Selasa, 30 Maret 2010

PAK YANTA

GURU BERPRETASI KABUPATEN BATANG 2008


Lahir di Gunungkidul 42 tahun yang lalu, sosok dengan nama asli SUYANTA, akan sedikit berbagi pengalaman, setelah terpilih menjadi Guru Berprestasi Kelompok SLTA Tingkat Kabupaten Batang dan masuk 10 besar Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Pak Yanta, begitu panggilan akrab kesehariannya disekolah. Jebolan IKIP Negeri Semarang Jurusan Teknik Otomotif tahun 1989 ini mengikuti seleksi Guru Berprestasi tahun 2008 ini sebenarnya belum maksimal persiapannya, di samping waktunya cukup pendek, dia menyadari masih banyak teman satu sekolah yang lebih senior dan mumpuni dalam hal ini. Namun berkat dukungan teman-teman guru dan restu dari kepala sekolah serta dengan prinsip Jawa “Nek wani aja wedi-wedi, Nek wedi aja wani-wani” (kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani) yang diartikan olehnya bahwa mengerjakan sesuatu hal harus serius tidak boleh setengah-setengah, dengan prinsip itulah dirinya memberanikan diri untuk maju mengikuti seleksi guru berprestasi.

Menjadi seorang guru memang sudah dicita-citakannya sejak kecil, dan “dikudang-kudang“ (diharapkan-red) oleh kedua orang tuanya, sehingga menjadi guru seperti saat ini sudah dirasa mantap, senang dan bersyukur, karena profesi guru tandas dia, paling tidak mempunyai DWI FUNGSI yaitu, ikut andil dalam mencerdaskan bangsa dan kalau dilakukan penuh rasa ikhlas dan tanggung jawab akan mendapat pahala yang berkesinambungan. ”Karena seorang guru selalu menebar ilmu yang bermanfaat, walaupun kita sudah meninggal nanti”, tutur pak Yanta kepada Jurnal Pendidikan yang menemuinya di SMK Negeri 1 Kandeman tempat dia mengajar.

Masa kerja sebagai PNS, terhitung juga belum begitu lama yaitu 8 tahun 5 bulan, namun, pengalaman mengajar putra nomor 5, dari 5 bersaudara ini sudah lumayan lama yaitu 18 tahun. Guru yang menyukai wayang kulit ini, mulai merintis karier sebagai guru STM tahun 1990, pengalaman menjadi guru justru dimulai bukan dari daerah asalnya, tetapi mengajar perdana di 3 STM Jakarta, yaitu STM PGRI Jakarta Selatan, STM Borobudur Jakarta selatan dan STM Pantikarya Depok, sampai tahun 1994. Kemudian bulan Juli 1994, dirinya mulai mengabdi ke Jawa Tengah, saat itu juga menghabiskan hari-harinya sebagai guru di STM Muhamaddiyah Pekalongan, STM Dwija Praja Pekalongan dan STM Bhakti Praja Batang. Kemudian dari tahun pelajaran 2003/2004 semenjak berdirinya SMK Negeri 1 Tulis (sekarang SMK N 1 Kandeman-red) sebagai tenaga pengajar di SMK tersebut sampai sekarang.

Pengalaman menerima tugas tambahan juga dialami, dimulai jadi Wali kelas, Kepala Bengkel jurusan, Ketua Jurusan, Kepala Bidang Keahlian, Ketua Pokja PSG, Ketua Forum Silaturahmi, Pengurus UP, Pengurus Koperasi dan Wakil Kepala Sekolah, serta ikut andil pula sebagai salah satu pendiri berdirinya SMK Negeri 1 Tulis.

Guru yang sudah 5 kali mendapat juara mocopat ini, kiprahnya di masyarakat Kabupaten Batang lumayan banyak pula, mulai dari jadi Ketua RT, Pengurus LPMK, Ketua Takmir Masjid, Sekretaris Sanggar, Penceramah Pengajian rutin, Khotbah Sholat Id, Instruktur Duta Wisata 2007 meraih juara 3 dan Berbusana terbaik Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Yang menarik, guru otomotif ini sudah 4 kali sebagai Subo Manggolo atau menjadi Pemimpin upacara dalam Kirab Pusaka Kabupaten Batang dari tahun 2005-2008. ”Wah, seneng lho mas dadi Subo Manggolo, karena dari 4 kali itu Pembina Upacaranya selalu Bapak Bupati, yah paling tidak punya arti sendiri dalam sejarah hidupku”, kata Suyanta dengan bahasa jawanya yang lincah.

Dalam Karya Ilmiahnya, dia menciptakan sebuah inovasi pembelajaran dengan judul, Belajar Menggunakan Treiner Penerangan Mempercepat Pencapaian Sistem Penerangan Pada Mobil. Dasar pemikiran karya itu adalah, bahwa siswa SMK Jurusan Otomotif akan merasa kesulitan apabila dihadapkan pada mobil asli pada saat praktek, selain komponennya banyak, tempatnya sulit dijangkau serta pengabelan yang rumit dan berwarna-warni, hal–hal itulah akan menghambat pencapaian kompetensi. Dengan sistem trainer inilah para siswa akan terbantu menyelesaikan masalah tersebut. Tapi dia cukup bangga karena innovasi yang diciptakan cukup mendapat aplaus dari peserta lain di Semarang. ”Dan Alhamdulillah, masuk 10 Besar dari 35 Kabupaten/Kota bagi saya sudah sangat bersyukur. Maaf masyarakat, aku mau ngajar dulu, karena bel sudah bunyi”, pungkas Suyanta menutup wawancara dengan JPBB. (Nurdin/Tim)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar