Sebuah hasil karya tidak harus selalu besar dan spektakuler serta memerlukan biaya yang besar untuk kegiatan riset dan perealisasiannya, namun harus mengacu pada bagaimana hasil karya tersebut dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Seperti halnya yang saat ini dilakukan Zaenudin, S.Pd yang telah mendapat predikat sebagai kepala sekolah berprestasi, yang memaparkan tentang pencetusan idenya, dengan mewujudkan konsep pendidikan yang praktis dan diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan di Kabupaten Batang khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Berikut penyampaian konsep secara eksklusif oleh Zaenudin, S.Pd kepada Tim Liputan Jurnal Pendidikan Batang Berkembang.
Matematika sering dianggap sebagai pelajaran “mati-matian” dan bahkan sampai saat ini masih sering mendengar bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang banyak mengandung predikat yaitu rumit, sukar untuk mengerti, membosankan, dan sebagian besar anak mengatakan bahwa pelajaran matematika merupakan hal yang menakutkan. Bila kondisinya sampai demikian, maka dapat dipastikan bahwa siswa nantinya tidak akan peduli terhadap pelajaran matematika.
Gambaran negatif terhadap pelajaran matematika sebenarnya dapat diminimalkan yaitu dengan penggunaan metode dan media yang sesuai dengan kondisi siswa. Sebagai guru kita perlu mengenal macam-macam alat peraga yang dapat kita gunakan dalam membantu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), khususnya dalam pembelajaran matematika. Tidaklah berarti bahwa setiap matematika harus diajarkan dengan mengunakan alat peraga.
Dalam kesempatan ini saya mencoba membuat alat peraga, dengan maksud untuk memberikan solusi bagaimana meminimalkan kesan negatif anak terhadap pelajaran matematika. Dan alat peraga ini juga membantu rekan guru dalam menyampaikan konsep matematika.
Pada hakekatnya, dalam proses pembelajaran (termasuk di dalamnya pembelajaran matematika) merupakan proses komunikasi dimana seorang guru harus dapat menyampaikan apa yang ia miliki kepada siswanya pula.
Namun dalam prakteknya pada pembelajaran, proses pengkomunikasian suatu materi agar mudah diserap, dipahami, dan dihayati oleh siswa tidak mudah. Pengalaman menunjukan bahwa dalam proses penyampaian materi terutama materi matematika sering terjadi hambatan atau penyimpangan, sehingga penyampaiannya menjadi tidak efektif dan efisien. Bahkan soal yang sebenarnya mudah atau sederhana tampak menjadi sulit.
Kita perlu menyadari pula bahwa pada umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang bersifat abstrak. Untuk menjembatani seorang guru seyogyanya memikirkan cara-cara penyampaian yang efektif agar sesuatu yang disampaikan itu dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Untuk pemikiran inilah maka diperlukan alat bantu lain berupa “media atau alat peraga”.
Dalam membuat alat peraga ini tidak sulit. Saya yakin semua semua guru bisa membuat. Yaitu mula-mula kita siapkan dulu alat dan bahan yang kita butuhkan, kemudian papan kita haluskan dan rakit (lihat gambar).
Alat dan Bahan yang digunakan dalam membuat alat peraga ini adalah: Gergaji, Pisau silet, Pasah/ penghalus papan dan Bor. Dan untuk bahan bahan - bahan yang disediakan antara lain Papan ukuran (1 m x 3 cm x 10 cm), (50 cm x 3 cm x 10 cm) dan (50 cm x 5 cm x 10 cm), Cat secukupnya dan Boneka sesuai keperluan.
Peranan Alat Peraga dalam Pembelajaran bila ditinjau dari peranannya alat peraga dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dapat dikategorikan dalam tiga hal utama, yaitu: (1). Untuk membantu proses pemahaman siswa, (2). Untuk membantu mengautkan daya ingat siswa tentang konsep yang dipelajari, dan (3). Meningkatkan minat serta apresiasi siswa terhadap konsep yang dipelajarinya.
Disamping itu, proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggabungkan penjelasan verbal yang dibantu oleh media berupa peragaan, ilustrasi, gambar atau sejenisnya sangat membantu kelancaran proses atau kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Dari uraian di atas dapatlah ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
• Umumnya siswa SD berfikir dari hal yang bersifat konkrit menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak, untuk menjembatani ini diperlukan alat peraga.
• Banyak alat peraga yang dapat dikembangkan di SD dan salah satunya adalah “Balok Garis Bilangan” yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan bentuk operasi hitung pada sistem bilangan bulat.
• Penggunaan alat peraga yang ditunjang oleh sifat bahan yang akan diajarkan dapat membantu proses abstraksi siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran berikut tampaknya perlu diperhatikan dalam usaha untuk menyampaikan pelajaran Matematika agar tidak kering dan menakutkan, yaitu:
• Hindarkan dominasi guru yang sangat meninjol dalam proses pembelajaran di kelas.
• Berilah kesan terhadap siswa bahwa pelajaran Matematika bukanlah pelajaran yang menakutkan.,
• Karena proses berfikir siswa di SD bergerak dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak, maka gunakanlah alat peraga dalam menyampaikan konsep-konsep Matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar