Selasa, 30 Maret 2010
GENERASI MUDA AKAN KEHILANGAN JATI DIRI
Setyorini Guru TK ‘Mekar Jaya’ Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang jebolan dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Surakarta pada tahun 2005 dan telah lulus dari PGTK PGRI Semarang menyatakan ;
Telah diketahui bersama bahwa Seni Karawitan adalah sebagai budaya adi luhung cerminan ketinggian tingkat peradaban bangsa kita saat sekarang dalam keadaan mengkhawatirkan. Pada era tekhnologi, informasi dan globalisasi, seni karawitan terkepung dari berbagai arah, oleh berbagai jenis Seni Industri yang tampil glamour, praktis, ekonomis serta tampak menjanjikan secara material, dan kadang – kadang menjijikan walaupun popular dalam pementasan. Tayangan seni industri yang ditayangkan diberbagai media dengan tawaran kemewahan nilai material, kebebasan, etika yang kadang-kadang kurang sesuai dengan budaya ketimuran, mampu memikat masyarakat, terutama kaum muda dan anak-anak.
Penampilan glamour, murah dan mudah didapatkan, hamper tiada henti pada setiap hari melalui berbagai media elektronik yang semakin menjauhkan anak-anak dari Seni budayanya sendiri, terutama pada Seni Karawitan Jawa Mocopat dan berbagai nilai luhur yang terkandung didalamnya, Seni Karawitan yang kurang menjanjikan dari sisi material, popularitas dan kemewahan akhirnya semakin ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya, terutama dari kalangan muda dan anak-anak.
Hal inilah yang kemudian mengusik rasa khawatir masyarakat pendukung karawitan, dan akhirnya timbul pertanyaan, akankah kedepan Seni Karawitan Jawa kehilangan generasi pendukung ?, atau akankah kelak anak cucu kita berguru kebangsa lain ?, atau yang lebih parah, akankah Seni Karawitan kita hanya tinggal kenangan, apabila menyimak kondisi yang sedang dihadapi oleh dunia Seni Karawitan dewasa ini, tidak menutup kemungkinan, hal terburuk tersebut bukan tidak mungkin terjadi.
Apabila dicermati letak sebagian besar kaum muda dan anak untuk menekuni atau sekedar menghargai budaya jawa, rasanya tidak hanya karena ada pilihan seni lain yang lebih glamour, murah dan mudah didapat dan dinikmati, melainkan juga kurangnya perhatian dan upaya keras dari masyarakat pendukung seni budaya untuk mengenalkan dan menanamkan rasa cinta kaum muda dan anak-anak yang menduduki dunia pendidikan, dari PAUD hingga Perguruan Tinggi pada seni budaya sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar