan sebanyak 150 buah di rumah-rumah alumni yang peduli pada yang setiap tanggal 25 pada tiap bulannya diambil dan dikelola secara mandiri oleh pengurus KBM. Langkah ini diambil dalam upaya menyediakan sarana dan prasarana pendukung yang harus dilengkapi.
“Kami berupaya dengan partisipasi semua guru untuk dapat memenuhi harapan masyarakat, untuk itu mudah-mudahan pemerintah lebih peduli terhadap pendidikan dasar tanpa harus membedakan antara negeri dan swasta, karena tujuan pendidikan adalah sama, yakni berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa” Pungkasnya.(Win/Trie/Ud )

SMP AL-IKHLAS LAKUKAN PEMBENAHAN DISEGALA BIDANG


Peran serta DUDI (Dunia Usaha dan Industri) terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Batang sudah sangat terbukti, dengan adanya TK dan SMP Al-Ikhlas yang berdiri dalam naungan Yayasan Al-Ikhlas PT. Primatexco Indonesia. Diakui Setyaningsih, SPd selaku Kepala Sekolah, bahwa yayasan ini sangat peduli dengan dunia pendidikan, tak terkecuali di Kabupaten Batang.
SMP Al-Ikhlas sejak berdiri pada tahun 1984 dengan Akreditasi Diakui nomer SK 0.276/1.03.02/NR oleh Kanwil Depdiknas, bertekad untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut melaksanakan pembelajaran Wajardikdas 9 tahun. Terbukti, sekolah yang menawarkan fasilitas Gedung sekolah berkeramik, Ruang perpustakaan, Ruang Serba Guna, Ruang BP, Ruang Osis, Ruang Ketrampilan, Koperasi, Tempat Ibadah, Lapangan Basket, Bola Voley, Bulu Tangkis dan Ruang Komputer ini, sejak dua tahun terakhir ini semakin diminati masyarakat, terbukti, sudah ada penambahan 2 rombongan belajar untuk kelas 7 dan kelas 8.
Setyoningsih yang sejak Desember 2005 diangkat sebagai Kepala Sekolah, dan satu-satunya Pegawai Negeri Sipil disekolah ini mengatakan, dirinya sedang dalam tahap pembenahan disegala bidang, termasuk rencana kedepan akan mengembangkan sekolah dengan menambah 2 lokal kelas lagi, karena diperkirakan untuk tahun depan, keinginan mayasrakat untuk bersekolah di SMP Al-Ikhlas akan semakin meningkat, tentunya dengan fasilitas sekolah yang memadai, lokasi yang strategis, dan bebas uang gedung, tuturnya.
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan sekolah inipun sangat bervariasi, mulai dari Pramuka, Ketrampilan Tata busana, Marching Band, Olah Raga, Vokal Grup, Majalah Dinding, Rebana, dan tak ketinggalan Baca dan Tahfiz Al-Qur’an dengan tujuan untuk menambah ketrampilan siswa dan sebagian sebagai life skill untuk bisa lebih dikembangkan, tutur wanita yang berdomisili di Kajen, Kabupaten Pekalongan ini.
Diakui Setyoningsih, dengan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada SMP Al-Ikhlas, pihaknya merasa kekurangan tenaga, baik urusan ke tata usahaan, maupun tenaga pendidik, karena menurutnya, dengan jumlah 12 tanaga pendidik, dan 2 orang Tata Usaha yang saat ini ada, sudah dirasa kurang. Untuk itu dirinya berharap, ada perhatian Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan untuk mengatasi permasalahan kekurangan tenaga pendidik selain bantuan sarana prasarana fisik untuk meningkatkan pembelajaran. (WIN/TRIE)

SKB KABUPATEN BATANG CIPTAKAN MASYARAKAT GEMAR BELAJAR, BERKARYA DAN MANDIRI


Dari slogan yang terpampang di teras Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Batang yang beralamat dijalan raya Pantura no. 7 Subah ini, Program pemerintah untuk memberantas buta aksara dan peningkatan life skile masyarakat akan bisa terpenuhi, bila keberadaan SKB dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat itu sendiri dan terpenuhi kebutuhannya oleh Pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Ditemui Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, H. Setiyono, SPd, MM, selaku Kepala SKB menuturkan, sesuai dengan pengertiannya, bahwa SKB adalah wadah atau pusat kegiatan belajar masyarakat dalam pelayanan kebutuhan pendidikan non formal, terutama bagi masyarakat miskin dan sebagai pusat informasi ketrampilan, sebagai bekal kecakapan hidup, yang bersumber dari potensi daerah setempat yang diharapkan mampu bersaing dalam dunia kerja yang mendapatkan kepercayaan publik.
Lebih lanjut Setiyono mengatakan, SKB Kabupaten Batang mempunyai sasaran program kepada masyarakat miskin yang buta pendidikan dan pengetahuan, pendidikan anak usia dini (PAUD), Keaksaraan Fungsional, Pendidikan Kesetaraan yang meliputi paket A, B dan C, serta pembinaan kursus dan kelembagaan, dan memberikan pelayanan kebutuhan pendidikan dan ketrampilan melalui life skill.
Sesuai visi SKB Kabupaten Batang untuk mewujudkan program pelayanan pendidikan non formal dan kecakapan hidup sebagai alternatif pilihan, dengan mengoptimalkan potensi daerah melalui budaya baca, memiliki skill, menguasai tekhnologi dan informasi terpadu serta mengutamakan kwalitas dan unggul dalam bersaing terhadap dunia kerja dan menciptakan suasana kondusif dalam rangka kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara yang berbasis potensi daerah.
Sedangkan untuk misinya, SKB Kabupaten Batang kepada warga belajar, akan mewujudkan belajar untuk tau (Learning to know), belajar agar bisa mengerjakan (Learning to do), belajar untuk menjadikan mandiri (Learning to be) dan belajar untuk dapat bersosialisasi (Learning to life together), kemudian ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memperhatikan SDM dan mengutamakan profesionalisme dan kwalitas serta memberdayakan masyarakat sesuai budaya dan potensi yang ada, dan menciptakan suasana daerah yang kondusif dibidang pendidikan maupun non akademik yang mampu berdaya guna dan berhasil guna sebagai wahana kelangsungan hidup dan kehidupan.
Sutiyono menambahkan, dirinya merasa prihatin dengan kondisi tenaga kerja yang sangat murah, yang dikarenakan tenaga kerja itu sendiri belum mempunyai ketrampilan, pendidikan yang rendah untuk itu, SKB menawarkan kepada masyarakat untuk bisa menimba ketrampilan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh SKB yang diantaranya adalah kursus menjahit dan program kesetaraan yang warga binaannya sudah mencapai ratusan orang, termasuk pendidikan anak usia dini (PAUD).
Diakui Sutiyono, bahwa kepedulian Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan sudah sangat bagus sekali. Terbukti dengan adanya dukungan pembelajaran dan pembangunan Aula yang diperkirakan akan mencapai anggaran 1,5 Milyar rupiah. Namun, dirinya berharap, Pemerintah Daerah bisa memenuhi kekurangan ketenagaan di SKB yang saat ini masih merasa kekurangan. (TRIE/WIN)

REFLEKSI 4 TAHUN SMK NEGERI 1 TULIS


Ada pepatah mengatakan ‘ Tak Kenal Maka tak Sayang’
SMK Negeri 1 Tulis, merupakan SMK kebanggaan masyarakat Kabupaten Batang,karena merupakan SMK negeri satu – satunya untuk Kelompok Teknologi Industri. Keberadaanya mungkin belum diketahui seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Batang, kendati sudah menempati lokasi ini kurang lebih baru 3 tahun, walau sebenarnya sudah berdiri 4 tahun 4 bulan.


SMK Negeri 1 Tulis berdiri pada tanggal 30 Juli 2003, dengan SK Bupati Batang No: 421/252/2003. SMK Negeri yang dipimpin Drs. H. Djoko Sumadyo ini awal mula berdiri masih menginduk dengan SMK Negeri 1 Batang yang berada di komplek Dracik Kampus Kota Batang dengan dua Bidang Keahlian, yakni Teknik Mesin dan Elektronika. Dimana Teknik mesin mempunyai 2 Program Keahlian yaitu Mesin Perkakas dan Mekanik Otomotif, sedang Elektronika membuka satu Program Keahlian Teknik Audio Video. Pada saat tahun pertama berdiri, sekolah ini hanya memiliki 160 siswa, dengan guru dan karyawan lebih kurang 15 personil.
Setahun sudah lamanya berada di Dracik Kampus, tepatnya pada tahun pelajaran 2004/2005 dengan fasilitas dari Pemerintah Kabupaten Batang, maka sekolah ini sudah bisa menempati Kampus baru di desa Kandeman Kec. Tulis.
Berkat bantuan dari Pemerintah Pusat, Propinsi maupun Pemkab Batang, maka saat ini SMK Negeri 1 Tulis sudah berkembang sangat pesat, serta pantas untuk mendapat acungan jempol, bahwa SMK yang baru berumur empat tahun ini sudah sederet prestasi teraih, baik dibidang Olah Raga, Seni, Keagamaan dan bidang-bidang yang lainnya. Dan yang cukup membanggakan, sekolah ini sudah Terakreditasi walau masih bernilai B, namun bisa menyamai SMK yang lahir lebih awal, bahkan pada tahun pelajaran 2006/2007, bisa meluluskan peserta Ujian Nasional hingga hampir 100 %.
Untuk mencapai SMK yang ideal, baik Sekolah Standar Nasional (SSN) maupun Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Sekolah yang baru saja mendapat juara ke - 4 Batang EXPO 2007, yang saat ini memiliki 9 ruang teori, 4 ruang laborat dan 3 bengkel praktek, yang menempati tanah seluas 5 hektar dengan jumlah siswa sebanyak 540 anak, yang dibagi dalam 14 rombongan belajar, 39 guru dan 19 pegawai, memang masih jauh ketinggalan, tetapi dengan kerja keras dari semua pihak, sekolah ini optimis, tidak lama lagi akan menjadi sekolah unggulan,serta tamatannya mampu bersaing, baik Regional maupun Internasional.

Diakui, Drs. H Djoko Sumadyo, yang didampingi S. Mulyono, S.Pd, Wakasek Bidang Kurikulum dan Suyanta,S.Pd, Wakasek Bidang Sarpras dan Ketenagaan bahwa, sesuai dengan Visi yang dicanangkan, untuk ”Mewujudkan Tamatan Yang Kompeten, Kompetitif dan Berakhlak Mulia”, SMK adalah Sekolah Kejuruan yang alumninya merupakan pesanan Dunia Usaha (DU) dan Dunia Industri (DI), sehingga produknya harus siap pakai, menyikapi hal itu SMK Negeri 1 Tulis yang bercita-cita menjadi Sekolah Bertaraf Internasional, telah menjalin kerjasama dengan DU/DI sesuai dengan Program Keahlian yang ada. Serta untuk menjadi sekolah yang unggul, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena harus selalu didukung Sarana dan Prasarana yang memadai, SDM yang tangguh dan anggaran yang berpihak pada Pendidikan, pungkasnya.(Tim/3)

SMK NEGERI 1 BATANG GUDANG PRESTASI, DATABASE CENTER DAN PENCETAK TENAGA KERJA


Kemajuan dunia pendidikan tidak terlepas dari penguasaan ilmu dan teknologi yang didukung dengan tersedianya media pembelajaran yang memadai. SMK Negeri 1 Batang yang merupakan sekolah kejuruan yang cukup favorit di Kabupaten Batang menjadi center bagi pengembangan ICT yang berbasis internet dengan akses memadai mampu memback up kebutuhan beberapa sekolah di wilayah Kabupaten Batang
Tentunya hasil pencapaian ini tidak terlepas dari kerja keras dan peran serta seluruh staff dan pengajar yang dikepalai oleh Drs. Sugito dalam memimpin SMK Negeri 1 Batang ini.
Program yang sedang dikembangkan adalah pembuatan data base untuk media pembelajaran secara online yang penerapannya untuk menyajikan materi-materi pelajaran, serta informasi pendukung pendidikan lainnya yang tentunya harus diupayakan penyebaran program ke sekolah-sekolah yang terkoneksi yang pada akhirnya akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap sekolah kejuruan, bahkan SMK Negeri 1 Batang ini dipercaya sebagai tuan rumah Workshop Jardiknas 2007 yang sedang diselenggarakan selama 1 bulan.
Sekolah yang menpunyai 4 (empat) kejuruan antara lain, Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan Tehnik Komputer dan Jaringan ini, punya segudang prestasi yang membanggakan, baik dari pendidik, maupun dari siswa itu sendiri. Mulai dari Lomba Debat bahasa Inggris, Lomba Mata pelajaran, Lomba Siswa Teladan, Lomba LKS yang selalu menjuarai ditingkat Kabupaten dan hingga masuk juara III tingkat Provinsi dan prestasi yang lainnya.
Seabreg prestasi Guru juga sering mewarnai agenda prestasi SMK Negeri 1 Batang yang diantaranya sebagai Guru Berprestasi atas nama Drs. Sujono, Drs. Karditono, Drs. Sri Rahardjo, serta Drs. Sugito sendiri pada tahun 1999.
Sekolah Menengah Kejuruan berbasis manajemen ini juga mewajibkan seluruh guru agar bisa mengoperasikan dan mempunyai keahlian komputer, dan menurut data inventaris, mulai dari komputer lama hingga baru, SMK Negeri 1 Batang mempunyai hingga 100 Unit yang seluruhnya masih bisa dioperasikan. “Guna menunjang pembelajaran, masing-masing jurusan mempunyai Laboratorium masing –masing, yang semuanya serba komputerisasi”, tutur Sugito yang pernah dikirim ke negeri Kanguru Australia pada tahun 2003 mewakili Provinsi Jawa Tengah untuk mengikuti program pertukaran guru.
Untuk melaksanakan kurikulum sebagai sekolah berbasis manajemen, SMK Negeri 1 Batang juga bekerja sama dengan berbagai instansi dalam mengadakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Orientation Job Training (OJT), tergantung dengan kebutuhan masing masing jurusan. Diantaranya, dengan Supermarket dan Toko Grosir yang ada DiKabupaten Batang dan sekitarnya untuk jurusan Penjualan, BPR / BKK untuk jurusan Akuntansi, di Kantor Sekretariat Daerah untuk jurusan Administrasi, dan untuk jurusan Tehnik Komputer dan Jaringan sebagian besar dikirim ke Semarang dibagi diseluruh kantor kantor yang mempunyai jaringan komputer.
Diakui Sugito, bahwa sekolah yang dipimpinnya sangat diminati masyarakat, karena terbukti, lulusannya banyak yang sudah langsung bisa bekerja. “Sekolah kita adalah sekolah jasa. Banyak lulusan kita yang sudah terserap didunia usaha, sehingga banyak orang tua yang mempercayakan kepada kita untuk mendidik anak-anaknya agar bisa siap untuk terjun didunia usaha atau siap kerja, dan rata-rata, orang tua siswa responsip dan komitmen tinggi untuk membiayai biaya sekolah anaknya, terbukti, Laboratorium yang kita miliki, sebagian besar adalah dari mereka”, imbuhnya.
“Kendati Bantuan Pemerintah Pusat maupun Daerah sudah ada untuk sekolah kita, namun hendaknya untuk bisa ditambah atau ditingkatkan lagi, mengingat kebutuhan sekolah yang selalu bertambah terus”, harapnya. (TRIE/WIN)

SMP NEGERI 1 REBAN TERDEPAN DALAM PRESTASI

Dalam rangka menerapkan Undang – Undang Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP.19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan setiap satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satua pendidikan yang bersangkutan.
Selain itu, penyusunan KTSP mengakomodasi penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah mulai dilaksanakan sejak diberlakukannya otonomi daerah sehingga penyusunan KTSP memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai dengan karakteristik masing–masing mata pelajaran, setiap mata pelajaran memiliki aspek yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga orientasi pembelajaran dan penilaian adalah penguasaan kompetensi sesuai dengan aspek masing – masing mata pelajaran.
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Reban Drs. Aris Setiadi, M.Si didampingi Ka TU Sukardi, saat dikonfirmasi mengatakan, untuk menuju semua itu SMP Negeri 1 Reban telah berkomitmen untuk mensukseskan kemajuan dunia pendidikan yang sudah terangkum dalam Visi dan Misi untuk ”TERDEPAN DALAM PRESTASI, TAQWA DAN SANTUN BERPERILAKU”, sedangkan Misinya untuk melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan inovatif, sehingga setiap siswa berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa, menumbuhkan semangat keunggulan siswa secara intensif kepada seluruh warga sekolah, mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal, menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga etika moral sehingga menjadi sumber kearifan dan kesantunan dalam bertindak, membekali keahlian keterampilan siswa untuk hidup mandiri, menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, menciptakan suasana yang kondusif untuk mengefektifkan seluruh kegiatan sekolah, mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi, mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan tugas kependidikan dan tugas sosial, melestarikan dan mengembangkan olah raga, seni dan budaya dan mengembangkan pribadi yang cinta tanah air.
Lebih lanjut, Aris Setiadi mengatakan, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan secara khusus sesuai dengan visi dan misi sekolah, serta tujuan SMP Negeri 1 Reban, tuturnya.
Pada akhir tahun pelajaran 2010/2011, sekolah mengantarkan siswa didik untuk memperoleh selisih NUN (gain score echievement) pada setiap tahunnya, mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), antara lain CTL, PAKEM, serta layanan bimbingan dan konseling, meraih kejuaraan dalam bidang sain dan bahasa tingkat kabupaten, mempertahankan perolehan medali olympiade sains tingkat nasional, melestarikan budaya daerah melalui MULOK bahasa daerah dengan indikator : 75% siswa mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks, menjadikan 75% siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya, membekali keterampilan dan keahlian siswa pada bidang menjahit (tata busana) dan keterampilan komputer, memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat kegiatan PASKIBRA, PKS, PMR dan Pramuka, serta memiliki jiwa toleransi antar umat beragama dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, pungkasnya.(ToPiK/3)

SMP NEGERI 1 SUBAH UTAMAKAN KETERBUKAAN MANAJEMEN SEKOLAH


Dibangun sejak 17 Agustus 1970, SMP Negeri 1 Subah yang terletak di jalan raya Jendral Sudirman Timur Subah ini tengah melakukan pembenahan-pembenahan dalam rangka aspek pengembangan sekolah menuju kemajuan, yang sudah terangkum dalam rencana strategis (renstra) sekolah. Demikian yang disampaikan Kepala Sekolah, Bambang Sutiyono, SPd, MPd didampingi Wakasek urusan kesiswaan Subagyo Wahyono, SPd, kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang diruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Beberapa pembenahan yang sedang dilakukan adalah perehaban beberapa ruang dari bantuan dekonsentrasi untuk 2 lokal kelas sebesar 80 juta dan imbal swadaya orang tua siswa sebanyak 5 juta, dan selain adanya perehaban, sekolah yang juga dipakai untuk SMP terbuka dengan 180 siswa ini, kedepan akan melakukan perluasan area yang saat ini masih dalam tahap pemerataan tanah.
”Saat ini kami hanya memiliki tanah dengan luas 2000 meter persegi yang diisi 21 ruangan diantaranya 15 ruang kelas, ruang BP, ruang KS, dan ruang Tu, sedangkan untuk standarnya, harus memiliki minimal 5000 hingga 6000 meter persegi, untuk itu, Pemda telah memenuhi permintaan kami dengan melakukan pinjam pakai tanah sebelah timur kompleks sekolah milik Dinas Kehutanan seluas 3000 meter persegi, sehingga bisa memenuhi standar minimum”, tutur Bambang yang baru diwisuda S2 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Semarang ini.
Peran serta komite dan orang tua siswa, lanjut Bambang, juga sangat berperan sekali dalam upaya-upaya komunikasi, memberikan sumbangsih pemikiran, membantu koordinasi, serta membantu finansial, yang terbukti dengan berhasilnya rencana pengembangan sekolah yang masih dalam perjalanan ini, tentunya dengan keterbukaan manajemen sekolah, imbuhnya.
Sekolah yang saat ini dihuni 613 siswa, 29 Pengajar dan 10 Tata Usaha ini mendapat kepercayaan mengelola ketrampilan menjahit dan dapat kucuran bantuan dari pemerintah pusat sebesar 20 juta, serta mempunyai banyak sekali prestasi yang membanggakan, yang diantaranya Juara I lomba Olimpiade Sains Fisika, Juara II Tolak Peluru Putri, Juara II Tenis Meja Putri, Juara I Taekwondo putra tingkat Kabupaten dan Juara I Lomba Geguritan bahasa Jawa tingkat Provinsi.
Saat akhir wawancara, Bambang berharap, agar Pemerintah bisa memberi bantuan guna memenuhi kebutuhan sekolah dibidang sarana dan prasarana, guna menunjang kegiatan belajar mengajar seperti ruang Perpustakaan, Laboratorium bahasa, dan laboratorium komputer, pungkasnya. (Trie/Win)
Penyerahan Piala oleh Kepala Sekolah, Bambang Sutiyono, SPd, MPd, kepada Ritma Jayanti, yang berhasil menjuarai Lomba Geguritan Bahasa Jawa tingkat Jawa Tengah (Foto : Dok. SMP 1 Subah)

SMP NEGERI 2 TULIS TERAPKAN KEKELUARGAAN MENUJU SUKSES


Seabreg piala dan piagam dari prestasi yang diusung SMP Negeri 2 Tulis yang kini tertata rapi di ruang Kepala Sekolah, tidak didapat dengan mudah semudah membalikan tangan. Semuanya perlu kerja keras dari semua pihak, dan kerja keras itu dibangun dari rasa kegotong royongan dan kekeluargaan. Demikian yang disampaikan Drs. Suharsono selaku Kepala SMP Negeri 2 Tulis, didampingi Wakil Kepala Sekolah Kasobar, SPd, Ninik Maeheti, SPd, dan Mujiono, SPd, selaku Kesiswaan, ketika ditemui Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Suharsono mengatakan, keharmonisan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya sengaja ditanam untuk bisa membangkitkan suasana kekeluargaan, sehingga bisa meminimalisir adanya miss komunikasi antar warga sekolah. Dengan diterapkannya silahturahmi keliling mengunjungi atau silahturahmi ke rumah guru atau staff secara bergantian, diharapkan bisa saling mengisi, dan saling memberi informasi menuju kemajuan sekolah, diantaranya mengatasi kenakalan anak, dan semua guru berkewajiban untuk menangani atau bertugas agar anak tidak kebablasan, tuturnya.
Adapun kegiatan selain kegiatan belajar mengajar, sekolah yang masuk dalam kategori sekolah gemuk dengan jumlah total siswa seluruhnya 807 siswa ini, juga mengadakan kegiatan pengembangan diri, yang diantaranya, bimbingan konseling, kepramukaan, Kelompok Ilimiah Remaja (KIR), Seni & Budaya, Baca Tulis Al-Qur’an, Olahraga, Palang Merah Remaja (PMR), PKS dan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).
Tercatat dari berbagai prestasi yang sudah terukir, banyak yang mewakili Kabupaten Batang untuk maju ketingkat provinsi, diantaranya Lomba Wawasan Wiyata Mandala, dan Lomba Rumpun Bahasa, serta prestasi dalam lomba keolah ragaan dibidang atletik, sampai ada yang diminta ketingkat propinsi untuk dibina lebih lanjut atas nama Nurul Afantin ke Diklat Salatiga.
Selain prestasi yang telah diukir oleh sekolah maupun anak didik, jajaran pendidik sekolah inipun tak mau ketinggalan dibidang prestasi, dengan dibuktikannya sebagai Juara II Guru Berprestasi atas nama Ninik Maeheti, SPd, dan Finalis Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran tingkat nasional atas nama Kasobar, SPd.
Menanggapi akan adanya pemekaran kecamatan, Suharsono menuturkan, pihaknya tengah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk bersiap-siap menyandang gelar sebagai SMP Negeri 1 Kandeman, yang rata-rata, SMP Negeri 1 harus mempunyai kualitas yang baik, untuk itu, pihaknya tengah berusaha untuk mewujudkannya. (WIN/TRIE)

SMP Negeri 4 Batang TERAPKAN KARTU KENDALI WAJIB BELAJAR

Drs. Ghufron berpose didepan koleksi piala kebanggaan SMP Negeri 4 Batang. (Dok. Foto:Trie)

Sejak turunnya SK pada bulan Mei tahun 2007 lalu, Drs. Ghufron dipercaya untuk bisa meningkatkan pendidikan di SMP Negeri 4 Batang. Ditemui Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang, yang didampingi Sasongko, SPd, diruang kerjanya beberapa waktu lalu, dirinya optimis, dengan kerjasama seluruh elemen, baik dari seluruh staf, pendidik, siswa, dan masyarakat, maka peningkatan mutu pendidikan akan tercapai, seperti sekolah-sekolah yang pernah ia pimpin dengan manajemennya.
Langkah pengembangan prestasi melalui kegiatan ekstra kurikuler, yang kemudian dilombakan dan disaring untuk kemudian diikutkan ke lomba-lomba tingkat Kabupaten tengah dilaksanakan. Harapannya agar bisa memunculkan bibit-bibit prestasi seperti sebelumnya, yang telah mengharumkan nama sekolah, seperti Juara Atletik, gerak jalan yang selalu langganan juara, dan prestasi yang masih hangat Juara I Story Teeling tingkat Kabupaten, yang hingga masuk peringkat ke-12 tingkat provinsi.
Persiapan menghadapi ujian nasional pun sudah disiapkan, dengan melakukan penambahan jam pelajaran selama 2 jam setiap hari, mulai hari senin hingga hari kamis, serta memberlakukan Kartu Kendali Wajib Belajar di rumah, yang melibatkan orang tua siswa itu sendiri. Dengan harapan bisa memacu belajar siswa.
Sekolah dengan total murid 702 siswa, serta 40 Guru dan TU inipun, dibawah manajemen Drs. Ghufron akan melakukan pembenahan disegala bidang, mulai dari bimbingan siswa, rehab parkir sepeda, hingga akan di standarkannya laboratorium komputer dengan koneksi internet dan pembenahan sarana prasarana lainnya, tentunya dengan didukung oleh semua pihak, tak terkecuali komite sekolah dan orang tua siswa. Diakui Ghufron, semenjak dirinya memimpin SMP Negeri 4 Batang yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler olah raga yang meliputi Voli, Basket, Tenis Meja, dan Sepak Bola, serta bidang kesenian yaitu seni tari, seni baca Al- Qur’an dan Pramuka ini, selama ini tidak ada kendala yang berarti. Namun dirinya berharap, untuk anggaran dunia pendidikan diKabupaten Batang agar bisa menyesuaikan dengan undang-undang, pungkasnya. (TRIE/WIN)

SERTIFIKASI GURU TINGKAT DASAR MERUPAKAN UPAYA PENINGKATAN KWALITAS SDM


Upaya untuk meningkatkan kwalitas guru tingkat dasar melalui seritfikasi portofolio, dilaksanakan untuk mengatasi kendala utama pendidikan yang berstandar. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Warung Asem, Kabupaten Batang, Sriyanto, S.pd mengatakan, Kurangnya tenaga guru yang memenuhi standar baik kwantitas maupun kwalitas akan teratasi dengan sertifikasi guru, walaupun dalam tahapannya masih dirasa kurang karena factor keterbatasannya, tutur Sriyanto S.Pd kepada tim liputan Jurnal Pendidikan diruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Hal ini terjadi karena kebutuhan guru sekolah tingkat dasar yang seharusnya paling tidak 10 guru, baru dapat terpenuhi kurang lebih 4 sampai 5 orang. Pada tahun 2007 ini, Cabang Dinas Pendidikan Warung Asem mengirimkan 13 orang guru, untuk melaksanakann sertifikasi, yang terdiri atas 12 guru sekolah dasar dan 1 orang guru TK, yang mudah-mudahan dapat memenuhi harapan dan kreteria yang di telah ditetapkan.
”Kami selalu berupaya memberikan perhatian yang lebih serius terhadap peningkatan kwalitas sumberdaya manusia para pendidik. Karena kami sadar, kemajuan bangsa sangatlah tergantung dari bagaimana pendidikan dapat tertangani secara baik dan benar, yang pada akhirnya tujuan Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat bersama-sama kita upayakan “ tegasnya.(UD/3)

SD NEGERI SIDOREJO 02 WARUNG ASEM BERBENAH UNTUK BERPRESTASI

Kemajuan dunia pendidikan tidak terlepas dari usaha bersama untuk menjadikan masa depan bangsa Indonesia lebih baik. Demikian pula yang dilakukan oleh Surahmat selaku kepala sekolah SD Negeri Sidorejo 02 beserta jajaran guru yang dipimpinnya. Tentunya harapan ini tidaklah menjadi pepesan kosong karena tentunya dibarengi dengan rencana program yang telah berjalan maupun yang tengah direncanakan untuk dapat menunjang keberhasilan akan tujuan dari pendidikan itu sendiri, sekalipun usaha dan kerjasama yang telah dilakukan di tengah-tengah keterbatasan yang ada, tidak menjadikan halangan yang menghambat, tetapi justru menjadi tantangan sendidi agar usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang dimulai dari pendidikan dasar dapat tercapai baik secara kwalitas maupun kwantitasnya.
Untuk ukuran prestasi, SD Negeri Sidorejo 02 Warung Asem telah membuktikan dengan menjuarai MIPA ditingkat Kabupaten Batang, yang kemudian menjadi wakil dari Dinas Pendidikan ke tingkat Propinsi.
Adanya Extrakurikuler Seni tari dan Kepramukaan menjadikan sekolah yang dipimpin oleh Surahmat berbeda dari sekolah lainya, paling tidak dapat manjadi salah satu alternatif bagi orang tua murid untuk memilih sekolah dengan tingkat kwalitas yang memadai. Tentunya kesemua program dapat berjalan dengan baik apabila ditunjang dengan ketersediannya sarana dan prasaran pendukung proses belajar mengajar yang kebetulan pada tahun 2007 ini, mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) diantaranya untuk merehab bangunan ruang kelas, yang kemudian dikerjakan dengan cara swakelola bersama sama Komite sekolah untuk melakukan pembangunan, yang kedepan dalam perkembangannya akan ditata sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan kwalitas pendidikan itu sendiri.
Kesadaran akan peningkatan mutu pendidikan menjadi sebuah keinginan luhur agar harkat dan martabat bangsa dapat sejajar dengan Negara lainnya di dunia. “ Kami beserta karyawan dan Komite sekolah bermufakat untuk bersama sama mendorong dan menciptakan iklim yang kondusif bagi terselenggaranya proses tranformasi keilmuan, agar tujuan Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai secara bersama sama dan berdasar pada keadilan yang ada “ tegas Surahmat mengakhiri perbincangannya, dengan tim liputan Jurnal Pendidikan. (UD/3)

Agung Basuki, SPd; SISWA SEKOLAH DASAR HARUS DIKENALKAN DENGAN TIK


Kemajuan dunia pendidikan tak akan lepas dari peran serta seluruh elemen, salah satu unsur yang bisa mewujudkannya adalah kepala sekolah. Kepala sekolah yang mempunyai basic manajemen pendidikan yang bagus, serta program sekolah yang bermutu, akan dengan mudah memajukan dunia pendidikan, dan tentunya juga harus didukung beberapa elemen lainnya untuk bisa mewujudkannya.
Kepala sekolah SD Negeri 1 Pasekaran Batang, Agung Basuki, SPd, sedang berupaya untuk mewujudkan komputerisasi bagi anak-anak didiknya. Hal ini diungkapkan kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan, beberapa waktu lalu.
“Program sekolah sampai 2 tahun mendatang, kami merencanakan untuk mengadakan komputer, minimal 2 unit lagi, untuk kami ajarkan kepada anak didik tentang pengenalan dasar TIK, agar bisa mengikuti arus globalisasi, dan dalam hal ini peran serta masyarakat yang saat ini sudah bagus dengan terwujudnya gapura sekolah, diharapkan bisa lebih ditingkatkan, dan juga terutama bantuan pemerintah”, tuturnya.
Sekolah yang banyak prestasi yang diantaranya juara 1 bidang membuat tekhnologi sederhana pada festifal kompetensi dan kreatifitas siswa dan guru SD tahun 2007 ini melalui kepala sekolah berharap, agar anggaran untuk dunia pendidikan untuk bisa dicukupi, dengan begitu, paling tidak dunia pendidikan di Kabupaten Batang akan ada sedikit kemajuan.(Win/3)

SDLB BERIKAN BEKAL KETRAMPILAN ANAK BERKELAINAN


Sebagai sekolah yang memberikan bekal atau ketrampilan tingkat dasar bagi anak yang mempunyai kelainan sesuai dengan jenis kelainan anak untuk bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Kabupaten Batang memberikan arti penting bagi kelanjutan anak yang mempunyai kelainan untuk bisa hidup bermasyarakat.

Sejak turunnya Inpres tertanggal 1 April 1983 nomer 7, SDLB ini mulai terbangun dan mulai beroperasional di kompleks pendidikan Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 1, dan pada tahun 1993, tepatnya tanggal 25 Mei, dibangun diatas tanah seluas 4640 meter persegi, 4 unit bangunan yang terdiri dari 11 lokal kelas dan rumah dinas Kepala sekolah dan penjaga.

Dari 26 SDLB yang ada di Provinsi Jawa Tengah, SDLB kabupaten Batang telah memberikan pencerahan bagi kehidupan anak - anak yang berkelainan dengan bisa berinteraksi sosial dan bekerja seperti masyarakat pada umumnya, serta beberapa prestasi-prestasi yang membanggakan seperti Juara II seni lukis tingkat Karesidenan Pekalongan, Juara III lomba seni Tari tingkat Provinsi, dan beberapa preatasi lainnya.

Diakui Nur Wisnu Kuncahyo, yang sejak tahun 1984 mengajar anak-anak berkelainan dan sejak Januari 1993 diangkat sebagai Kepala Sekolah mengatakan, dari hasil survey yang dilakukan pada tahun 2001, tercatat di Kabupaten Batang ada 1643 anak berkelainan yang tersebar diseluruh kecamatan. Dari jumlah tersebut, dia sangat meyayangkan dengan adanya kendala trasportasi yang menghambat anak-anak yang berkelainan untuk bisa mengenyam dunia pendidikan.

Solusi adanya asrama dilingkungan sekolah untuk menampung anak didik yang bertempat tinggal jauh pun kini sudah tidak ada lagi sejak tahun 1998, dikarenakan terhentinya dana bantuan dari Departemen Sosial, serta kerusakan bangunan yang sudah tidak layak huni yang akhirnya diambil kesepakatan untuk meniadakan asrama.

Kepala Sekolah berharap, agar Pemerintah Daerah memberikan bantuan ke Sekolah Luar Biasa dari APBD seperti kota dan Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Jawa Tengah, seperti Cilacap, Purworejo, Pati, Karang Anyar, Jepara dan Purbanlingga, dan sesuai dengan janji Wakil Bupati pada Kunker tahun 2005 lalu, bahwa Guru Sekolah Luar Biasa akan diberi tunjangan khusus agar bisa terealisasi, mengingat sistem kerja yang tidak sama dengan sekolah pada umumnya. (Trie/Win/Ud)

Sujarwo SPd ; “TAK ADA ANGGARAN UJIAN UNTUK SMP LUAR BIASA”


Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa ( SMPLB ) yang didirikan mulai tahun 2003 oleh Yayasan Bina Sejahtera Anak Berkelainan ( YBSAB ) bertempat di Kauman Batang ini, sepintas terlihat kurang adanya perhatian maupun diminati oleh masyarakat pada umumnya.
Namun bagi masyarakat yang mempunyai anak yang berkelainan, dengan adanya sekolah ini, sangat membantu perkembangan ilmu maupun mental sang anak. Terbukti, sekolah satu-satunya di Kabupaten Batang ini mampu menyerap siswa dari beberapa wilayah di Kabupaten Batang, seperti Batang kota, Subah, Tulis, Limpung dan Bandar.
Ketika ditemui Tim Jurnal Pendidikan, Kepala Sekolah Sujarwo SPd menuturkan, didirikannya sekolah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 9 Tahun bagi anak-anak yang berkelainan. “Wajib Belajar sembilan tahun tidak hanya bisa dinikmati oleh anak-anak yang normal saja, namun agar bisa dinikmati oleh anak-anak yang berkelainan, baik tuna netra, tuna rungu wicara maupun tuna mental”, katanya.
Timbul rasa haru dan bangga dengan perkembangan pendidikan para siswa saat ada dikelas. Mereka terlihat antusias dalam belajar, namun kadang sering kali terjadi kegaduhan, karena ulah jahil beberapa siswa kepada teman-teman maupun kepada pengajarnya.
Kendati proses kegiatan belajar mengajar tidak selancar seperti yang ada disekolah-sekolah umum, namun sekolah yang ikut dalam kriteria C atau kategori tuna mental ini juga bisa berprestasi, seperti menjuarai Seni Tari Se Karesidenan Pekalongan dan juga mempunyai beberapa ketrampilan, seperti menjahit, membuat keset dan beternak jangkrik.
Diakui Sujarwo selaku Kepala Sekolah, selama ini Pemerintah sudah ikut peduli dengan pendanaan sekolah ini, baik melalui bea siswa maupun BOS, dan untuk orang tua siswa tidak ditarik iuran sepeserpun, karena menurutnya, rata-rata orang tua siswa banyak yang tidak mampu, dan ditakutkan, orang tua siswa enggan menyekolahkan anaknya karena keberatan dengan adanya biaya.
“Kendala yang selama ini kami hadapi adalah minimnya biaya operasional, karena dalam sebulan kami harus membayar 2 orang guru wiyata bhakti, dan tagihan listrik serta Pam, dan pada saat pelaksanaan ujian, kami selalu kekurangan anggaran, karena untuk pelaksanaan ujian, kami tidak diberi anggaran dengan alasan hanya ujian sekolah”, terangnya.
“Harapan kami, hendaknya ada kerjasama yang baik untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak berkelainan, antara Pemerintah Daerah, Pelaku Pendidikan dan masyarakat itu sendiri, sesuai dengan tugasnya masing-masing dalam menjalankan pendidikan”, pungkasnya. (Trie/Win/Ud)

PERANAN ALAT PERAGA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR


Oleh : Utomo, S.Pd*)
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap–tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal, akan dapat memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengucap, maupun peraba. Semakin baik tanggapan seseorang, makin baik pula pengertian tersebut dapat dipahami oleh siswa.
Menyadari karakteristik belajar yang demikian tersebut, maka keberadaan sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat penting sekali, bahkan dalam hal–hal tertentu, akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang mengalami proses itu.
Agar alat peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat peraga/praktek tidak semata-mata menjadi alat bantu atau pelengkap, melainkan bersama-sama dengan guru, materi, metode, strategi, dan evaluasi berperan dalam proses belajar.

Bagaimana merangsang alat indra siswa agar lebih mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru ?
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal akan dapat memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya, baik indera penglihatan maupun peraba. Semakin baik tanggapan seorang, makin baik pula pengertian tersebut dapat dipahami oleh siswa. Menyadari karakteristik belajar yang demikian tersebut maka keberadaan sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat penting, bahkan dalam hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peranan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya merangsang alat indera siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar (PBM), pada setiap mata pelajaran guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya, kecuali itu, siswa harus lebih banyak dikenalkan benda-benda yang nyata dari pada abstraknya melalui alat indera masing–masing sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pengamatan para ahli, dilihat prosentase efektifitas alat masing – masing antara lain, Indera penglihatan 83 %, Indera pendengar 16 %, Perasa 1 %, Penciuman/pembau 3,5 % dan Peraba 1,5 %. Dengan melihat perincian tersebut, ternyata indera penglihatan yang mempunyai presentasi tertinggi.
Dalam PBM kita diharapkan untuk semaksimal mungkin memanfaatkan indera penglihatan siswa, dengan memacu penggunaan alat indera penglihat, berarti kita (pendidik), harus memaksimalkan penggunaan alat peraga, terlebih ada kesan; Saya melihat saya ingat, Saya mengerjakan saya mengerti dan Saya mendengar saya lupa.

Apa peranan alat peraga dalam proses belajar mengajar.

Karena menyadari pentingnya alat peraga/praktik dalam meningkatkan mutu keberhasilan kegiatan belajar mengajar, maka perlu mengupayakan pemasyarakatan dan peningkatan fungsi alat peraga/praktik antara lain melalui pengadaan, penyebarluasan serta melaksanakan pelatihan pembuatan dan penggunaan alat peraga/praktik sederhana bagi tenaga kependidikan di lapangan. Hal ini perlu dilakukan dengan harapan dapat membantu guru dan siswa dalam hal membuat dan menggunakan alat peraga/praktik secara tepat, sehingga mutu kegiatan belajar mengajar dapat meningkat, serta keperluan alat peraga/praktik di sekolah dapat teratasi.
Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang mengalami proses itu. Agar alat peraga/praktik tidak semata-mata menjadi alat bantu pelengkap, melainkan bersama-sama dengan guru, materi, metode, strategi dan evaluasi berperan dalam proses belajar mengajar.
Dalam rangka memenuhi tuntutan seperti tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Pembuatan dan penggunaan alat peraga sederhana
Pembuatan dan penggunaan alat peraga sederhana harus dikaitkan/dilandasi dengan pemikiran yang sistematis, agar alat peraga tersebut dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar mata pelajar lainnya/terpadu, dan langkah – langkah yang perlu diperhatikan :
1. Mempelajari GBPP, untuk mengetahui tujuan, pokok bahasan, jumlah jam/waktu yang disertakan.
2. Mengetahui kemampuan apa yang hendak dikembangkan atau yang akan dicapai oleh anak dengan menggunakan alat peraga sederhana tersebut.
3. Dapat menentukan kedalaman materi yang akan diberikan untuk itu harus dipelajari lebih dahulu di telaah buku materi pelajaran di sekolah ataupun sumber–sumber lainnya.
4. Usahakan agar strategi PBM berjalan efektif, hendaknya dapat menentukan metode dengan tepat, untuk materi langkah-langkah kegiatan belajar serta pengorganisasian kelas.
5. Menentukan jumlah–jumlah jenis sarana yang digunakan untuk dapat menentukan sarana yang diperlukan hendaklah diperhitungkan dengan kemampuan apa yang akan dicapai, metode yang digunakan serta materi yang diajukan.
6. Pembuatan alat peraga sederhana hendaklah mengutamakan barang bekas yang ada di lingkungan sekolah, dan dibuat sendiri oleh guru dan dibantu oleh siswa.
7. Jika sarana tersebut telah selesai dan dapat berfungsi, maka guru tinggal membuat persiapan mengajar. Dan perlu diperhatikan untuk mencoba sarana yang digunakan apakah sudah dapat berfungsi dengan baik, menyiapkan jumlah sarana yang diperlukan, menentukan pengorganisasian kelas menciptakan metode yang digunakan dan melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sarana yang kita buat sendiri.
8. Melaksanakan KBM dengan menggunakan sarana yang kita buat sendiri, dalam hal ini guru dapat memberi bimbingan, agar alat yang dipergunakan dapat difungsikan semaksimal mungkin, kemudian anak dibimbing agar kemampuan atau ketrampilannya dapat diperoleh secara maksimal.
9. Mengadakan penilaian untuk mengetahui daya serap anak dapat dilaksanakan secara tertulis, lisan dan perbuatan.
10. Tindak lanjut, dapat berupa pemberian tugas khusus dan bimbing, mengulang pelajaran dan memberi contoh – contoh yang lebih kongkrit.

