Senin, 09 April 2012

SMP NEGERI 3 KANDEMAN RAPATKAN BARISAN UNTUK MAJU


SMP Negeri 3 Kandeman berkomitmen untuk merapatkan barisan menghadapi tantangan yang ada. Inilah komitmen bersama yang dirangkai seluruh warga sekolah, baik oleh jajaran dewan guru, siswa, penjaga sekolah, komite sekolah dan masyarakat yang di komandoi oleh Edi Kuncoro, S.Pd selaku kepala sekolah.
Dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 11 kelas, jumlah siswa sebanyak 413 anak, dan dibimbing oleh 20 orang guru, 5 orang tenaga admistrasi, 1 orang pesuruh, 2 orang tenaga kebersihan dan 1 orang penjaga malam, serta 6 orang pengurus komite sekolah, sekolah ini menempati lahan seluas kurang lebih 1,5 hektar.
Lokasi sekolah yang kebetulan berada dekat dengan pemukiman penduduk, tepatnya di Desa Botolambat Kecamatan Kandeman, menjadikan warga sekolah khususnya siswa banyak berinteraksi dengan warga masyarakat. Apalagi sampai saat ini belum ada pagar pembatas atau pagar pengaman antara lingkungan sekolah dengan lingkungan penduduk. Hal ini sedikit banyak menyebabkan problem dalam hal ketertiban siswa, serta hal-hal yang berhubungan dengan interaksi tersebut. Kebersihan dan keindahan lingkungan juga kurang terjamin. Apalagi kondisi tanah lingkungan sekolah adalah tanah merah yang sangat lengket jika dalam kondisi basah.
Diakui kepala sekolah, bahwa secara umum kondisi fisik sekolah termasuk dalam keadaan baik, meskipun memang perlu adanya perbaikan pada beberapa bagian. Lebih-lebih bagian ruang yang berhubungan langsung dengan siswa, misal ruang kelas dan wc siswa.
“Pernah saya lakukan dialog dengan beberapa siswa, bahkan saya ajukan pertanyaan pada mereka “Apa yang kalian inginkan dari kondisi sekolah seperti sekarang ini? Silakan tulis pendapat kalian pada selembar kertas”. Dari jawaban siswa, hampir semua menghendaki untuk di prioritaskan pada perbaikan wc siswa, yang kenyataannya memang sangat mendesak untuk diperbaiki”, tuturnya.
Diakui pria kelahiran Batang, 5 April 1966 ini, untuk merubah sekolah yang dipimpinnya ini, dirinya menerapkan program kerja 100 hari dengan dukungan dari berbagai pihak dan stake holder yang ada. Terlebih, kondisi khusus SMP Negeri 3 Kandeman dengan berbagai macam latar belakang dan kepentingan guru, staf karyawan, pengurus komite, bahkan warga masyarakat, maka dalam berkomunikasi dan berinteraksi di antara elemen tersebut banyak terjadi hal-hal yang perlu mendapat perhatian yang serius dari kepala sekolah.
“Hal yang perlu mendapat perhatian serius, contohnya adalah yang pertama kurang harmonisnya hubungan antarwarga sekolah, warga sekolah dengan komite, bahkan warga sekolah dengan kepala sekolah, dan yang kedua adalah kurang adanya kebersamaan antarwarga sekolah”, ungkapnya.
Dijelaskan Edi, bahwa kedua keadaan tersebut jelas akan berpengaruh pada keadaan sekolah secara menyeluruh, baik yang berkaitan dengan kinerja guru, staf karyawan, maupun kepala sekolah. Kondisi semacam ini timbul karena beberapa hal, diantaranya adalah kurang adanya saling menghargai, kurang adanya komunikasi, kurangnya rasa saling percaya, dan kurangnya keterbukaan.
“Hal inilah yang menjadi target utama saya dalam 100 hari pertama sebagai kepala sekolah untuk dapat menciptakan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam benak saya hanya ada dua kata “KONDUSIF” dan “DEWASA”. Ya, hanya dalam keadaan yang kondusiflah, warga sekolah dapat menunjukkan kinerja yang baik. Hanya dalam keadaan yang kondusif dan memiliki sikap dewasa pada setiap warga sekolah maka mereka akan menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya”, paparnya.
Edi menambahkan, dalam upayanya menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang kondusif, dirinya mencoba melakukan teknik pendekatan personal yang baik. Dengan cara berbicara dari hati ke hati, dengan penuh rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan. Dirinya mempunyai harapan agar setiap warga sekolah mau mengungkapkan perasaan, harapan, ide, gagasan, pendapat, pikiran, masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada dirinya untuk kemajuan sekolah.
“Sebagai langkah awal, pada hari kedua dalam melaksanakan tugas, saya mengadakan pertemuan dengan seluruh warga sekolah untuk berkoordinasi sekaligus perkenalaan personal secara lebih dalam. Pada hari berikutnya dilakukan pertemuan dengan komite sekolah dan tokoh masyarakat sekitar sekolah, dengan agenda yang sama. Alhamdulillah, dengan langkah awal saya dapat diterima dengan baik. Dengan bermodalkan pertemuan yang baik ini, pada hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan pertemuan secara pribadi atau secara personal dengan seluruh warga sekolah dan juga dengan semua pengurus komite sekolah dengan harapan yang bersangkutan merasa diperlukan dan dihargai perannya di sekolah”, ungkapnya.
Dari pendekatan personal yang dilakukan kepala sekolah kepada setiap warga sekolah termasuk pengurus komite, secara pribadi dan kekeluargaan, diakui Edi Kuncoro dapat diperoleh beberapa masukan yang sangat berarti.
“Dengan bermodalkan masukan dari beberapa warga sekolah dan pengurus komite sekolah tersebut, akhirnya saya dapat menarik suatu kesimpulan untuk melaksanakan program sekolah dan kebijakan yang akan diambil”,imbuhnya
Langkah berikutnya yang dilakukan kepala sekolah adalah mengaktifkan kegiatan Jumat Sehat. Karena menurutnya, melalui kegiatan Jumat Sehat, semua warga sekolah, baik siswa, guru, maupun staf karyawan, secara serentak bersama-sama melakukan olahraga yang dikoordinasi oleh urusan kesiswaan dan guru penjas orkes. Dengan materi olahraga yang bervariasi, dan diakhiri dengan kudapan sederhana, kegiatan Jumat Sehat ini dapat dijadikan sarana untuk menjalin kebersamaan.
“Perasaan senang dan gembira yang dirasakan oleh bapak/ibu guru serta staf karyawan setelah olahraga bersama, tampak sekali dalam melaksanakan kegiatan berikutnya. Kegiatan-kegiatan lainnya diupayakan untuk dilakukan secara bersama, dengan maksud agar tercipta rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang erat. Disamping itu, diharapkan akan muncul tenggang rasa dan perasaan saling menghargai antar sesama”, jelasnya.

100 Hari Pertama Program Kerja
Jumat 12 Februari 2010 tepat 100 hari pertama Edi Kuncoro, S.Pd melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 3 Kandeman. Meskipun tidak lepas dari segala permasalahan yang ada, diakui Edi dalam 100 hari pertama ini dapat dikatakan berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan terciptanya suatu kondisi sekolah secara menyeluruh dengan baik.
“Suka dan duka tetap menyertai setiap langkah. Namun, duka yang tidak seberapa dapat hilang di telan rasa suka yang ada. Bagaimana tidak, dapat saya katakan bahwa secara umum di SMP Negeri 3 Kandeman sekarang ibarat sebuah keluarga, sudah tercipta kondisi yang damai dan tentram”, katanya.
Secara fisik, program kerja yang dapat terlaksana dalam 100 hari kerja juga sudah terealisasikan diantaranya adalah penanaman pohon penghijauan sebanyak 40 pohon glodhog pecut, 20 pohon mangga, 20 pohon mahoni, 20 pohon durian. Kemudian mengadakan 1 unit komputer lengkap printer untuk ruang guru sekaligus teralis besi pengaman, kemudian menambah 1 unit komputer untuk TU, rehab 4 ruang kamar mandi dan WC siswa, Pengadaan dan pemasangan saluran air, pengadaan seragam kaos olahraga dan kain batik untuk guru, staf karyawan dan pengurus komite, dan membuat tempat parkir untuk guru karyawan.
“Sedangkan program kerja nonfisik yang telah terlaksana, antara lain, koordinasi semua bagian, pembinaan berkala, konsultasi atasan, Supervisi kelas, pembenahan administrasi guru, reposisi anggaran, serta menggerakkan dan mengaktifkan kekeluargaan di sekolah”, imbuhnya.
Keberhasilan awal melaksanakan program kerja pada 100 hari pertama melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah diakui Edi Kuncoro adalah keberhasilan menciptakan kondisi yang kondusif. Hal ini didasari atas keinginan bersama untuk berbuat lebih baik demi sekolah. Kondisi yang kondusif ini diperoleh dengan melakukan beberapa tindakan atas kesimpulan yang dibuat dari hasil pendekatan secara personal.
Namun, dikeluhkan Edi, bahwa keberhasilan dalam melaksanakan program kerja pada 100 hari pertama, belum diikuti keberhasilan dalam menumbuhkan sikap dewasa pada warga sekolah.
“Apa saja yang harus dilakukan?” pertanyaan itu akan muncul dari siapa pun. “Menghargai dan menghormati pendapat serta hasil kerja guru dan staf karyawan, memberi contoh yang baik, tidak bersikap pelit, menumbuhkan rasa kekeluargaan, dan yang paling utama adalah adanya keterbukaan”. Itulah yang harus dilakukan karena pada prinsipnya bapak atau ibu guru, staf karyawan dan komite hanya menginginkan adanya keterbukaan, walaupun sebenarnya keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan yang terbatas”, paparnya.
Edi yang memimpin sekolah ini sejak 10 September 2009 ini menyimpulkan, solusi sederhana yang dapat diambil, adalah jika sikap saling “Asah, Asih, Asuh” dapat dikembangkan di mana kita berada, dan dengan situasi yang kondusif serta sikap dewasa bisa dimiliki oleh warga sekolah, maka SMP Negeri 3 Kandeman akan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.
”Kami punya 1 motto, tidak ada kata mudah, tetapi tidak ada kata tidak mungkin. Artinya, sesuatu yang kita kerjakan dengan kondisi yang serba kekurangan tidak akan mungkin terwujud, namun tidak ada hal yang tidak mungkin untuk bisa meraih, bisa kita kerjakan kalau kita mau komitmen bersama, untuk mengadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin sulit. Untuk itu, kita mencoba untuk merapatkan barisan agar menjadi satuan pendidikan yang solid untuk dijadikan modal menantang dunia pendidikan yang semakin berkembang”, pungkasnya. (EK/Trie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar