Sebentar lagi masyarakat Kabupaten Batang akan memapaki usia Pemerintahan Daerah ke 43 tahun atau 43 tahun berdirinya kembali Kabupaten Batang, meski kita juga harus melewati masa yang paling penting untuk menunaikan hak dan kewajiban sebagai rakyat guna melaksanakan Pemilu tahun 2009, baik pemilihan legeslatif maupun pemilihan presiden.
Maka redaksi Jurnal Pendidikan Batang Berkembang ingin menggugah semangat kaum pendidik, juga dengan mengingat kembali tokoh pejuang pendidikan, yakni Ki Hajar Dewantoro yang lahir 120 tahun lalu. Jiwa, semangat dan nilai kejuangannya dalam pendidikan masih sangat relevan ketauladanannya yang diabadikan dengan hari pendidikan nasional 2 Mei 2009 yang akan datang sebagai momentum kebangkitan guru yang patriotis dan bekerja secara professional.
Meneladani semangat dan kejuangan Ki Hajar Dewantoro memegang prinsip TRI PURUSA, yakni pendidikan disekolah, keluarga dan masyarakat dengan kata saktinya Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Dengan prinsip tersebut kita hantarkan anak didik Kabupaten Batang untuk bisa lebih meningkat lagi, baik jasmani dan rohaninya dengan berlandaskan budi pekerti yang luhur, menjadikan anak-anak Batang unggul dan berkualitas.
Semoga
“Back to Basic the Massage of Good Educators Commited to The Best Education”
Go to basic education of Indonesia bagi seluruh pengelola pendidikan, guru, kepala sekolah merupakan suatu amanat yang harus diwujudkan, yakni menciptakan generasi yang cerdas, terampil, berkualitas dan berakhlak mulia.
Lebih-lebih lagi, sekarang Pemerintah sudah sadar, bahwa pembangunan pendidikan merupakan kunci penentu kesejahteraan rakyat, baik moril materiel, sehat dan kuat.kita wajib bersyukur, guru dan kaum pendidik pada umumnya oleh pemerintah telah diberikan peningkatan kesejahteraan yang lebih disbanding dengan pegawai negeri seperti pada umumnya. Maka untuk itu, guru harus bekerja secara professional, berinovatif dengan memotivasi diri secara baik. Maind set keguruannya yang sejati seperti guru yang istiqomah, guru yang tahan uji dan tekun melaksanakan amanah sebagai pendidik.
Profesi guru lahir oleh adanya revolusi bidang pendidikan, dimana para orang tua mulai menyerahkan dan atau mempercayakan sebagian wewenang pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang di nilainyamemiliki kemampuan. Profesi guru berkembang sebagai akibat dari pergeseran system pendidikan dirumah oleh orang tua ke arah pendidikan formal disekolah. Pada mulanya pekerjaan guru dianggap sebagai suatu pekerjaan karena jabatan, dilakukan menurut tanggungjawab yang diberikan yaitu mengajar. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa kualifikasi tertentu dengan kridensial yang bervariasi anatara tempat satu dengan yang lain.
Namun sejak akhir abad 19 dan awal abad 20 dimana aktivitas pendidikan dan pengajaran memunculkan suatu bidang pekerjaan yang selanjutnya disebut sebagai profesi, spesialisasi pada keahlian mengajar berkembang menjadi satu profesi tersendiri. Untuk itu, kini dilakukan usaha-usaha penyeragaman standar minimal untuk profesi guru melalui program-program peningkatan ketrampilan guru, pengembangan organisasi profesi, peningkatan gaji guru, perbaikan berbagai kondisi kerja dan sebagainya.
Profesionalisme guru sebagai pengembang sumber daya manusia tidak dapat dihindari. Dalam proses transformasi sosial menuju masyarakat global dimana profesi guru bertanggungjawab mempersiapkan sumberdaya manusia untuk hidup dan berkarya didalam perubahan sosial yang terjadi menuntut perubahan fungsi dan perannya. Terkait dengan arus otonomi daerah dan gelombang keterbukaan yang terjadi dalam masyarakat saat ini, ada tiga peran dan fungsi guru Indonesia, yaitu sebagai agen pembaharu, pengembang sikap toleransi dan pengertian, serta sebagai seorang pendidik yang professional.
Selamat mengabdi dan berjuang untuk guru dan pengelola pendidikan guna mengejar ketertinggalan kita dengan Negara lain.
Dijumpai usai serah terima jabatan Eselen III dan IV dilingkungan Disdik Pora Kabupaten Batang tanggal 13 Februari 2009 lalu, Drs. Sabar Mulyono selaku Kepala Bidang Pendidikan SMP/Dikmen menuturkan, saat ini pihaknya tengah fokus dibeberapa program prioritas Disdik Pora Kabupaten Batang, khususnya bidang Pendidikan SMP/Dikmen. Adapun Program prioritas yang menjadi program kerja diantaranya persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN).
“Dalam rangka kunjungan kerja yang didampingi oleh komisi B, kami telah mengadakan pemantapan kepada sekolah-sekolah di 15 kecamatan, guna mempersiapkan sekolah menghadapi ujian nasional, dan kunci pokok menghadapi persiapan ujian nasional diawali dari pendataan peserta yang valid.”, tuturnya.
Lebih jauh dipaparkan pria kelahiran Kendal, 10 Mei 1963 ini, bahwa kegiatan-kegiatan yang harus diterapkan disekolah diantaranya Pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan seandainya kurang, perlu adanya jam tambahan pelajaran, pagi hari diintensifkan, dan pada sore hari untuk membahas soal.
“Selain itu, untuk menghadapi ujian nasional ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, diantaranya persiapan mental. Persiapan mental dapat dilakukan melalui do’a sendiri-sendiri maupun do’a bersama atau istighosah. Dan diharapkan, Kepala sekolah harus bisa memotivasi siswa dan orang tuanya, karena selama ini menurut penelitian, anak tidak lulus berawal dari rasa kecemasan”, jelasnya.
Dipaparkan mantan Kasi SLTP ini, bahwa keberhasilan menghadapi UN ditentukan oleh banyak faktor. Selain persiapan mental, juga diperlukan adanya persiapan materi, baik yang dilaksanakan disekolah dalam proses kbm dalam hal ini hubungan antara guru dengan siswa / kualitas pembelajaran, maupun dengan belajar dirumah. Niat, cara belajar dan waktu belajar, semuanya mempengaruhi. Dan waktu paling baik untuk belajar dirumah dilakukan sebelum dan sesudah sholat subuh, dan untuk menghafal rumus-rumus sebaiknya dilakukan sebelum tidur.
“Kemudian tempat belajar, tempat belajar jangan ditempat tidur, belajar dilakukan ditempat yang terang. Dan juga diminta dukungan dari orangtua, mohon untuk adanya dukungan, agar siswa bisa belajar. Diharapkan orang tua atau keluarga bisa menciptakan suasana belajar yang tenang dan menyenangkan, tidak adanya gangguan pada konsentrasi siswa saat belajar dirumah. Insya Allah, apabila semuanya dilakukan bisa berhasil”, imbuhnya.
Masih terkait dengan persiapan menghadapi Ujian Nasional, pihaknya juga tengah mempersiapkan untuk mengirimkan tenaga guru, guna mengikuti pelatihan dan pendalaman materi soal di Kota Pekalongan. “Kami punya rencana, akan mengirimkan guru melalui MGMP, terutama guru SMP, SMA dan SMK ke kota Pekalongan untuk mengikuti pelatihan dan pendalaman materi soal, karena kota Pekalongan sudah bekerja sama dengan Puspendik Depdiknas (Pusat Penelitian Pendidikan)”, katanya.
Dipaparkan Kabid Pendidikan SMP/Dikmen ini, selain program jangka pendek yang telah dipaparkannya, juga masih ada beberapa program lainnya, diantaranya, program jangka menengah yakni percepatan wajar dikdas dan program jangka panjang untuk mendukung provinsi jateng sebagai provinsi vocasi atau provinsi yang jumlah SMK nya 70 % dan SMA nya 30%.
“Dalam hal ini, selain meningkatkan sekolah-sekolah menengah kaitannya dengan wajardikdas 9 tahun, kami juga ingin menumbuhkembangkan sekolah-sekolah SMK di Kabupaten Batang. Dan diharapkan, tahun 2009-2010 muncul sekolah rintisan berstandar internasional, rencananya SMP Negeri 3 Batang yang masih dalam tahap persiapan, dan yang masih diusulkan SMA Negeri 1 Batang dan SMK Negeri 1 Batang”, jelasnya.
Pihaknya berharap, kaitanya dengan persiapan ujian nasional yang telah mencapai prestasi SMP peringkat 26, SMA Ipa peringkat 17, SMA Ips peringkat 12 dan SMK Peringkat 27, diharapkan untuk semua pihak memberikan motivasi, terutama orang tua, dan guru-guru memberikan pembelajaran dengan didasari rasa ikhlas agar memberikan manfaat kepada anak didik. “Sehingga diharapkan, Kabupaten Batang bisa meningkatkan peringkat dalam perolehan nilai ujian nasional”, pungkasnya. (Trie)
SMP Negeri 1 Batang berdiri tahun 1965, terletak di di tepi jalur Pantura pulau Jawa, tepatnya di jalan Jendral Sudirman Batang yang merupakan jalur utama Jakarta - Semarang. Jalan ini dulu dikenal dengan sebutan jalan Daendels, karena menurut catatan sejarah jalan ini dibuat pada masa pendudukan Belanda yang saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal HW.Daendels. Bangunan sekolah ini juga merupakan peninggalan Belanda, dan sampai sekarang masih tampak asli arsitekturnya, hanya di beberapa bagian sudah direnovasi.
SMP Negeri 1 Batang yang terletak di Jl. Jenderal SudirmanNo. 15 Batang didirikan pada tahun 1958 yang perintis pendirinya oleh Darmo Pranoto. Mula pertama gedung SMP Negeri 1 Batang ini lokasinya menempati gedung bekas SGBN Kabupaten Batang, karena berdirinya SMP Negeri 1 Batang ini merupakan transfer dari SGBN Kabupaten Batang yang berada dikompleks pendopo Kabupaten Batang.
Maka pada tanggal 15 Mei 1960 menerima surat kenegrian dari menteri P&K yang pada waktu itu diwakili oleh Nahar dengan nomor SK :187/SK/B/II. Kepala sekolah yang ditunjuk saat itu Prapto Prawiro Pranoto. Berkisar tahun 1965, SMP Negeri 1 Batang pindah kegedung bekas HIS (gedung yang hingga kini masih dipergunakan), yakni Jl. Jenderal SudirmanNo. 15 Batang dengan penambahan lokal-lokal baru, hingga sekarang ini SMP Negeri 1 Batang memiliki 16 lokal untuk ruang kelas, ditambah Ruang Kepala Sekolah, Kantor Tata Usaha, Ruang Guru, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Musholla, Ruang Kesenian/Musik, Perpustakaan, Ruang BP/BK, Ruang UKS, Ruang OSIS & Pramuka, Ruang Penjaga Sekolah, Tempat Parkir Guru, Tempat Parkir Siswa, Kamar Kecil Guru dan Kamar Kecil Siswa.
SMP Negeri 1 Batang sejak keberadaannya telah mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah yang bertanggung jawab tetang persekolahannya, baik dalam tanggung jawab ke dalam (Intra) maupun tanggungjawab ke luar (ekstra). Adapun nama-nama kepala sekolah yang telah memimpin SMP Negeri 1 Batang antara lain Prapto Prawiro Pranoto, Darmo Pranoto, Soewondo, Sri Subroto, Kudonowarso, Yunan Thoha, Sumarno,Suharto, Siti Suprapti, Sarino Mangun Pranoto, Sugito, S.Pd, Sunjoto, S.Pd, Dra. Endang Pujiarti, MM dan kepala sekolah yang hingga kini masih menjabat yakni Setyo Dwi Susyanto, S.Pd.
Berangkat dari sekedar menyalurkan hobby dan mengembangkan bakat, Ayulianti Wahidah Suryaningsih atau akrab disapa Ayu ini, ternyata mampu menyabet beberapa prestasi. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya sebagai model terbaik Elite Model Indonesia Se Jawa Tengah dan Jawa Barat tahun 2001, Juara Photogenic pada pemilihan Top Model Busana Muslim dan Batik tahun 2002, Juara II Pose Model pemilihan Putra-Putri Batik di Hotel Jayadipa tahun 2001, Juara I Photogenic Top Model Casual Trend 2003, Model Terbaik Pemilihan Bintang Idola Busana Muslim tahun 2006, Model Terbaik Pemilihan Putra-Putri Model Kacamata tahun 2007 dan Semi Finalis Wajah Model Remaja On Air tahun 2008 di Jakarta.
Namun, menurut penuturan dara manis kelahiran Batang, 13 Juli 1991 ini, beberapa prestasi yang telah terukir sementara akan petikemaskan dulu. Mengingat, siswi kelas 3 IPA 1 SMA Negeri 2 Batang ini tengah mempersiapkan diri guna menghadapi ujian nasional. “Untuk sementara, dunia modeling saya tinggalkan dulu, karena saat ini saya masih konsentrasi mempersiapkan diri menghadapi ujian”, tuturnya lirih sembari belajar ketika ditemui dikediamannya di Jl. Ki Mangun Sarkoro Dracik Kampus Batang.
Putri pertama dari 3 bersaudara pasangan Bambang Sutedjo Tri Yunanto, Bsc dan Lestariningsih ini memulai kiprahnya dibidang modeling sejak tahun 2001 dan ternyata, hobbinya yang suka berpose saat dijepret sang ayah mengantarkan dirinya menjadi model terbaik tingkat Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Elite Modelling. “Pada awalnya suka bergaya dan berpose saat di foto, dan saat awal mengikuti bidang ini, bisa langsung menyabet juara yang diselenggarakan oleh Elite Model”, jelas sang ayah.
Diakui sang Ayah yang juga selaku Kasi Kesiswaan Bidang TKSD Disdik Pora Kabupaten Batang, Cucu ke-6 dari Romo Yunan Thoha dan kakak dari Isnaning Aprilianti NA, dan Salma Putriini selalu mendapat support dari keluarga dan hingga sekarang, dunia modeling masih tetap ditekuninya. “Walaupun aktif dibidang modeling, tapi jangan sampai meninggalkan kiprahnya disekolah, kenyataannya saat ini masih vakum, untuk fokus pada ujian”, imbuh mas Bambang.
Ketika ditanya tentang cita-citanya, alumni SMP Negeri 3 Batang yang mempunyai hobby menyanyi dan berkesibukan belajar tiap hari ini, enggan menapaki profesi sebagai pegawai negeri. “Cita-cita saya ingin menjadi pegawai swasta khususnya dibidang Perbankan”, jawab gadis yang mempunyai motto Hidup Sederhana tapi bermakna ini sembari pamit untuk berangkat les. (Trie)
Semenjak berkiprah di Kabupaten Batang akhir tahun 1978, Joko Santoso Budiharjo, S.Pd Kelahiran Sragen 15 Juni 1959 yang lebih akrab dengan nama panggilan Budi Joss ini berkomitmen untuk memajukan dunia pendidikan di Kabupaten Batang. Hal ini diwujudkannya dengan memulai kiprah untuk mencerdaskan generasi penerus Kabupaten Batang dengan mengajar di SD Negeri Sodong 01 pada tahun 1978, kemudian pada tahun 1982 di SD Negeri Wonotunggal I yang selanjutnya pada tahun 2003 diangkat menjadi kepala sekolah SD Negeri Silurah 01, dan pada tahun 2007 memimpin SD Negeri Gringgingsari serta tahun 2008 selaku kepala sekolah di SD Negeri Penangkan yang mengantarkan dirinya pada akhir tahun 2008 lalu diangkat menjadi Pengawas TK/SD UPT Disdik Pora Kecamatan Kandeman.
Dengan motto “Kerja Keras Hukumnya Wajib”, warga RT.02 RW. 02 Desa Brayo Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ini juga berkiprah selaku Direktur marketing CV. DKG (Dwi Kaharjaning Gesang), Petani, dan juga turut mendukung istri tercinta dalam kegiatan Rias Pengantin. “Semuanya perlu kita coba, karena belum pasti semuanya mendapatkan hasil, semuanya Lilahita’allah”, katanya singkat.
Dituturkan suami dari Siti Sundari yang pernah meraih Juara II Guru Berprestasi di Kabupaten Batang tahun 2006 ini, bahwa dirinya ingin sekali mengubah sistem pendidikan dari fungsi pengawas ke sekolah-sekolah. “Pengawas itu mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan, dan pengawas harus membantu sekolah sekolah yang akan diakreditasi, karena peran seorang pengawas sangat dibutuhkan, yakni kaitannya dalam peningkatkan mutu pendidikan, memberikan wawasan kepada guru-guru melalui penambahan ilmu dan ini hendaknya dilakukan secara periodik”, katanya.
Selain itu, dipaparkan ayah dari Surya Budi Ranjaya dan Nadia Rahmadani ini, bahwa tugas pokok pengawas adalahmenilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.
“Tugas menilai dan membina bukanlah tugas yang ringan, yang sekedar datang berkunjung ke sekolah untuk berbincang-bincang sejenak dan setelah itu pulang tanpa ada tidak lanjutnya. Tugas menilai dan membina membutuhkan kemampuan dalam hal kecermatan melihat kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sintesis, ketepatan memberikan treatment yang diperlukan, serta komunikasi yang baik antara pengawas sekolah dengan setiap individu di sekolah. Arti pembinaan sendiri adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, untuk itu diperlukan keteladanan dari pihak pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya”, imbuhnya.
Hal kedua yang terpenting menurutnya adalah kemampuan yang memadai. Peran pengawas itu vital atau sangat penting. Pengawas sekolah lah yang menjadi ujung tombak penjamin mutu pendidikan. Sekalipun para guru telah dilatih mengenai kurikulum baru, atau pun berbagai inovasi dalam pembelajaran, di lapangan mereka akan mengalami kesulitan dan tantangan. Disinilah pentingnya peran pengawas.
“Pengawaslah yang diharapkan dapat memberikan masukan, saran dan bahkan meningkatkan motivasi dan semangat para guru agar tidak patah arang dalam mencoba menerapkan gagasan, pengetahuan dan keterampilan mereka di kelas”, jelasnya.
Ditambahkan Budi Joss, bahwa kemampuan yang dibutuhkan seorang pengawas, haruslah utuh. Kepala sekolah masih memerlukan bimbingan dalam melaksanakan manajemen yang transparan dan akuntabel, dalam menerapkan kepemimpinan partisipatif. Para guru sangat memerlukan bantuan teknis dalam mengelola pembelajaran di kelasnya. Kemampuan lain yang juga penting adalah kemampuan dalam melaksanakan teknis supervisi.
“Manakala kemampuan di atas tidak dimiliki pengawas, jangan terkejut bila yang kita temukan adalah pengawas yang "tidak dihargai" oleh para guru dan kepala sekolah. Mungkin ada pengawas yang bangga karena para guru dan kepala sekolah takut dengannya. Sungguh sayang. Karena rasa takut guru terhadap pengawas, sungguh berbeda dengan rasa hormat. Sungguh ironis karena seharusnya pengawas menjadi figur yang dicintai dan selalu diharapkan kehadirannya oleh para guru”, pungkasnya. (Trie)
Hasil UASBN tahun 2007/2008 di wilayah UPT Disdik Pora Kecamatan Bandar yang sudah bagus, diharapkan untuk tahun ini agar bisa meningkat, minimal harus selalu bagus. Demikian yang disampaikan kepala UPT Disdik Pora Bandar, Drs. Purwoto kepada tim liputan JPBB diruangannya beberapa waktu lalu.
Dipaparkan pria kelahiran 28 Maret 1958 ini, bahwa hasil UASBN yang tertinggi di wilayah Bandar untuk tahun lalu adalah 27,00 untuk 3 mata pelajaran, dengan asumsi rata-rata 9. “Untuk mata pelajaran IPA nilai tertinggi 9,25, mata pelajaran Matematika dengan nilai 10 dan mata pelajaran Bahasa Indonesia nilai tertinggi 9,2”, paparnya.
Guna menghadapi UASBN pada tahun ajaran 2008/2009 ini, pihaknya tengah melaksanakan beberapa persiapan, yang diantaranya sedang menggalakkan untuk memberikan les tambahan kepada siswa, mengadakan latihan-latihan soal maupun try out, pemberian dorongan/motivasi kepada guru dan kepala sekolah serta memberikan trik-trik cara pembelajaran yang maksimal.
“Selain dari rapat, kita juga memotivasi lewat kunjungan- kunjungan UPTD. Dalam konteks ini, kami memotivasi satuan pendidikan bahwa yang menuju ujian bukan hanya prestasi khusus guru kelas 6, tapi merupakan prestasi komulatif guru kelas 1 hingga kelas 6. Jadi, guru kelas 1 dan 2 adalah sebagai tonggak untuk pemahaman membaca dan menulis kalimat soal”, paparnya.
Adapun trik yang disampaikan pihaknya adalah metode lafal lambat, yang merupakan penggabungan dari metode SAS (Strukture Analisis Synthetic) dan Eja (Pengejaan).
“Pada awal kami berkunjung kegugus, kami berikan pemahaman trik-trik dengan metode baru yakni metode lafal lambat, atau metode alternatif gabungan dari metode SAS (Strukture Analisis Synthetic) dan Eja (Pengejaan)”, jelasnya.
Menurutnya, apabila metode lafal lambat ini dilaksanakan maka akan membuahkan hasil. Dan metode ini telah disosialisasikan melalui KKG untuk kelas 1 dan 2.
“Upaya kami tidak hanya berhenti di kelas 6 saja, namun untuk membuahkan hasil yang maksimal, perlu adanya program jangka panjang, yakni menggunakan metode tersebut. Harapan kami, UASBN untuk tahun ajaran ini bisa meningkat, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya”, pungkasnya. (Trie)
Sejak menjabat sebagai Kepala UPT Disdik Pora Warungasem, Hj. Kamilah, S.Pd, M.Pd berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan diwilayah yang sudah dipimpinnya sejak tanggal 30 Desember 2008 lalu.
Dikatakan wanita kelahiran Tegal 5 Oktober 1956 ini, guna mendongkrak peningkatan mutu di Kecamatan Warungasem, pihaknya menginginkan jajaran pendidik diwilayahnya, hendaknya sudah berkualifikasi akademik S1.
“Ini menjadi program kami untuk meningkatkan mutu pendidikan di warungasem dengan mendorong jajaran pendidik atau guru-guru kami minimal harus berkualifikasi S1, dan kami ingin meningkatkan mutu kepala sekolah agar jujur, transparan, serta berdisiplin waktu”, katanya.
Menurut mantan Pengawas TKSD Kecamatan Tulis yang kini membawahi 24 SD Negeri, 9 MI, 11 TK dan 9 RA diwilayah Warungasem ini, hal tersebut sudah disosialisasikan melalui konsolidasi dan koordinasi dengan kepala sekolah, dan jajaran lainnya.
“Selain dalam rangka pengenalan, kami juga melakukan pembinaan-pembinaan, baik melalui kegiatan-kegiatan KKG, dengan tujuan peningkatan mutu dan menciptakan kondusifitas pendidikan di Warungasem”, imbuhnya.
Menyikapi persiapan pelaksanaan UASBN, warga Jl. Gajahmada Gg. Sriti No. 108 Batang ini berharap agar hasil dari UASBN diwilayah yang dipimpinnya ini agar lebih baik dari tahun kemarin.
“Dengan adanya UASBN, kita sudah melakukan banyak persiapan, salah satu diantaranya adalah menambah jam belajar. Kami berharap agar Pendidikan dan Kedisiplinan untuk ditingkatkan, guna pencapaian mutu pendidikan di kecamatan Warungasem yang maksimal”, pungkasnya. (Trie)
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pun halnya berlaku bagi guru atau kepala sekolah yang menginginkan untuk bisa professional, mereka harus mempunyai kemampuan/skill, untuk itu diperlukan keinginan untuk mengaktualisasikan diri. Seperti penuturan Muhajir, S.Pd selaku kepala UPT Disdik Pora Bawang, bahwa pihaknya menginginkan jajaran pendidik yang ada disekolahnya memenuhi kriteria tersebut.
Dipaparkan pria kelahiran 7 September 1955 ini, bahwa ada beberapa tips atau acuan untuk guru maupun kepala sekolah untk bisa memenuhi kriteria professional.
“Yang pertama untuk kepala sekolah ada 7 profesional skills, yakni Tehnical skills yang artinya mampu intelektulnya, Akademik skill yang berarti menguasai kemampuan akademik, Thinking skills artinya kemampuan berfikir, Self awareness skills artinya mengaktualisasikan diri sendiri, Social skill artinya kemampuan sosial, Managerial skill artinya kemampuan manajemen, dan Human relation skill artinya berhubungan dengan masyarakat serta ditambah mengajar selama 6 jam”, jelasnya.
Selain itu ditambahkan Muhajir, juga ada beberapa ciri guru professional, yakni keahliannya tentang SD, artinya mengetahui sepenuhnya tentang SD sebagai tempatnya bekerja, kemudian tanggung jawab terhadap tugas, yang meliputi ; disiplin waktu dalam pelaksanaan kerja, disiplin kerja, mau dan harus melaksanakan kerja dalam lancarnya KBM, disiplin dalam absen hadir dan pulang, disiplin dalam administrasi kelas maupun tugas sekolah.
“Juga ada Kesejawatannya yang artinya mau dan mampu membantu yang yunior, kemudian meningkatkan diri sendiri sebelum membina orang lain, berfikir kreatif yang artinya selalu ingin maju tanpa harus diperintah, terampil mengambil keputusan, terampil mampu memecahkan masalah, mampu mengelola diri sesuai dengan kemampuan, mampu berkolaborasi / variasi tugas, hasil kerja dapat terukur dan mampu mengukur kinerjanya dan melakukan komunikasi efektif serta kontrol yang luwes dari berbagai pihak”, paparnya.
Menyinggung persiapan menghadapi UASBN, pihaknya telah melakukan pengarahan dan sosialisasi kepada sekolah.
“Kami sudah melakukan sosialisasi seperti yang diarahkan oleh dinas, yakni mengadakan les selain adanya kegiatan belajar mengajar. Namun kegiatan ini diadakan sesuai dengan kondisi, karena wilayah kami merupakan daerah pedalaman, dan kami tidak menyetop untuk menonton televisi, karena ini suatu kebutuhan dan terkait hak asasi. Menurut saya, anak ditekan terus tidak akan berhasil, sekali-kali perlu refreshing, disesuaikan dengan kondisi anak”, imbuhnya.
Selain itu, persiapan yang lain juga sudah dilaksanakan pihak UPT Disdik Pora Bawang, diantaranya memberikan pelatihan dan diklat pengetahuan bagi guru kelas 6 dalam kbm.
“Hal ini sudah kami sosialisasikan kepada kepala sekolah dan guru. Harapan kami, bagi guru yang telah bersertifikasi, usahakan untuk bisa meningkatkan keberhasilan anak, diharapkan agar bisa lebih baik”, pungkasnya. (Trie)
Dalam upaya menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme kepada anak didik, SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Subah telah menerapkan beberapa kegiatan dengan tujuan tersebut. Dijumpai disekolah yang dipimpinya sejak 4 tahun lalu ini, Supriyanti, S.Pd menuturkan, kegiatan ini dilaksanakan mulai jam 7 pada saat awal masuk kelas.
“Awal masuk jam 7, anak-anak melakukan penghafalan dibidang keagamaan yakni Asma’ul Husna, dan dibidang nasionalisme anak-anak kami wajibkan untuk menghafalkan Pancasila, Sumpah Pemuda, Proklamasi dan khusus pembacaan UUD 1945 untuk kelas 4, 5 dan 6. Dan dibidang budi pekerti, kami juga menanamkan kepada anak didik dengan mengucapkan salam serta pelaksanaan BTQ selama 10 menit, dengan harapan agar anak-anak hafal sampai melekat”, jelasnya.
Ditambahkan wanita kelahiran 28 desember 1962 ini, selain program menumbuhkembangkan semangat nasionalisme kepada anak didik, pihaknya juga berkomitmen untuk bisa lebih maju lagi.
“Program kedepan kami ingin lebih maju lagi, baik bidang akademik maupun non akademiknya, walaupun guru kelas hanya ada 3 orang, kami tetap semangat mewujudkan Visi sekolah untuk berprestasi, beriman dan bertaqwa dan kami ingin sekolah kami ini lebih maju, setara dengan SD – SD yang ada dibawah”, papar istri dari Wahyusin yang juga selaku Kepala UPT Disdik Pora Kecamatan Batang ini.
Kendati prestasi akademik baru peringkat IV kecamatan, ibu dari Kurnia Eka Noviyanto, Winda Kartika, Kusumaningtyas ini menambahkan, beberapa prestasi lainnya telah diraih oleh sekolah dengan jumlah siswa 128 ini.
“Sekolah kami telah terakreditasi A dan telah meraih Administrasi terbaik tingkat Kabupaten Batang, Juara umum pramuka putri, Juara tergiat I Sektor Jumbara PMR, Juara II lomba kreatifitas siswa, Juara Harapan II Olimpiade IPA, Juara III Tari Putra, Juara II Tari Putri, Jambore Penggalang Juara Umum Putri, dan Tergiat I”, pungkasnya. (Trie)
Bagaimana tidak, kini madrasah sudah tidak dipandang sebelah mata. Dikarenakan jajaran pengurus yayasan maupun lembaga dan pengelola pendidikannya mau untuk bisa lebih maju. Terbukti dibeberapa madrasah, baik jumlah siswa maupun prestasinya bahkan bisa melebihi sekolah negeri. Salah satunya MI Tumbrep 01 Bandar yang dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk mendidik 208 siswa.
Seperti penuturan Tasmali selaku kepala madrasah, bahwa beberapa prestasi anak didiknya sudah cukup untuk diperhitungkan, diantaranya prestasi pada popda seni tingkat kecamatan Bandar yang meraih Juara II Tolak Peluru, Juara II Catur, Juara I Lari Estaffet, dan meraih Juara II Bola Voley pada Porseni MI Kabupaten Batang tahun 2006 serta Juara II lompat jauh putri pada Porseni IV tingkat Provinsi.
“Alhamdulillah, madrasah kami kini sudah sesuai dengan keinginan masyarakat, sehingga masyarakat tidak pernah mengeluh. Ditambah untuk tahun 2008 lalu, sekolah kami dipercaya untuk mengelola bantuan DAK Bidang pendidikan kategori I untuk membangun 5 lokal kelas rehab berat, pengeramikan dan eternit, serta mebeler 3 lokal dan pembenahan wc, sehingga sekolah kami lebih representatif”, paparnya.
Menurut kepala madrasah kelahiran 29 Juli 1963 ini, bahwa pihaknya masih berharap adanya bantuan lagi, untuk 1 unit bangunnan yang di sebelah utara ditambah dengan mebelernya. “Juga diharapkan adanya bantuan buku pegangan siswa yang sesuai dengan KTSP, sehingga tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa bisa selaras”, pungkasnya. (Trie)
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Bagaimana peranan filsafat pendidikan bagi guru? Apa yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru?. Peranan filsafat pendidikan ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia:
•Manusia adalah makhluk jasmani rohani
•Manusia adalah makhluk individual sosial
•Manusia adalah makhluk yang bebas
•Manusia adalah makhluk menyejarah
2. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu kesituasi lainnya? Dan akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan masing-masing guru, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Guru tidak hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
3. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang benar-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik?.
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan.
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:
1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran : Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan mengenai siswa : Akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa siswa yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan mengenai pengetahuan : Berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
4. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui : Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru mengetahui hakekat manusia, khususnya anak sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan. Dengan filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan kepada siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut.
Yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang perlu diketahui.
Pada tanggal 24 - 25 Januari 2009 lalu di Lapangan desa Madugowongjati diadakan Kemah Bhakti Langit Biru II yang diikuti oleh anggota saka Bhayangkara dari Sukorejo, Rowo Sari, Boja, Tersono, Pecalungan, Gringsing dan Pangkalan SMA Negeri I Gringsing serta SMA NU Almunawir Gringsing selaku tuan rumah.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh 328 peserta ini juga turut hadir Ka.Bag. Bina Mitra Polres Batang, Waka Polres Kendal, Ka. Kwarcab Batang, Muspika Kecamatan Gringsing, Paguyuban Kepala Desa Kecamatan Gringsing dan Sponsorship.
Menurut Mahbrur selaku Instruktur saka Bhayangkara Polsek Gringsing menuturkan, bahwa Kemah Bhakti Langit Biru II merupakan salah satu cara membungkus program langit biru agar lebih menarik serta dapat mempererat tali persaudaraan. Dalam perkemahan ini, berisi serangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan serta permainan yang terprogram dengan konsep kegiatan yang inovatif, kreatif, dan edukatif dalam rangka mengembangkan bakat, kemampuan, serta potensi anggota Saka Bhayangkara.
“Program Langit Biru merupakan program tahunan Saka Bhayangkara Polsek Gringsing yang sudah berlangsung sejak tahun 2000. Dimana telah dilaksanakan di desa-desa di wilayah Kecamatan Gringsing dan sekitarnya. Program ini berisi kegiatan bhakti sosial berupa penanaman pohon atau reboisasi. Tujuannya adalah untuk menghijaukan kembali Bumi Indonesia khususnya wilayah Gringsing dan sekitarnya. Hal ini dipandang sangat perlu mengingat mengingat wilayah kita ini, kian hari makin bertambah gersang. Sehingga dikhawatirkan suatu saat akan terjadi bencana alam akibat berkurangnya jumlah pepohonan”, katanya.
Menurut Mahbrur, aksi serupa juga sedang gencar-gencarnya dilaksanakan oleh PBB melalui United Nation Climate Change. Hal ini terbukti dengan diselenggarakannya KTT perubahan iklim yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu yang lalu. Melalui KTT tersebut, telah dihasilkan keputusan-keputusan yang harus ditaati oleh tiap negara, diantaranya untuk mengurangi emisi gas buang ke udara bebas, mengembalikan kembali fungsi hutan, dan sebagainya. Diharapkan dalam beberapa tahun ke depan kondisi bumi dapat pulih kembali seperti sedia kala.
“Melalui program langit biru, walaupun sedikit, diharapkan mampu membantu pelaksanaan keputusan-keputusan KTT tersebut. Dan melalui program langit biru, diharapkan masyarakat dapat terinspirasi untuk melakukan program serupa secara mandiri”, imbuhnya.
Ditambahkan Mahbrur yang juga guru MI Lebo 01 Gringsing ini, Mengenai kegiatan inti yang berupa Penanaman Pohon, diperoleh bibit dari Dishubtbun Kabupaten Batang, Asper KB KPH Plelen dan PT. KMD (Karisma Megah Darma) dengan total jumlah 26.100 bibit pohon.
“Penanaman bibit pohon diadakan di 2 tempat, yakni Desa Tedunan dan Desa Madugowongjati, kemudian untuk sisanya telah disalurkan ke beberapa Desa, yakni Desa Banaran, Desa Ketanggan, dan Desa Penundan”, paparnya.
Dalam kesempatan itu, Mahbrur juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada PT KMD Gringsing dan CV Bina Lestari yang telah membantu dalam pengadaan pohon serta pihak lain yang telah membantu terselenggaranya acara ini. (Mab/Trie)
Guna meningkatkan mutu ketrampilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, UPT Dikdis Pora Kecamatan Reban mengadakan seminar tematik untuk para pendidik, baik Guru SD dan MI se Kecamatan Reban beserta Kepala Sekolah.
Hal ini seperti yang disampaikan Kepala UPT Dikdis Pora Kecamatan Reban Drs. Maksum kepada tim liputan JPBB disela-sela acara Sosialisasi PP 74 oleh PGRI Kabupaten Batang beberapa waktu lalu.
Dikatakan pria kelahiran 16 Juni 1960 ini, kegiatan seminar tematik ini dibagi menjadi 2 tahapan. Untuk tahap pertama telah diselenggarakan bulan Desember lalu. “Kami telah mengadakan seminar tematik tahap pertama untuk guru Kelas 4, 5 dan 6 yang diselenggarakan di Sojomerto bulan Desember 2008 lalu. Dan untuk tahap kedua, kami akan menyelenggarakan seminar tematik untuk guru kelas 1, 2 dan 3”, paparnya.
Seminar Tematik tahap kedua ini rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 4 Maret 2009 di Reban. “Dalam kegiatan ini, kami bekerjasama dengan Penerbit Erlangga dengan mendatangkan nara sumber dari Jawa Timur. Dengan harapan, dengan diadakannya kegiatan ini, mutu pendidikan di wilayah kecamatan Reban akan lebih baik”, pungkasnya. (Trie)
Sambil menyelam minum air, mungkin itulah pepatah yang pas untuk menggambarkan berdirinya Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kedawung. Bagaimana tidak, sembari mengadakan pertemuan Dewan Guru dalam rangka kegiatan dinas, juga diadakan kegiatan koperasi yang saat ini sudah memiliki aset mencapai 45 Jutaan.
Dikatakan Suharyono selaku ketua dan didampingi Sutrisni selaku bendahara, sejak berdirinya koperasi ini pada tanggal 1 Agustus 1967, KSP ini bertujuan untuk mensejahterakan para anggotanya, yang saat ini ada 26 guru.
“Didesa Kedawung ada 4 Sekolah Dasar dan 1 Madrasah Ibtidaiyah, dan kami menyelenggarakan kegiatan koperasi ini setiap rapat dinas atau pertemuan Dewan Guru Kedawung. Dan saat ini, jumlah anggota ada 26 Guru, khusus untuk PNS, dengan alasan mudah untuk memotongnya sehingga angsuran bisa berjalan lancar. Yang jelas, tujuannya untuk mensejahterakan anggota, khususnya tenaga Guru di Kedawung”, tuturnya.
Diimbuhkan Sutrisni, pertemuan dewan guru atau kegiatan koperasi ini diadakan muter atau bergiliran dan begitu juga kepengurusannya. “Kepengurusan koperasi berlaku 3 tahun sekali, kalau dewan guru 1 tahun sekali, mencakup seluruh guru negeri dan swasta untuk meningkatkan pengalaman kerjanya”, imbuhnya.
Menurut Suharyono, kedepan pihaknya menginginkan KSP Kedawung mampu berkembang dan menjadi besar. “Kami ada niatan untuk mengembangkan koperasi. Dan semoga mampu menjadi koperasi tingkat kecamatan. Karena saat ini, dengan adanya pemekaran, kecamatan Banyuputih masih menginduk dikoperasi wilayah sebelumnya Dan saat ini untuk simpanan wajib 20.000 rupiah, simpanan pokok 220.000 dan simpanan hari raya minimal 10.000”, paparnya.
Perlu diketahui, KSP Kedawung saat ini, selaku Ketua dijabat oleh Suharyono, SPd, Kepala sekolah SD Negeri Kedawung 04, Sekretaris Maryono, Ama.Pd Guru SD Negeri Kedawung 03, Bendahara Sutrisni, Ama.Pd Guru SD Negeri Kedawung 04, dan Badan Pengawas, Casmari Taryadi dan Sutarno, Guru dan Kepala sekolah SD Negeri Kedawung 01”. (Trie)
Perjalanan tim liputan jurnal pendidikan kali ini singgah disebuah rumah cantik yang dipenuhi dengan tanaman hias. Jarak tempuh sepanjang 6 kilometer dari pusat kecamatan, tepatnya di Desa Kuripan RT 03 RW 02 Kecamatan Subah, yakni dikediaman Purwaning Sukwati, S.Pd yang kesehariannya disapa mbak Naning ini selain mempunyai kesibukan mengajar sebagai guru kelas 4 SD Negeri Kuripan 01 Subah, juga disibukkan dengan kegiatan menyanyi dan mengurus rumah tangganya.
Dipaparkan ibu dari Henky Kurniawan dan Niken Diana Kusuma Dewi ini, tiga kegiatan ini tidak membuatnya kewalahan.
“Selama ini saya nggak merasa kerepotan, keluarga juga mendukung dan menyadari. Kita jalani tiga kegiatan ini dengan enjoy, dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga, pada kedinasan sebagai tenaga pendidik dan tentunya sebagai seorang seniman. Yang terpenting, kita harus bisa membagi waktu”, tuturnya.
Diakui istri dari Subardi ini, kendati saat ini banyak order pentas yang masuk ke nomor handphonenya, dirinya tetap berkomitmen untuk tetap fokus pada kegiatan persiapan Ujian Akhir Berstandar Nasional (UASBN) bagi anak didiknya,. “Saya tetap menomor satukan kedinasan. Apalagi seperti sekarang yang lagi banyak job, namun saya batasi. Intinya, manfaatkanlah waktu seefisien mungkin”, tuturnya.
Tentunya, sosok Guru yang mulai mengajar sejak tahun 1985 dan diangkat sebagai Pegawai tahun 1991 ini, selain menggeluti dunia seni, dirinya menyadari betul apa yang harus dilaksanakan sebagai seorang guru.
“Sebagai seorang guru yang terikat dalam kedinasan, saya mempunyai kesibukan untuk membimbing anak didik dalam hal pembelajaran, membimbing siswa mengikuti Popda serta kegiatan akademik lainnya, termasuk LCC dan sebagainya. Juga seringkali saya dikirim ketingkat provinsi untuk mewakili, seperti mengikuti Bintek Bahasa Jawa dan beberapa kegiatan yang lainnya”, paparnya.
Wanita kelahiran 21 Oktober 1966 yang sudah berkiprah dibidang seni sejak saat duduk dibangku SMP pada tahun 1981 ini, dalam rangkaian dunia seni memang tidak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang terangkai dalam agenda prestasi pribadi, yang diantaranya mengikuti lomba campursari tingkat Jawa Tengah, meraih Juara I Lomba Karawitan Tingkat Karesidenan, rekaman di Studio Pusaka Record Semarang pada tahun 1997, dan rekaman di Akurama Record pada tahun 2007 khususnya lagu-lagu Jawa dan Campursari, serta mengisi acara-acara lainnya, baik acara kedinasan maupun non dinas, dan beberapa kali mengisi pagelaran seni budaya Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah.
Selain itu, peraih Juara Mocopat tingkat Kabupaten Batang dalam Lomba HUT PGRI ini sering mengikuti pagelaran wayang kulit bersama beberapa dalang kondang di nusantara, yakni bersama Dalang Ki Enthus selama 2 Tahun dan Ki Joko Edan selama 1 tahun, serta menjajaki pentas diseluruh pelosok Pulau Jawa dan pulau Sumatra dan sering tampil di Indosiar. (Trie)