Sabtu, 27 Maret 2010

SMA BAKTI PRAJA LIMPUNG TERAPKAN PROGRAM SMA PLUS


Tuntutan agar mencetak lulusan yang mandiri, dan mampu menerapkan keahliannya, sehingga mampu langsung terjun ke masyarakat, SMA Bhakti Praja Limpung, menerapkan beberapa ketrampilan kepada anak didiknya. Dijumpai diruangannya, Achmadi Soerjopranoto, BA, yang di dampingi Wakasek Humas, Dra. Tentrem Prihatin, membenarkan hal tersebut.
“Memang, saat ini, sekolah kita ada program pendidikan ketrampilan siswa, yang meliputi menjahit, border, dan komputer, dengan tujuan, sekolah kita menjadi SMA Plus”, tuturnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran 17 Agustus 1936 ini menuturkan, bahwa hal ini dilakukan, untuk memberikan bekal kepada lulusan SMA, agar bisa dimanfaatkan, apabila tidak melanjutkan kejenjang perguruan tinggi.
“Kami memberikan kesempatan kepada anak-anak kelas III, sekolah bekerja sama dengan LPK limpung dalam hal menjahit, Bordir dan Komputer, dan yang lulus diberi sertifikat. Kegiatan ini sudah jalan sejak 4 tahun yang lalu. Dan kami rasakan ada manfaatnya, anak-anak bisa mandiri, dan agar mempunyai ketrampilan. Intinya, kita menginginkannya menjadi SMA Plus. Dan manfaat bagi lulusan, yang melanjutkan ya berguna, yang tidak melanjutkan juga lebih berguna”, jelasnya.
Diakui kepala sekolah, saat ini, pihak sekolah juga akan mengembangkan tekhnik komputer. Karena menurutnya, ketrampilan ini, saat ini masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Rencana akan dikembangkan pelatihan tekhnik komputer, dan jangan hanya sebagai operator saja. Karena penilaian kami, keahlian ini sangat dibutuhkan di masyarakat, dan masih jarang yang mempunyai ketrampilan tekhnik komputer. Sehingga lulusan dapat menggunakan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah”, imbuh pria yang sejak tahun 1980 ini menjadi Kepala Sekolah.
Menyinggung persiapan menghadapi ujian nasional, pihaknya telah melakukan les tambahan, yang dilakukan setelah jam pelajaran terakhir, selama 4 bulan, kemudian pendalaman materi, dan melakukan try out lewat MKKS Kabupaten.
“Semua orang menginginkan target 100%, yang pasti kita sudah berusaha”, katanya.
Dikatakan Achmadi, yang sudah mengenyam asam garamnya dunia pendidikan sejak tahun 1957 ini, bahwa keluhan sekolah swasta adalah kurangnya tenaga kependidikan.
“Guru yang diangkat pns tidak bisa kembali ke sekolah lagi, sehingga, tenaga pendidik menjadi menumpuk di sekolah negeri, sedang untuk sekolah swasta kekurangan guru, padahal sekolah swasta rata-rata menjadi basic trainingnya para guru. Dan hal ini perlu mendapat kajian bagi pemerintah, karena bagaimanapun juga, sekolah swasta juga mempunyai tujuan yang sama, yakni mencerdaskan anak-anak bangsa”, pungkasnya. (TIM)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar