Selasa, 23 Maret 2010

PERANAN ALAT PERAGA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR


Oleh : Utomo, S.Pd*)
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap–tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal, akan dapat memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengucap, maupun peraba. Semakin baik tanggapan seseorang, makin baik pula pengertian tersebut dapat dipahami oleh siswa.
Menyadari karakteristik belajar yang demikian tersebut, maka keberadaan sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat penting sekali, bahkan dalam hal–hal tertentu, akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang mengalami proses itu.
Agar alat peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat peraga/praktek dapat berperan dalam pencapaian tujuan, maka alat peraga/praktek tidak semata-mata menjadi alat bantu atau pelengkap, melainkan bersama-sama dengan guru, materi, metode, strategi, dan evaluasi berperan dalam proses belajar.

Bagaimana merangsang alat indra siswa agar lebih mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru ?
Belajar adalah suatu proses yang komplek, tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk belajar. Seorang siswa yang normal akan dapat memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi inderanya, baik indera penglihatan maupun peraba. Semakin baik tanggapan seorang, makin baik pula pengertian tersebut dapat dipahami oleh siswa. Menyadari karakteristik belajar yang demikian tersebut maka keberadaan sarana pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat penting, bahkan dalam hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peranan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya merangsang alat indera siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar (PBM), pada setiap mata pelajaran guru harus menguasai materi yang akan diajarkannya, kecuali itu, siswa harus lebih banyak dikenalkan benda-benda yang nyata dari pada abstraknya melalui alat indera masing–masing sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pengamatan para ahli, dilihat prosentase efektifitas alat masing – masing antara lain, Indera penglihatan 83 %, Indera pendengar 16 %, Perasa 1 %, Penciuman/pembau 3,5 % dan Peraba 1,5 %. Dengan melihat perincian tersebut, ternyata indera penglihatan yang mempunyai presentasi tertinggi.
Dalam PBM kita diharapkan untuk semaksimal mungkin memanfaatkan indera penglihatan siswa, dengan memacu penggunaan alat indera penglihat, berarti kita (pendidik), harus memaksimalkan penggunaan alat peraga, terlebih ada kesan; Saya melihat saya ingat, Saya mengerjakan saya mengerti dan Saya mendengar saya lupa.

Apa peranan alat peraga dalam proses belajar mengajar.

Karena menyadari pentingnya alat peraga/praktik dalam meningkatkan mutu keberhasilan kegiatan belajar mengajar, maka perlu mengupayakan pemasyarakatan dan peningkatan fungsi alat peraga/praktik antara lain melalui pengadaan, penyebarluasan serta melaksanakan pelatihan pembuatan dan penggunaan alat peraga/praktik sederhana bagi tenaga kependidikan di lapangan. Hal ini perlu dilakukan dengan harapan dapat membantu guru dan siswa dalam hal membuat dan menggunakan alat peraga/praktik secara tepat, sehingga mutu kegiatan belajar mengajar dapat meningkat, serta keperluan alat peraga/praktik di sekolah dapat teratasi.
Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang mengalami proses itu. Agar alat peraga/praktik tidak semata-mata menjadi alat bantu pelengkap, melainkan bersama-sama dengan guru, materi, metode, strategi dan evaluasi berperan dalam proses belajar mengajar.
Dalam rangka memenuhi tuntutan seperti tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Pembuatan dan penggunaan alat peraga sederhana
Pembuatan dan penggunaan alat peraga sederhana harus dikaitkan/dilandasi dengan pemikiran yang sistematis, agar alat peraga tersebut dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar mata pelajar lainnya/terpadu, dan langkah – langkah yang perlu diperhatikan :
1. Mempelajari GBPP, untuk mengetahui tujuan, pokok bahasan, jumlah jam/waktu yang disertakan.
2. Mengetahui kemampuan apa yang hendak dikembangkan atau yang akan dicapai oleh anak dengan menggunakan alat peraga sederhana tersebut.
3. Dapat menentukan kedalaman materi yang akan diberikan untuk itu harus dipelajari lebih dahulu di telaah buku materi pelajaran di sekolah ataupun sumber–sumber lainnya.
4. Usahakan agar strategi PBM berjalan efektif, hendaknya dapat menentukan metode dengan tepat, untuk materi langkah-langkah kegiatan belajar serta pengorganisasian kelas.
5. Menentukan jumlah–jumlah jenis sarana yang digunakan untuk dapat menentukan sarana yang diperlukan hendaklah diperhitungkan dengan kemampuan apa yang akan dicapai, metode yang digunakan serta materi yang diajukan.
6. Pembuatan alat peraga sederhana hendaklah mengutamakan barang bekas yang ada di lingkungan sekolah, dan dibuat sendiri oleh guru dan dibantu oleh siswa.
7. Jika sarana tersebut telah selesai dan dapat berfungsi, maka guru tinggal membuat persiapan mengajar. Dan perlu diperhatikan untuk mencoba sarana yang digunakan apakah sudah dapat berfungsi dengan baik, menyiapkan jumlah sarana yang diperlukan, menentukan pengorganisasian kelas menciptakan metode yang digunakan dan melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sarana yang kita buat sendiri.
8. Melaksanakan KBM dengan menggunakan sarana yang kita buat sendiri, dalam hal ini guru dapat memberi bimbingan, agar alat yang dipergunakan dapat difungsikan semaksimal mungkin, kemudian anak dibimbing agar kemampuan atau ketrampilannya dapat diperoleh secara maksimal.
9. Mengadakan penilaian untuk mengetahui daya serap anak dapat dilaksanakan secara tertulis, lisan dan perbuatan.
10. Tindak lanjut, dapat berupa pemberian tugas khusus dan bimbing, mengulang pelajaran dan memberi contoh – contoh yang lebih kongkrit.

b. Pemeliharaan dan pengumpamaan alat peraga sederhana
1. Selain pembuatan dan penggunaan alat peraga IPA, hal yang cukup penting juga untuk diperhatikan adalah pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga itu sendiri, sehingga alat-alat tersebut akan lebih tahan lama dan tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian guru juga dapat menggunakannya dengan baik pada waktu yang cukup lama, tidak setiap kali harus membuat lagi, walaupun alat peraga/praktik sederhana.
2. Pengelompokkan alat peraga IPA untuk memudahkan pemeliharaan dan penyimpanan, alat peraga IPA dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan ukurannya :
a. Alat peraga ukuran besar, misalnya : papan planel, dan alat peraga yang sejenis ukurannya dan biasa digunakan secara klasikal.
b. Alat peraga ukuran sedang dan kecil, misalnya : pemantul cahaya respirometer dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan bahan :
a. Bahan kertas, karton
b. Bahan kain
c. Bahan tripleks, kayu, seng, plastik, kawat.
d. Bahan yang mudah pecah
3. Berdasarkan peruntukkannya :
a. Alat peraga klasikal
b. Alat peraga kelompok
c. Alat peraga individua
c. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga ilmu pengetahuan alam (termasuk sarananya)
1. Alat–alat dengan ukuran besar disimpan dalam kelompok yang terpisah dengan alat-alat yang ukuran relative lebih kecil.
2. Ada alat–alat tertentu yang bahannya mudah lembab seperti kertas, karton, planel. Alat–alat ini harus disimpan di tempat yang kering tidak ditempatkan di bawah/di lantai atau tempat yang lembab.
3. Alat–alat yang terbuat dari bahan yang lunak, mudah pecah tidak dicampur penyimpanannya dengan alat–alat yang keras, berat dan besar.
4. Alat–alat yang konstruksinya rumit, mudah rusak harus dikemas tersendiri, dibuatkan kemasan yang aman, dari bahan yang keras, supaya tetap berfungsi dengan baik setiap kali digunakan.
5. Alat–alat yang terbuat merupakan set (satu satuan dalam penggunaan) harus dikemas menjadi satu kotak/satu kantong, supaya tidak mudah hilang karena kalau salah satu bagian hilang maka alat tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, misal : perangkat listrik.
6. Alat–alat yang terbuat dari tripleks dengan ukuran relatif sama (bentuk datar) harus disimpan dalam kelompok tersendiri.
7. Alat–alat yang penggunaannya merupakan alat individual/kelompok yang jumlahnya cukup banyak harus disimpan tersendiri
8. Sebelum dan sesudah digunakan jumlahnya tetap sama. Alat–alat yang bentuknya sangat kecil perlu dikelompokkan/di kemas tersendiri supaya mudah mencariya dan tidak mudah hilang. Demikian alat yang merupakan pelengkap alat lain (ukuran besar) dikemas sendiri tetapi penempatannya didekatkan dengan alat pasangannya.
9. Setiap kemasan diberi tulisan/label tentang nama alat yang didalamnya supaya mudah mencari jika akan digunakan dan menyimpannya kembali. Akhirnya usaha pemeliharaan dan penyimpanan alat peraga / praktik ilmu pengetahuan alam (IPA) harus juga melibatkan siswa.
Catatan : Kepada siswa kita diberikan arahan agar menggunakan alat-alat dengan cermat tidak ceroboh agar alat–alat tetap berfungsi sebagaimana mestinya, tahan lama, dan tetap terjaga keutuhanya baik kualitas maupun kuantitas.

Adakah kaitannya antara penggunaan alat peraga dalam proses/kegiatan belajar mengajar dengan peningkatan mutu pendidikan.
Dalam Undang – Undang Nomor 2 tahun 1989 pada penjelasan pasal 35 tercantum bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga pendidik dan para peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tidak didukung oleh sumber belajar yang sangat penting dalam hal ini adalah alat peraga/praktik yang dapat membantu guru memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih siswa untuk mencapai keterampilan tertentu.
Untuk mata pelajaran yang tujuan instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (psikomotor) seperti mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, alat peraga/praktik sangat diperlukan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Di samping dalam rambu-rambu garis besar program pengajaran dalam kurikulum disebutkan bahwa setiap pengajar hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan/sub pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pengajaran dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari yang mudah ke hal sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
Bahwa alat peraga sangat erat hubungannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, dengan menggunakan alat peraga dalam setiap proses/kegiatan belajar mengajar akan lebih mengena dari pada tanpa menggunakan alat peraga, karena dengan menggunakan aat peraga berarti kita akan meninggalkan hal-hal yang bersifat perbalisme.(3)

*)Kepala SD Mojotengah 3 Kecamatan Reban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar