Selasa, 15 Maret 2011

SMP NEGERI 3 BAWANG PEDULI LINGKUNGAN SEKITAR

Pada umumnya kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) di tingkat pendidikan menengah pertama dan menengah atas hanya diselenggarakan disekitar lingkungan sekolah saja. Berbeda dengan program yang dimiliki oleh pihak SMP Negeri 03 Bawang Kabupaten Batang kali ini. Masa Orientasi Siswa kali ini diselenggarakan dilingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, yakni mereka berbaur dengan masyarakat, membantu masyarakat untuk ikut bergotong royong dalam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

Dijumpai disela-selakegiatan, Juandoyo S.Pd selaku Kepala sekolah SMP Negeri 03 Bawang mengatakan, bahwa tingkat rasa peduli terhadap lingkungan ini sengaja ditanamkan oleh pihak sekolah terhadap anak-anak didik mereka, agar anak-anak senantiasa selalu dekat dengan masyarakat. Tak luput dari itu, masyarakat sekitar adalah merupakan mitra pihak sekolah.

“Seiring oleh laju perputaran waktu, SMP Negeri 03 Bawang berupaya lebih mengedepankan kedekatannya dengan masyarakat, karena selain sebagai mitra juga merupakan tempat dimana para siswa-siswi dapat mengamalkan serta mempraktikkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama mereka duduk ditingkat pendidikan sekolah menengah pertama” jelasnya.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa tiap-tiap sekolah mempunyai program yang berbeda-beda walaupun tujuannya sama – sama mencerdaskan kehidupan bangsa, mencetak generasi penerus perjuangan bangsa melalui pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, serta mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswi juga tidak terlepas dari misi program pendidikan sekolah tersebut, yaitu menumbuhkembangkan kepedulian dan kepekaan sosial dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

“Sekolah selain sebagai tempat dalam menimba ilmu bagi para anak didik, juga merupakan sebagai tempat dimana mereka dapat belajar mengembangkan bakat dan minat mereka sesuai dengan minat yang mereka senangi”,imbuhnya.

Sekolah yang merupakan sekolah baru, yang berusia kurang lebih 10 tahun dan lokasinya berada ditingkat pinggiran desa kecamatan Bawang ini tidak membuat para tenaga pengajar dan siswa didik putus harapan, namun hingga saat ini sudah membuktikan bahwa sekolah ini juga mampu berprestasi hingga tingkat Kabupaten terlebih pernah meraih juara I di tingkat kabupaten.

“Dalam kegiatan POPDA tahun 2010 ini, sekolah kita sudah pernah menorehkan prestasi, yakni meraih Juara I Lari Putri 100 meter, atas nama Puji Listiana, dan bukan hanya itu, prestasi yang lain juga sangat mengesankan adalah juara II Story Telling di tingkat Kabupaten Batang”, paparnya. (Arviant/Trie)





MERAJUT KENANGAN – MENATAP MASA DEPAN DI SMP NEGERI 1 TERSONO


SMP Negeri Tersono pada masanya merupakan sekolah dilingkungan pedesaan yang sangat dibanggakan, khususnya dibanggakan oleh warga sekolah dan umumnya dibanggakan oleh masyarakat di kabupaten Batang. Dari sekolah ini telah diukir berbagai prestasi, baik prestasi yang diraih oleh siswanya, maupun prestasi yang diraih oleh para pengelolanya, pernahkah anda mendengar nama Dra. Bagiyanti, M.Pd, Drs. Mursidi, Drs. Sabar Mulyono, beliau-beliau ini dulunya sebagai guru dari satuan pendidikan tersebut.

Dikisahkan Sunardi, S.Pd selaku kepala sekolah, bahwa 2 tahun yang lalu keadaan sekolah hampir semuanya terbalik tidak seperti masa lalu yang menemui masa keemasannya. Keadaan fisik gedung sekolahnya sangat memprihatinkan, bangunan tua ini memiliki wajah dengan gapura yang hampir ambruk, dihiasi dengan ruang laborat yang sudah remuk, diwarnai dengan ruang perpustakaan yang hancur.

”Keadaan siswanya juga sangat memprihatinkan, hampir tidak bisa dibedakan apakah ini anak sekolah atau bukan, liar dan sangat menyedihkan, apabila kelas kosong atau jam istirahat sebagian besar siswa pergi keluar meninggalkan lingkungan sekolah, ada yang ngeluyur ke tengah pasar, ada yang bermain play station, ada juga yang pesta rokok dan ada yang tertangkap basah masuk ke mini market”, kata guru teladan peringkat I kabupaten Batang tahun 1997 ini.

Dari kepemimpinan pria kelahiran Klaten, 5 April 1960 ini, diharapkan bisa membawa perubahan. Dan keadaan yang diharapkan adalah keadaan yang baik, yaitu keadaan seperti masa yang lalu, bukan keadaan seperti 2 tahun lalu.

”Setelah memulai melaksanakan tugas disatuan pendidikan ini, disamping selalu memohon kepada Allah SWT supaya diberi kemudahan dan kelancaran di dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, saya juga mempunyai keyakinan, bahwa tugas tambahan sebagai kepala sekolah itu merupakan suatu amanat, disamping sebagai amanat dari yang Maha kuasa, juga merupakan amanat dari atas dan dari bawah. Maksudnya mendapat amanat dari bawah yaitu mendapat amanat dari para orang tua siswa, amanat orang tua yang mempercayakan pada kita untuk menyekolahkan putra-putrinya belajar di satuan pendidikan yang kita kelola ini. Prinsip yang harus selalu dipegang dalam melaksanakan tugas di sekolah yang serba tidak karuan adalah Santun, Tegas dan punya nyali”, papar Sunardi yang meraih peringkat IV dalam seleksi kepala sekolah SMP berprestasi tahun 2009.

Dikatakan Sunardi yang memimpin sekolah ini sejak Februari 2008, berkat menerapkan sopan santun dengan berusaha tidak menyinggung perasaan sesama, berkat bersikap tegas di dalam melaksanakan dan menegakkan peraturan, serta mempunyai nyali dan keberanian di dalam menegakkan disiplin dan tata tertib bagi seluruh warga sekolah, akhirnya upaya-upaya yang dilaksanakan sudah membawa hasil dan sudah nampak tanda-tandanya.

”Hasil dan tanda-tanda itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan juga merupakan buah dari kerjasama yang baik di antara seluruh warga sekolah. Disamping itu, juga tidak terlepas dari faktor kebetulan. Apabila diulas balik, apa yang sudah diwujudkan di SMP Negeri 1 Tersono dalam 2 tahun terakhir ini dalam data akan bicara, bahwa dalam akademis, dari tahun ke tahun prestasi dalam melaksanakan ujian nasional selalu menggembirakan, tingkat prosentase kelulusan tahun 2007 = 82%, tahun 2008 = 94% dan tahun 2009 = 100%. Ini baru yang namanya prestasi, karena sebelumnya belum pernah mencapai 100%”, imbuh suami dari Herlina yang juga sebagai guru di SD Negeri Capagan 02 ini.

Ayah dari Dedi Tisna dan Nurul Puspita ini menambahkan, bahwa dalam pengelolaan sekolah, 2 tahun terakhir ini dinilainya semakin baik, diantaranya penilaian akreditasi sekolah pada tahun 2009 telah memperoleh status akreditasi A, kemudian yang dulunya siswa sangat liar, sekarang sudah terkendali dan berprestasi.

”Prestasi-prestasi yang sudah diperoleh siswa diantaranya seperti juara I voli putri pada Popda tingkat karesidenan Pekalongan tahun 2008 dan juara I pada Popda tingkat kabupaten Batang pada tahun 2009 dan 2010. Selain itu Voli putra juga menjuarai di kabupaten Batang serta juara Story Telling, Bahasa Jawa, Tari dan lainnya”, tuturnya bangga.

Selain itu, kepala sekolah yang berdomisili di Desa Cepagan kecamatan Warungasem ini menegaskan, bahwa dalam pengelolaan fisik gedung sekolah, semakin hari juga semakin tertata dan baik.

”Dalam waktu 2 tahun terakhir ini tercatat perubahan diantaranya dapat mewujudkan tempat wudlu yang cukup representatif dan terbaik di kabupaten Batang, dapat dilaksanakan rehab 2 lokal ruang kelas sehingga cukup layak, membangun gapura sekolah yang cukup gagah dan berwibawa dan terbaik di kabupaten Batang, dapat diwujudkannya lapangan basket untuk siswa dan dapat diwujudkannya bangunan bertingkat untuk menghiasi kota Tersono, ini terbaik di kecamatan Tersono”, imbuh Sunardi yang menegaskan bahwa ini bukan merupakan suatu kesombongan, namun merupakan suatu perjuangan dalam merajut kenangan dan menatap masa depan, serta dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa. (Trie)


SUPRIBADI

GURU HARUS BERJIWA GURU

Pria kelahiran Guningkidul, 9 September 1952 ini mulai berkiprah dan mengabdikan diri di kabupaten Batang sejak Januari 1973. sejak tahun itulah dirinya mulai mengajar hingga sekarang di SD Negeri Sendang Wonotunggal.

Dalam karirnya mengajar anak-anak di kabupaten Batang, khususnya di desa Sendang kecamatan Wonotunggal ini, pria yang hobbi menulis lagu bernuansa nasionalis ini pernah menjabat sebagai kepala Sekolah selama 32 tahun di SD Negeri Sendang UPT Disdikpora kecamatan Wonotunggal, yakni mulai tanggal 1 April 1977 hingga 9 September 2009.

Ketika ditanya tentang Suka duka menjadi kepala Sekolah atau guru, dirinya menjawab dengan ringan, bahwa lebih banyak pengalaman menggembirakan dari pada pengalaman duka. Menurutnya, dirinya baru merasa sedih bila menghadapi siswa-siswi yang kurang bisa mengikuti pelajaran, namun itu menjadi suatu tantangan bagi seorang guru, katanya.

Diakui Supribadi yang sekarang kembali menjadi seorang guru di SD Negeri Sendang, bahwa dirinya merasa bangga dan bahagia dapat mengelola sebuah satuan pendidikan selama ini. Karena menurutnya, selama ini dirinya diberi kepercayaaan dan itu menjadi tanggung jawabnya.

”Saya juga bangga bisa membawa nama baik sekolah hingga berprestasi sampai ke tingkat kabupaten dan pernah menjuarai berbagai kejuaraan, baik mocopat, olahraga, lomba sekolah sehat dan lomba gugus”, tuturnya.

Supribadi yang sekarang di beri tugas oleh kepala Sekolah baru untuk memegang kelas 6 ini menambahkan, bergesernya jabatan dari kepala sekolah menjadi seorang guru bukan merupakan suatu beban baginya, bahkan dirinya tetap optimis dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan kepala sekolah yang baru dan tentunya dengan rekan-rekan guru lainnya.

”Pada intinya saya seorang guru, saya hanya di beri tugas tambahan menjabat kepala Sekolah. Sehingga apabila saya kembali lagi menjadi guru, tidak masalah bagi saya. Apalagi itu sudah menjadi suatu aturan yang perlu dilaksanakan”, imbuhnya.

Menurutnya, menjadi seorang guru adalah panggilan hati. Bukan hanya berdasarkan untuk mencapai suatu pekerjaan atau sebuah jabatan, karena guru harus berjiwa guru yang mempunyai niatan untuk mendidik.

”Guru adalah panggilan hati, harus bener-bener mempunyai jati diri sesuai panggilan jiwanya, bukan karena untuk sebuah pekerjaan, tapi juga dilandasi dengan panggilan jiwa, sehingga orang yang berjiwa guru akan selalu mengutamakan untuk mendidik, bener-bener secara tulus ikhlas untuk anak didiknya dan jadilah guru yang sejati yang mengutamakan pendidikan dan mengutamakan sikap yang bisa memberikan tauladan”, pungkasnya. (Trie)