Rabu, 17 Maret 2010

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN METODE RUMAH QURANI UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN MULTIPLE INTELLIGENCES SISWA


Oleh : ALMUKAROMAH, S.Ag. M.Pd *)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran tematik yang kondusif dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences pada siswa Madrasah Ibtidaiyah. Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Temuan penelitian ini, bahwa model pembelajaran tematik dengan Metode Rumah Qurani yang menggunakan langkah bermain, bercerita dan isyarat tangan, efektif untuk menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa. Multiple intelligences ini meliputi kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, musikal, natural, bodi/kinestetis, intrapersonal, dan logis-matematis. Penelitian ini efektif pula untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga dapat dikatakan model pembelajaran tematik dengan metode Rumah Quran efektif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik.

A. Pendahuluan
Berdasarkan pernyataan tujuan pendidikan dalam pembukaan UUD Dasar 1945, pendidikan harus mampu mengembangkan seluruh aspek potensi manusia secara utuh dan salah satunya adalah aspek kecerdasan siswa. Kecerdasan adalah kualitas kemanusiaan yang tidak bisa diabaikan. Aspek ini tidak kalah pentingnya dengan aspek-aspek yang lain yang harus ditumbuhkembangkan.
Terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, menurut Muhaimin (2001) diperlukan adanya upaya penyelenggaraan satu sistem pendidikan nasional yang secara sungguh-sungguh berusaha memfungsikan kecerdasan (intelligence) secara optimal. Optimalnya fungsi kecerdasan tersebut selama proses pembelajaran, merupakan upaya untuk mencapai kualitas pendidikan yang tinggi. Pada masa lalu individu dikatakan cerdas dan akan sukses bila memiliki IQ yang tinggi. Ternyata pendapat ”konvensional” tersebut sekarang terbantahkan dengan munculnya beragam kecerdasan. Baik yang digagas oleh Gardner dengan multiple intelligences ataupun oleh para ahli lainnya seperti Daniel Goleman dengan kecerdasan emosinya (Emotional Intelligence) serta Ian Marshal dan Danah Zohar dengan kecerdasan spiritual (Spiritual/ultimate Intelligence).
Pada pembelajaran kelas awal, proses pembelajaran dituntut untuk mampu memfungsikan kecerdasan tersebut dalam pendekatan pembelajaran tematik. Sementara, dilihat dari kondisi di lapangan, sebagian besar guru belum memahami dengan baik bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik dan pembelajaran bagaimana yang mampu menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
Dengan demikian yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah pembelajaran tematik yang bagaimana, yang dapat menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.

1. Pembelajaran Tematik dengan Metode Rumah Qurani.
Pembelajaran Tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Rusman, 2007: 172).
Pembelajaran tematik sebagai salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. (Rusman, 2007: 172, Tim Pengembang PGSD, 1997: 3-4).
Adapun penjabaran karakteristik dari pembelajaran tematik ini (Tim Pengembang PGSD: 1997) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri di mana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dengan tema diharapkan memberikan banyak keuntungan, di antaranya (1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, (2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) Pemahaman terhadap mata pelajaran lebih mendalan dan berkesan, (4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, (7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (Pusat Kurikulum, 2006: 5).
Pembelajaran tematik dalam penelitian ini akan diorkestrasikan dengan desain pembelajaran Rumah Qurani, di mana dalam setiap tema akan bernuansa ayat Al Quran. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian, mengaplikasikan Metode Rumah Qurani. Metode Rumah Qurani layak dipilih sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk tumbuhkembang multiple intelligences SD/MI, mengingat metode ini dikembangkan dengan prinsip-prinsip yang berpihak pada multiple intelligences pebelajarnya.
Metode Rumah Qurani baru dikenal khalayak luas setelah buku dan CD mereka yang didistribusikan Mizan, mendapat perhatian masyarakat dengan mencapai best seller pada tahun 2007. Buku tersebut memperkenalkan tentang metode menyenangkan untuk anak hafal dan paham Al Quran, yang teruji dari pengalaman Lembaga Pendidikan Jamiatul Quran di Iran.
Selanjutnya, Tim kreatif dari para generasi muda praktisi pendidikan di Bandung membuat pilot project untuk mengembangkan metode tersebut agar sesuai dengan konteks keindonesiaan, Dari hasil uji coba mereka di TK Babussalam Dago Bandung selama setahun, mereka menetapkan tiga langkah yang bisa mengakomodasi pembelajaran Al Quran yang menyenangkan yaitu dengan bercerita/dongeng, bermain dan isyarat tangan. Dari hasil metode pembelajaran yang mereka kembangkan tersebut, penulis melihat bahwa metode tersebut strategis dan tepat diterapkan pada masa usia dini (0-8 tahun) termasuk untuk siswa SD/MI kelas awal (kelas 1-3). Di samping metode ini didesain dengan menyenangkan, tim Rumah Qurani juga telah menganalisa metode ini dengan Multiple intelligences.
Metode yang diusung Rumah Qurani, turut memberi warna yang berbeda dalam ragam pembelajaran yang bermuara pada tema agama Islam. Metode ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini. Pendidikan Agama Islam untuk anak, selama ini masih banyak terjebak dengan metode tradisional berupa ceramah dan mencatat, sehingga kurang optimal. Sementara materi pelajarannya tetap dibiarkan abstrak, misalnya dalam pelajaran Al Quran. Di samping itu tema-tema yang dikembangkan Metode Rumah Qurani juga dapat diorkestrasikan dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran tematik. Metode Rumah Qurani mendekatkan siswa pada pemahaman yang lebih konkrit dan bermakna dengan tetap menyenangkan.
Tiga langkah pendekatan pembelajaran yang digunakan Metode Rumah Qurani adalah (Sulaiman, 2007):
1. Permainan yaitu yang dilakukan sebagai hiburan bermakna untuk siswa. Permainan ini antara lain mengajarkan konsep sebab akibat dari makna ayat yang dimaksud dan atau terkait dengan tema lain yang relevan.
2. Cerita yang merupakan kesimpulan dari permainan (melalui cerita keteladanan, makna yang diajarkan akan lebih terjelaskan kepada anak).
3. Penggunaan isyarat tangan ala “Jamiatul Quran” Iran yang telah disesuaikan dengan konteks budaya dan bahasa Indonesia. Langkah ini dapat membantu siswa memahami ayat yang abstrak menjadi lebih konkrit dengan gerakan tangan.
Ketiga langkah tersebut dapat dijadikan sebagai stimulasi multiple intelligences siswa dan dapat diorkestrasi dengan mata pelajaran lain yang terkait dengan tema. Tema pembelajaran diwarnai oleh kompetensi pada mata pelajaran Agama yang diorkestrasikan dengan kompetensi mata pelajaran lain seperti: Matematika, Bahasa Indonesia, PKN, IPS, Pendidikan Jasmani, Seni budaya, dan IPA.
Tema yang dikembangkan Rumah Qurani relevan dengan Standar Kompetensi atau Kompetensi dasar Agama Islam (akhlak) di kelas awal (I, I, III). Di antara tema ayat akhlak yang relevan menjadi materi pembelajaran antara lain: Berdamai, Membiasakan perilaku hidup bersih, adab makan dan minum, musyawarah, berbuat baik kepada orang tua, perintah memelihara shalat, menampilkan perilaku tolong-menolong, jujur, disiplin, hidup sederhana perilaku hemat, dan sebagainya.
Dengan menggunakan ketiga langkah Rumah Qurani, penelitian ini akan mengorkestrasikan materi-materi pelajaran dalam pembelajaran tematik sehingga menjadi pembelajaran yang menarik karena berupaya menstimulasi multiple intelligences dan bernuansakan nilai akhlak.

2. Multiple Intelligences
Dalam penelitian ini, pembelajaran tematik yang diujicobakan dengan skenario Metode Rumah Qurani akan dinilai dan dianalisa hasilnya melalui delapan aspek teori multiple intelligences menurut Howard Gardner yaitu pada kecerdasan linguistik (berkaitan dengan dengan bahasa), kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika), kecerdasan bodily/kinestetis (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), kecerdasan visual spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar), kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi, sosial), kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pengembangan pribadi), kecerdasan naturalistik (berkaitan dengan alam) pada siswa. Teori Multiple Intelligences bergema sangat kuat di kalangan pendidik karena menawarkan model pembelajaran yang berpegang pada prinsip” semua anak memiliki kecerdasan” atau dengan kata lain tidak ada anak yang bodoh.(Hoerr: 2000; Megawangi: 2005; Lwin: 2008).

B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) Tahapan – tahapan yang dilakukan peneliti hanya sampai pada tahap tujuh dari sepuluh tahapan Borg dan Gall, di mana dalam Sukmadinata (2007: 184) disederhanakan dalam tiga tahap yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model.
Pada tahap pengembangan model digunakan rancangan penelitian tindakan, yang secara berkelanjutan dievaluasi dan dilakukan refleksi untuk perbaikan dan modifikasi pada tindakan berikutnya. Hasil uji coba tersebut, akhirnya diperoleh suatu produk yaitu model pembelajaran tematik dengan metode Rumah Qurani.
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa Madrasah Ibtidaiyah kelas satu di Kota Bandung. Dalam penelitian studi pendahuluan, guru dan siswa pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung yang mengajar di kelas satu dan siswa kelas satu Madrasah Ibtidaiyah dijadikan subjek penelitian dalam rangka memperoleh profil yang menggambarkan proses pembelajaran tematik yang telah dilaksanakan. Penetapan sampel dilakukan secara random yakni memilih secara acak 10 (sepuluh) kecamatan dari seluruh kecamatan di kota Bandung yang berjumlah 30 (lebih dari 30%). Dari 10 (sepuluh) Madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan subjek penelitian studi pendahuluan dilakukan penetapan satu Madrasah Ibtidaiyah yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yakni tempat dilakukannya uji coba terbatas (MI Al Inayah). Madrasah yang dijadikan sebagai tempat Uji coba luas adalah MI Nurul Huda, MI Persis 29, MI Qosrul Muttaqin.

C. Hasil Penelitian
1. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran tematik pada siswa Madrasah Ibtidaiyah saat ini.
Kondisi pembelajaran tematik saat ini secara umum masih belum berjalan sesuai konsep pembelajaran tematik yang seharusnya, lebih khusus lagi terkait dengan usaha meningkatkan multiple intelligences siswa Madrasah Ibtidaiyah.
Fakta yang terlihat, pertama guru sebagai tokoh sentral belum mempunyai pemahaman yang cukup tentang pembelajaran tematik baik dalam tujuan pembelajaran, harapan siswanya, dan pandangan tentang tugas mengajar. Budaya pembelajaran konvensional masih melekat, seperti subject matter oriented (guru masih berorientasi pada pemenuhan materi), di samping itu harapan guru terhadap siswa belum mengarah pada keaktifan dan kreatifitas siswa yang akan membawa pembelajaran pada suasana menyenangkan karena sesuai dengan minat siswa. Sedangkan pandangan guru tentang tugas mengajar masih terbatas pada kewajiban yang harus dijalankan sesuai perintah sehingga guru mengajar tanpa motivasi untuk mengembangkan kreatifitas.
Kedua, perencanaan pembelajaran tematik pada umumnya belum mengarah kepada pembuatan RPP yang sesuai kaidah. Penentuan materi masih terpaku hanya pada buku sumber belajar. Guru belum banyak yang mempunyai keberanian untuk membuat indikator sendiri yang berpijak dari SK/KD untuk membangun pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menjadi lebih menyenangkan dan bermakna tidak selalu membuat rencana pembelajaran dulu sebelumnya. Dalam penentuan materi guru masih terjebak dengan mengambil dari buku teks pegangan siswa atau buku sumber belajar lainnya. Padahal pembelajaran dapat lebih bermakna dan menyenangkan jika guru bisa berani membuat indikator-indikator dari kompetensi dasar sebagai dasar dalam mengembangkan materi pembelajaran. Demikian pula dalam pengembangan tema guru madrasah masih belum berani membuat tema yang berporos pada agama.
Ketiga, Guru dalam melakukan proses pembelajaran, pada umumnya belum mengoptimalkan kreatifitas untuk membuat variasi pembelajaran agar dapat menstimulasi multiple intelligences. Metode mengajar di madrasah yang masih mendominasi adalah ceramah/ekspositori. Penggunaan media pembelajaran yang inovatif meski tidak harus mahal belum terbangun di kalangan guru kelas awal ini. Dalam proses penilaian, guru lebih memanfaatkan hasil belajar yang diperoleh melalui postes dan belum nampak penilaian proses yang dapat dijadikan alat untuk menggambarkan keragaman potensi siswa.
Keempat, aktifitas belajar siswa kurang bervariasi, dan kurang bermakna. Siswa selama proses pembelajaran kurang mendapat rangsangan untuk berkembangnya multiple intelligences, seperti kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, musikal, natural, bodi/kinestetis, intrapersonal maupun logis-matematis.
Kelima, dalam pemanfaatan sumber daya pendidikan Dalam pemanfaatan sumber daya pendidikan bisa disimpulkan masih minim, belum terlihat upaya pengkondisian ruang dan halaman sebagai tempat belajar sambil bermain, untuk dapat mengakomodasi keragaman kecerdasan siswa.
Dengan demikian, kondisi obyektif pembelajaran tematik kelas satu saat ini memerlukan pembenahan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Upaya meningkatkan kualitas tersebut dapat dimulai dari aspek kinerja guru, agar lebih meningkat kualitasnya sebagai motivator dan fasilitator di kelas maupun aspek proses pembelajaran di kelas sehingga menjadi lebih menyenangkan dan bermakna karena sesuai dengan kebutuhan, dan keunikan siswa.

2. Perencanaan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Tematik Hasil Pengembangan
Mencermati kondisi pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah khususnya kelas satu yang masih belum optimal, maka salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran tematik tersebut adalah dilakukan pengembangan model pembelajaran tematik dengan menggunakan metode Rumah Qurani.
Tujuan dikembangkan model ini adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran tematik pada Madrasah Ibtidaiyah, agar kondusif dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa. Di samping itu juga dapat membangun suasana religiusitas yang terwarrnai dalam materi maupun metode yang digunakan dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan; pertama, pembelajaran tematik dengan mengintegrasikan materi Agama (ayat tentang akhlak yang dikembangkan Rumah Qurani, diintegrasikan dalam indikator akhlak) dalam sebuah tema, kemudian mengaitkan materi agama tersebut dengan beberapa materi yang lain. Kedua, dalam penyajiannya di kelas, menggunakan metode menyenangkan dan dapat mengakomodasi multiple intelligences siswa (sebagaimana metode yang dikembangkan di Rumah Qurani) seperti bermain, bercerita, dan menggunakan gerakan isyarat tangan (untuk membantu memahamkan siswa pada ayat/dalil Al Quran yang terkait dengan tema). Dengan model tersebut, diharapkan mampu menghantar siswa pada pemahaman yang utuh terhadap apa yang dipelajarinya.
Berdasarkan hasil pengembangan, maka hasil akhirnya adalah berupa model rancangan pembelajaran tematik yang secara sistematis dan berkelanjutan mengembangkan langkah-langkah kegiatan awal, kegiatan inti (yang terdiri dari bermain, bercerita, dan isyarat tangan), serta kegiatan penutup.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan yang menjadi keunikan dari model pengembangan ini. Kegiatan yang dikembangkan adalah bermain, bercerita, dan isyarat tangan. Langkah bermain, merupakan aktifitas merangsang panca indra, kepekaan dan gerak badan anak. Langkah ini sebagai upaya membuat siswa lebih mengerti tema dan sub tema yang dipelajarinya melalui eksplorasi berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen, mengubah bentuk (object manipulation), tebak-tebakan, dan kegiatan lainnya yang dapat mengeksplorasi gerak tubuh anak dengan menyenangkan. Aktitas yang dikembangkan di lapangan antara lain, belajar dengan menyanyikan lagu, menempel gambar dua dimensi, lomba kecepatan lari dalam permainan lari bendera dan sebagainya. Media dan sumber belajar yang dapat dieksplorasi antara lain gambar, tape recorder, bendera kata dari kertas, LKS, lingkungan sekitar dan sebagainya. Langkah bermain ini tidak terjebak hanya pada awal kegiatan inti, tapi dapat mewarnai pada langkah cerita dan isyarat tangan. aktifitas ini dapat menstimulasi pada semua aspek kecerdasan seperti spasial, linguistik, interpersonal, musikal, naturalis, bodi/kinestetis, intrapersonal, logika matematika.
Langkah bercerita, meliputi kegiatan menyimak, membaca atau menceritakan kembali tentang cerita yang relevan dengan konteks tema yang dikembangkan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang lebih mengeksplorasi kecerdasan linguistik (berbahasa). Namun demikian, jika bercerita dapat dilakukan guru dengan kehangatan dapat menumbuh kembangkan kecerdasan interpersonal. Kegiatan ini juga dapat menumbuhkembangkan kecerdasan intrapersonal siswa yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menceritakan kembali dengan bahasa sendiri. Dalam kegiatan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri ini dapat dilakukan dengan berdiri di tempat duduknya atau dengan maju ke depan kelas. Dalam aktifitas bercerita, media dan sumber belajar dapat menggunakan gambar, sehingga lebih memperkuat visualisasi cerita untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spasial visual siswa.
Langkah isyarat tangan, adalah gerakan isyarat tangan yang mendekati bahasa tubuh tuna rungu. Aktifitas ini adalah sebagai upaya membantu memahamkan anak dengan konsep Ayat Al Quran supaya lebih konkrit. Ayat / dalil yang diajarkan adalah yang relevan dengan tema/sub tema. Jadi dalam aktifitas ini siswa belajar konsep Al Quran dengan proses yang bermakna.
Melalui rancangan model pembelajaran hasil pengembangan ini, ternyata efektif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik di kelas satu. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian, dari hasil pengamatan dan catatan lapangan terhadap belajar siswa dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran tematik dengan menggunakan metode Rumah Qurani dapat menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa, seperti kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, musikal, natural, bodi/kinestetis, intrapersonal, logis-matematis.

3. Hasil pembelajaran tematik dengan menggunakan Metode Rumah Qurani dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa
Model pembelajaran tematik hasil pengembangan, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran inovatif di madrasah kelas awal, yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil. Alasannya karena model ini merupakan sinergi dari berbagai temuan-temuan baru yang dapat mengorkestrasikan kesuksesan pengembangan multiple intelligences siswa.
Dengan kata lain, model pembelajaran tematik yang dirancang dengan mengintegrasikan metode Rumah Qurani, ternyata cukup kondusif dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
Hal tersebut dapat dilihat dari skor hasil asesmen yang secara internal dibandingkan antar skor hasil asesmen selama pembelajaran tematik berlangsung. Pada umumnya hasil dari perkembangan setiap aspek multiple intelligences siswa di tiga Madrasah Ibtidaiyah dengan kualifikasi baik, sedang, kurang mengalami peningkatan yang berarti, yaitu rata-rata skor hasil asesmen selama dan setelah pembelajaran tematik, dengan menggunakan analisis rumus statistik uji t hitungnya lebih besar daripada t tabel dan rata-rata dari setiap aspek multiple intelligences.
Dengan demikian, model pembelajaran yang dikembangkan ini dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah.

D. Rekomendasi
Model pembelajaran tematik dengan menggunakan metode Rumah Qurani hasil penelitian dan pengembangan ini, dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengubah kebiasaan pembelajaran konvensional. Untuk itu beberapa hal berikut perlu diperhatikan guru, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Batang, dan peneliti selanjutnya:
• Perlu adanya kemauan guru untuk mampu merealisasikan prinsip 5 M, yaitu Menarik, Menyenangkan, Memberikan kesan mendalam, Mudah dipelajari, Mudah diterapkan. Kelima prinsip tersebut diintegrasikan dalam aktifitas bermain, bercerita dan gerakan isyarat tangan yang juga harus dikuasai oleh guru dengan baik. Model Pembelajaran tematik ini memerlukan guru yang kreatif, dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar siswa, memilih kompetensi dari berbagai bahan ajar dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih interaktif, inspiratif, menantang, dan memotivasi siswa, memberi ruang bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, fisik, dan perkembangan psikologi siswa sehingga dapat menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
• Penerapan model ini diperlukan dukungan dari pihak Kementerian Agama bidang Mapenda, mengingat model pembelajaran ini relevan dengan program peningkatan mutu pembelajaran usia dini. Dukungan dari bidang Penamas juga diperlukan mengingat metode ini relevan dengan pembelajaran anak usia dini pada Taman Pendidikan Al Quran.
• Peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan model pembelajaran tematik dengan metode Rumah Qurani ini, dengan tema dan sub tema yang lain, yang esensinya selain memfasilitasi siswa dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa, juga dapat secara berkelanjutan meningkatkan kreatifitas guru.
Semoga bermanfaat..........

(Peneliti adalah Pelaksana pada seksi Mapenda Kantor Kementerian Agama Kab. Batang Jawa Tengah)

2 komentar:

  1. Dalam buku yang saya baca "Laduni Quotient; Model Kecerdasan Masa Depan", kecerdasan integral haruslah memadukan kecerdasan pikiran (IQ, EQ dan SQ) dengan kecerdasan hati (aql, qalb, dzauq, shadr, fuad, bashirah dan lubb). Mohon tanggapan.

    BalasHapus
  2. Dalam buku yang saya baca "Laduni Quotient; Model Kecerdasan Masa Depan", kecerdasan integral haruslah memadukan kecerdasan pikiran (IQ, EQ dan SQ) dengan kecerdasan hati (aql, qalb, dzauq, shadr, fuad, bashirah dan lubb). Mohon tanggapan.

    BalasHapus