b. Pemeliharaan dan pengumpamaan alat peraga sederhana
1. Selain pembuatan dan penggunaan alat peraga IPA, hal yang cukup penting juga untuk diperhatikan adalah pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga itu sendiri, sehingga alat-alat tersebut akan lebih tahan lama dan tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian guru juga dapat menggunakannya dengan baik pada waktu yang cukup lama, tidak setiap kali harus membuat lagi, walaupun alat peraga/praktik sederhana.
2. Pengelompokkan alat peraga IPA untuk memudahkan pemeliharaan dan penyimpanan, alat peraga IPA dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan ukurannya :
a. Alat peraga ukuran besar, misalnya : papan planel, dan alat peraga yang sejenis ukurannya dan biasa digunakan secara klasikal.
b. Alat peraga ukuran sedang dan kecil, misalnya : pemantul cahaya respirometer dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan bahan :
a. Bahan kertas, karton
b. Bahan kain
c. Bahan tripleks, kayu, seng, plastik, kawat.
d. Bahan yang mudah pecah
3. Berdasarkan peruntukkannya :
a. Alat peraga klasikal
b. Alat peraga kelompok
c. Alat peraga individua
c. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga ilmu pengetahuan alam (termasuk sarananya)
1. Alat–alat dengan ukuran besar disimpan dalam kelompok yang terpisah dengan alat-alat yang ukuran relative lebih kecil.
2. Ada alat–alat tertentu yang bahannya mudah lembab seperti kertas, karton, planel. Alat–alat ini harus disimpan di tempat yang kering tidak ditempatkan di bawah/di lantai atau tempat yang lembab.
3. Alat–alat yang terbuat dari bahan yang lunak, mudah pecah tidak dicampur penyimpanannya dengan alat–alat yang keras, berat dan besar.
4. Alat–alat yang konstruksinya rumit, mudah rusak harus dikemas tersendiri, dibuatkan kemasan yang aman, dari bahan yang keras, supaya tetap berfungsi dengan baik setiap kali digunakan.
5. Alat–alat yang terbuat merupakan set (satu satuan dalam penggunaan) harus dikemas menjadi satu kotak/satu kantong, supaya tidak mudah hilang karena kalau salah satu bagian hilang maka alat tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, misal : perangkat listrik.
6. Alat–alat yang terbuat dari tripleks dengan ukuran relatif sama (bentuk datar) harus disimpan dalam kelompok tersendiri.
7. Alat–alat yang penggunaannya merupakan alat individual/kelompok yang jumlahnya cukup banyak harus disimpan tersendiri
8. Sebelum dan sesudah digunakan jumlahnya tetap sama. Alat–alat yang bentuknya sangat kecil perlu dikelompokkan/di kemas tersendiri supaya mudah mencariya dan tidak mudah hilang. Demikian alat yang merupakan pelengkap alat lain (ukuran besar) dikemas sendiri tetapi penempatannya didekatkan dengan alat pasangannya.
9. Setiap kemasan diberi tulisan/label tentang nama alat yang didalamnya supaya mudah mencari jika akan digunakan dan menyimpannya kembali. Akhirnya usaha pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga / praktik ilmu pengetahuan alam (IPA) harus juga melibatkan siswa.
Catatan : Kepada siswa kita diberikan arahan agar menggunakan alat-alat dengan cermat tidak ceroboh agar alat–alat tetap berfungsi sebagaimana mestinya, tahan lama, dan tetap terjaga keutuhanya baik kualitas maupun kuantitas.

Adakah kaitannya antara penggunaan alat peraga dalam proses/kegiatan belajar mengajar dengan peningkatan mutu pendidikan.
Dalam Undang – Undang Nomor 2 tahun 1989 pada penjelasan pasal 35 tercantum bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga pendidik dan para peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tidak didukung oleh sumber belajar yang sangat penting dalam hal ini adalah alat peraga/praktik yang dapat membantu guru memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih siswa untuk mencapai keterampilan tertentu.
Untuk mata pelajaran yang tujuan instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (psikomotor) seperti mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, alat peraga/praktik sangat diperlukan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Di samping dalam rambu-rambu garis besar program pengajaran dalam kurikulum disebutkan bahwa setiap pengajar hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan/sub pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pengajaran dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari yang mudah ke hal sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
Bahwa alat peraga sangat erat hubungannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, dengan menggunakan alat peraga dalam setiap proses/kegiatan belajar mengajar akan lebih mengena dari pada tanpa menggunakan alat peraga, karena dengan menggunakan aat peraga berarti kita akan meninggalkan hal-hal yang bersifat perbalisme.(3)

*)Kepala SD Mojotengah 3 Kecamatan Reban