Bagaimanapun juga, sebuah satuan pendidikan hendaknya bisa memiliki dan menempati gedung sekolah sendiri. Setidaknya hal itu bisa membuat kenyamanan dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar mempunyai hasil yang lebih optimal. Seperti halnya yang masih dialami satuan pendidikan SMA Negeri Wonotunggal, yang saat ini masih nebeng digedung sekolah lain, merasa belum nyaman dalam kegiatan proses belajar mengajarnya, dan berharap untuk segera pindah dan menempati gedung pribadi.
Seperti yang disampaikan Drs. Habibi selaku kepala sekolah, bahwa saat ini pihaknya tengah menanti proses pembangunan dan pengadaaan sarana sekolah agar secepatnya bisa menempati gedung baru. “Dengan menempati gedung sendiri, diharapkan untuk proses KBM bisa lebih optimal. Karena kendala masuk sore, terkadang mengalami permasalahan penerangan. Terlebih, anak-anak sudah lelah dengan menunggu giliran, dan sementara kegiatan ekstrakurikuler tidak ada, karena terhambat waktu”, katanya.
Selain sudah adanya gedung utama, 3 ruang kelas dan 1 perpustakaan, Habibi berharap untuk Mebeler segera direalisasikan, serta dari segi ketenagaan untuk ditambahkan guru negeri. ‘Diharapkan dengan memiliki gedung sendiri, kegiatan pengembangan diri ekstrakurikuler bisa jalan, dan diharapkan pula, masyarakat untuk peduli dengan sekolah, tremasuk dari unsur stake holder sendiri dan tokoh-tokoh masyarakat”, imbuh pria kelahiran 18 Februari 1965 ini.
Perlu diketahui, SMA Negeri Wonotunggal berdiri sejak 22 Agustus 2007, dan saat ini sudah memiliki 246 siswa, yang terdiri dari Program Ipa 1 kelas, Program Studi IPS 2 kelas, sehingga saat ini sudah ada 6 kelas, dan memiliki Visi terwujudnya sekolah dan lulusan “Bermutu dan berdaya saing dalam prestasi, berakhlak mulia dan mandiri, serta Misi untuk Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki, Menumbuhkan semangat daya saing dalam prestasi secara intensif kepada seluruh warga sekolah, Menumbuhkan pemahaman dan penghayatan serta pengamalan ajaran agama, menaati norma yang ada sebagai sumber kearifan, ketertiban dan kedisiplinan dalam bertindak diberbagai lingkungan kehidupan, Membekali siswa dengan suatu ketrampilan hidup (life skill) sebagai modal dalam hidupnya dan Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stake holders). (Trie/Winoto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar