Rabu, 17 Maret 2010

SD Negeri Ketanggan 03 SERING ADAKAN STUDI BANDING


SD Negeri Ketanggan 03 UPT Disdikpora Gringsing beberapa kali telah melakukan study banding ke beberapa sekolah di luar wilayah kabupaten Batang. Hal ini seperti penuturan Hj. Purwaningsih, S.Pd kepada tim liputan JPBB berapa waktu lalu.
Menurutnya, banyak sekali manfaat yang bisa di petik dari kegiatan ini terutama dari segi manajemen pembelajaran di sekolah.

“Kami pernah melakukan studi banding di SD Negeri Boyolali pada tanggal 23 juli 2008 lalu, yang bisa kami ambil manfaatnya adalah, setelah melakukan kegiatan tersebut, rekan-rekan ada perubahan yang luar biasa dalam peningkatan mutu pendidikan, namun hal ini juga disesuaikan dengan situasui dan kondisi yang ada”, tuturnya.

Dipaparkan wanita kelahiran Surakarta, 15 September 1958 ini, bahwa setelah mengetahui ada manfaat yang positif untuk kemajuan sekolah yang dipimpinnya ini, pihaknya menjadikan kegiatan ini sebagai agenda rutin.

“Untuk kedepannya, kami akan melakukan studi banding ke SD Negeri Kemasan 1 Serengan, yakni sekolah yang sudah menerapkan agrobisnis sekolah, dengan tujuan untuk mengembangkan jiwa wirausaha sejak usia dini kepada anak. Dalam hal ini, rekan-rekan Guru rela mengumpulan uang sebesar 25 ribu perbulan untuk kegiatan tersebut, selain juga untuk rekreasi”, imbuhnya.

Menyinggung persiapan menghadapi UASBN, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan, mulai dari mengumpulkan wali murid untuk menentukan jam belajar, kemudian menentuan SKL dan menerapkan jam masuk lebih awal, khususnya untuk kelas 6.

“Kami juga telah memberikan tambahan jam yang di mulai sejak bulan Januari yang akan diakhiri hingga bulan april, utamanya mata pelajaran yang di UASBN kan, yakni pada Siang hari dari jam 2 hingga jam 4 pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu, serta pagi hari mulai jam 7 hingga 12.30 untuk pemadatan materi”, jelasnya.

Diakui kepala sekolah yang juga berdomisili di Desa Ketanggan ini, bahwa dengan langkah-langkah seperti ini, hasil UASBN untuk tahun lalu juga bisa melebihi dari SKL yang ditetapkan.

“Alhamdulillah, untuk tahun kemarin kita juga mendapat nilai tertinggi di kecamatan Gringsing. Nilai Bahasa Indonesia mencapai 8,80, Matematika 7,75, dan IPA 8,75”, tuturnya bangga.

Perlu diketahui, SD Negeri Ketanggan 3 Gringsing juga telah mencapai beberapa prestasi, diantaranya kepramukaan yang sering mewakili kecamatan Gringsing untuk maju ke tingkat Kabupaten Batang sebanyak 2 kali. Dan juga, sekolah ini menggiatkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya Rebana, pramuka, drum band, tari, lukis dan yang sedang di rintis adalah mocopat. (Trie)


SD NEGERI SIGUCI PECALUNGAN TERAPKAN BUDAYA BERSIH


Budaya bersih, transparan dan profesional tidak terlepas dari sikap bathin kita yang paling dalam untuk melakukan segala sesuatu dengan iklas dalam suatu sistem berfikir yang dilandasi oleh kemauan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar. Sikap ini tidak lain adalah sikap “taat profesi”, dan kata kunci untuk tumbuhnya taat profesi dalam diri kita adalah “Disiplin”, disiplin dalam berpikir, disiplin dalam menata konsep bekerja, disiplin dalam melaksanakan pekerjaan dan disiplin dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan.
Hal ini seperti diungkapkan Gunawan Sudjarwo selaku kepala sekolah SD Negeri Siguci UPT Disdikpora kecamatan Pecalungan beberapa waktu lalu kepada kepada tim liputan JPBB. “Bersih itu menunjukan pribadi yang bersih, membikin lingkungan yang bersih. Karena bersih adalah batu loncatan atau dasar dari penigkatan prestasi. Baik kebersihan hati dan khususunya kebersihan lingkungan sekolah”, tuturnya.
Ditegaskan pria kelahiran Batang, 14 Februari 1957 ini, tujuan di terapkannya budaya ini di sekolahnya agar supaya dalam bekerja bisa merasa nyaman dan tentunya bisa tidur nyenyak, karena tidak ada yang disembunyikan.
“Inti realisasi bersih adalah itu. Bersih dalam artian yang luas. Kalau bisa, tidak hanya dalam institusi SD saja, namun meluas ke semua instansi pendidikan”, usulnya.
Namun, untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dalam mewujudkan sekolah yang sehat dan nyaman, pihaknya menerapkan budaya ini setiap hari, tanpa adanya memandang piket.
“Siapa yang melihat sesuatu yang kotor, harus langsung bertindak. Ini kami tekankan kepada seluruh warga sekolah. Karena, untuk menerapkan Budaya bersih ini perlu adanya pembiasaan yang dipaksakan. Selain itu, mami juga menarik dana kebersihan dari anak sebesar 200 rupiah, dengan penjabaran multi fungsi, dikelola anak sendiri dan dimanfaatkan oleh anak itu sendiri. Terutama khususunya untuk berobat dalam keadaan darurat, membantu anak yang tidak mampu”, tegasnya.
Diakui kepala sekolah yang berdomisili di RT 01/01 Desa Sempu kecamatan Limpung ini, bahwa pihaknya menerapkan budaya bersih sejak tahun lalu. “Namun baru kami proklamirkan pada tahun ini, karena melihat kondisi dan sarana prasarana yang mendukung yang sudah memenuhi kriteria untuk menerapkan budaya ini, dengan tujuan untuk membudayakan budaya tertib”, imbuhnya.
Ditambahkan Gunawan yang juga hobi olahraga bulutangkis ini, penerapan budaya bersih ini adalah membuat lingkungan pendidikan sedikit demi sedikit. Dengan dasar itu, maka beberapa prestasi dengan sendirinya akan terintis.
“Yang dimaksud prestasi itu relatif, kita berprestasi ditingkat mana dulu. Tapi kalo ditingkat kita sendiri belum berprestasi, kenapa harus muluk-muluk. Penerapan budaya bersih ini juga kami kaitkan dengan perintisan prestasi, serta untuk membangkitkan kepercayaan kepada masyarakat, kita tunjukan jati diri kita”, pungkasnya. (Trie)

MEDP BAWA PERUBAHAN UNTUK MADRASAH


Direktorat Jenderal Madrasah Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama RI meluncurkan program Madrasah Education Development Project (MEDP) yang kegiatannya didanai dengan bantuan Asian Development Bank (ADB) yang merupakan Loan atau pinjaman.
Madrasah Education Development Project (MEDP) merupakan program terobosan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) untuk mendorong pendidikan madrasah agar berbenah diri dengan suatu perencanaan (Madrasah Development Plan / MDP) yang matang. Dari sini diharapkan madrasah secara mandiri mampu mengelola serta memberikan layanan pendidikan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Program ini berbeda dengan program-program stimulan Direktorat Pendidikan Madrasah lainnya yang mendapatkan dukungan dana dari ADB maupun lembaga donor lain. Misalnya program DMAP (Development Madrasah Aliyah Project) yang hanya berfokus pada pengembangan Madrasah Aliyah (MA), out put-nya lahir MAN Model. Atau program AIBEP (Australia-Indonesia Basic Education Project) yang masih berjalan hingga tahun ini, fokusnya hanya pada pendidikan dasar (MI dan MTs).
MEDP program domainnya sangat baru. Sasarannya mencakup seluruh jenjang/satuan pendidikan, dari tingkat dasar sampai menengah. Karena sasarannya yang luas, maka saat ini hanya diperuntukkan bagi 500 madrasah (MI, MTs, dan MA), tersebar di 27 kabupaten di tiga provinsi. Yakni, Jawa Timur (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, Malang, Jember, Jombang, Nganjuk, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, dan Bangkalan); Jawa Tengah (Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo, Grobogan, Blora, Rembang, Demak, Batang, dan Pemalang), dan Sulawesi Selatan (Bantaeng, Sinjai, Bone, Maros, dan Jeneponto). Jika program ini berhasil, tidak menutup kemungkinan sasarannya akan dikembangkan secara lebih luas lagi.
Seperti dijelaskan secara singkat oleh Drs. H.M Bisri, MA, selaku Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Batang, saat dijumpai diruangannya mengatakan, bahwa program yang dikembangkan melalui Madrasah Education Development Project (MEDP) meliputi Fisik dan Non-Fisik, dan bentuk kegiatannya akan bertahap.
“Rencananya 3 tahun berturut-turut. Kalau dibantu pada tahap pertama baik, maka akan dilanjutkan pada tahap ke dua dan ketiga”, katanya.
Ditambahkan Bisri, bahwa di kabupaten Batang sendiri untuk program MEDP ini mendapat bantuan untuk 17 madrasah, yakni untuk Ibtidaiyah ada 8 madrasah, Tsanawiyah ada 7 madrasah dan Aliyah ada 2 madrasah.
“Untuk nominal bantuan yang didapat untuk masing-masing madrasah tidak sama karena disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang ada, seperti yang telah diajukan pada proposal yang sudah di ajukan pada tahun 2006 lalu”, paparnya singkat.
Sementara itu, Zaimahtul Chasanah, SH.i selaku fasilitator Program MEDP di Kabupaten Batang secara terpisah menjelaskan, bahwa pengembangan madrasah di bidang fisik meliputi penyediaan dan pembangunan sarana prasarana madrasah, yaitu pembangunan / rehab ruang kelas, pembangunan Laboratoium (Bahasa, Komputer, IPA), pembangunan ruang klinik, pembangunan perpustakaan dan toilet. Pengadaan sarana juga termasuk isi baik berupa peralatan, perlengkapan dan mebelair. Penyediaan media pembelajaran serta buku teks. Adapun pengembangan di bidang fisik diimbangi dengan penyiapan sumber daya manusia, melalui pelatihan dan pengembangan SDM.
“Bagi tenaga pengajar yang belum memiliki kualifikasi akademik sesuai yang dipersyaratkan oleh undang-undang, program MEDP juga menyediakan beasiswa untuk kuliah hingga S1 atau D4”, katanya.
Ditambahkan Imah panggilan akrabnya, bahwa MEDP adalah program untuk pengembangan madrasah. Kalau selama ini, image madrasah selalu tertinggal dari sekolah-sekolah negeri, tujuan program ini agar ada kesetaraan untuk peningkatan mutu madrasah.
“Selain untuk pembenahan sarana fisik dan peningkatan kualifikasi tenaga pendidik, juga ada bagi peserta didik di madrasah. Sasaran disediakan program remidial dan program transisi. Program remedial dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Program transisi merupakan jembatan bagi peserta didik khususnya yang berasal dari keluarga tidak mampu dan peserta didik yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, misal dari MI ke MTs atau dari MTs ke MA”, jelasnya.
Dirinya menambahkan, Program MEDP akan berlangsung hingga 2012. Adanya program MEDP merupakan berkah tersendiri bagi madrasah, karena adanya program ini madrasah dapat memenuhi sarana prasarana serta meningkatkan mutu pembelajarannya.
“Targetnya, paling tidak madrasah minimal bisa berstandar nasional, untuk itu diberikan dana stimultan untuk meningkatkan sarana prasarana dan sdm nya. Bantuan ini berupa blockgrand, madrasah diharapkan bisa me manage itu. Disusun sejak tahun 2007, hingga anggaran sampai 2011 atau mundur hingga 2012. Bantuan ini cair mulai tahun 2009, pelaksanaannya harus berakhir pada bulan Mei 2010, semua pelaporan harus sudah masuk dan nantinya akan berkelanjutan pada tahun anggaran 2010 dan selanjutnya. Dibagi 3 tahun anggaran dari pusat. Kalau penilaiannya dari Independent Monitoring Evaluations dinyatakan baik, maka bantuan akan diteruskan”, tambahnya.
Pada pertemuan waktu itu, pihaknya berpesan kepada seluruh pengelola bantuan MEDP, agar mengelola bantuan dengan sebaik-baiknya.
“Kelola dana sesuai dengan dana yang diterima. Jangan hanya habis tanpa membekas apa-apa. Adapun madrasah sudah tidak menerima bantuan nantinya, agar tetap mempertahankan kualitas dan peningkatan SDM nya. Harapan kita, dengan adanya bantuan, kondisinya jangan sama seperti dulu, harus ada perubahan dan peningkatan. Karena ini dana untuk membantu madrasah untuk meningkatan kualitas dan kuantitas. Karena terkait untuk peningkatan sdm guru dan murid”, tegasnya.

Pengembangan Madrasah
Pada hakekatnya, program ini adalah salah satu bentuk perwujudan dari strategi jangka pendek pengembangan madrasah Ditjen Pendis dalam rangka memperkuat manajemen madrasah. Pelaksanaan program tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap rencana strategi pengembangan madrasah secara menyeluruh yang ditargetkan 25 tahun ke depan. Dalam rencana strategis tersebut, prioritas pengembangan madrasah mencakup beberapa aspek. Antara lain tanggung jawab perencanaan yang didesentralisasikan kepada madrasah dan disversifikasi kelembagaan madrasah dengan menggunakan standar internasional, nasional dan lokal.
Prioritas pengembangan ini telah dilakukan dengan integrasi persiapan perencanaan strategis oleh Depag dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Perencanaan ke depan dari Depag telah merefleksikan prioritas nasional dalam bidang pembangunan pendidikan.
Program MEDP ditujukan untuk mendukung upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Rasionalisasi menyeluruh dari desain program MEDP adalah mengombinasikan secara hati-hati antara intervensi supply side dengan sejumlah kunci tata kelola (governance) dan reformasi kelembagaan. Seleksi dari program intervensi dan reformasi kelembagaan didasarkan kepada fakta-fakta kunci yang menentukan peningkatan kualitas dan efisiensi internal.
Dimensi rasional lain yang digunakan dalam mendesain program MEDP, terfokus pada pemberian intervensi terhadap kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan warganya lebih kurang atau di atas 20 persen. Selain itu, tingkat populasi madrasah, khususnya swasta yang berukuran sedang lebih tinggi, ketidakberadaan program bantuan luar negeri lainnya, dan kesediaan berpartisipasi dalam pelaksanaan program.
Berdasarkan kajian kondisi kabupaten dan kriteria pemilihan madrasah serta pendapat stakeholder, maka dipilih 500 madrasah {MI (206), MTs (236), dan MA (58)}, yang berbasiskan masyarakat miskin. Proses seleksi didasarkan kepada tingkat kemiskinan siswa, besar-kecilnya madrasah, kualifikasi guru, serta kondisi geografis madrasah tersebut.
Secara garis besar, program MEDP bertujuan untuk peningkatan kualitas mutu lulusan madrasah. Hal ini dapat terukur dengan semakin banyaknya lulusan madrasah yang memasuki perguruan tinggi dan pendidikan lanjut lain, di samping meningkatnya rata-rata jumlah lulusan yang memasuki lapangan pekerjaan. Selain itu, peningkatan akreditasi madrasah dengan cara membantu madrasah untuk memenuhi standar pendidikan di jenjang pendidikan dasar (MI, MTs, dan MA) sehingga dapat menyediakan pendidikan berkualitas sebagai bagian dari kerangka pendidikan nasional. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan jenjang akreditasi madrasah tersebut melalui proses akreditasi yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional.
Dari program ini diharapkan dapat berdampak pada jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah meningkatnya kualitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan madrasah pada jenjang MI, MTs, dan MA. Indikator kuncinya mencakup peningkatan rata-rata kelajuan dan retensi di dalam sistem madrasah; peningkatan performan (kinerja) siswa dalam berbagai jenjang pendidikan termasuk pengurangan jurang pemisah antara sistem pendidikan madrasah dan sekolah umum; pengurangan secara signifikan perbedaan kinerja (performance) siswa antar kabupaten/kota, khususnya di madrasah sasaran program; dan meningkatkan persepsi positif dari masyarakat sehubungan dengan kualitas pendidikan madrasah.
Jangka panjang, program ini diharap kan meningkatkan daya saing lulusan MA di pendidikan tinggi dan lapangan pekerjaan. Peningkatan daya saing ini ditunjukkan dengan peningkatan ratarata jumlah lulusan MA yang memasuki perguruan tinggi dan pendidikan lanjut lainnya. Peningkatan daya saing juga dapat diukur rata-rata jumlah lulusan yang memasuki lapangan pekerjaan dengan gaji yang relatif lebih baik.

Berkah Untuk Madrasah
Kasi Mapenda Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batang nampak akrab dengan jurnalis media ibukota -musanep-

Seperti dikutip dari pemberitaan media ibukota, Menteri Agama Suryadharma Ali di Jakarta pada Kamis (10/12) saat meresmikan dimulainya penggunaan dana hibah ini mengatakan, madrasah didirikan untuk memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa, terutama dalam pembentukan karakter moral bangsa yang beriman, bertaqwa. cerdas dan terampil.
"Dengan jumlah madrasah yang mencapai 40.848 unit dan jumlah siswa sekitar enam juta anak, hal ini sesungguhnya dapat menjadi kekuatan yang luar biasa bagi pembangunan karakter moral bangsa kita." katanya.
Dia menjelaskan, jumlah madrasah di Indonesia saat ini 40.848 unit, terdiri atas 23.519 unit madrasah ibtidaiyah (MI), 12.054 unit madrasah tsanawiyah (MTs) dan 4.687 madrasah aliyah (MA). Dari jumlah tersebut, 91.5 persen di antaranya berstatus swasta.
Dari sisi bangunan fisik, hanya 59.667 unit MI atau 47 persen yang kondisinya layak. Sisanya dalam kondisi rusak ringan dan berat. Sedangkan MTs dan MA yang kondisinya masih layak sekitar 44.823 unit (67 persen) dan 19.455 unit (75 persen), sehingga layak bila MEDP disebut sebagai berkah untuk madrasah. Tak luput, beberapa tanggapan dari penerima dana ini di kabupaten Batang juga senada dengan pernyataan Menteri Agama. Berikut kutipan wawancara tim liputan dengan para pengelola dana hibah tersebut.

Drs.Moffan – Kepala MTS Wachid Hasyim Warungasem

“Bantuan ini sangat membantu sekali untuk sukses pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kedepannya, kami akan mensetarakan dengan sekolah-sekolah yang lain disekitarnya. Sehingga menghapus kesan bahwa madrasah adalah sekolah yang terpinggirkan. Nanti kita akan membuat program unggulan di bidang TIK, yang kedua dibidang ketrampilan khususnya menjahit, karena kebanyakan, tamatan siswa disini banyak yang bekerja untuk konveksi didaerah sekitar, sehingga pihak kami berinisiatif di bidang yang satu ini”.

Tasmali, Ama Pd – Kepala MI Tumbrep Bandar
“Dengan adanya MDEDP ini, MI lebih maju dari yang dulu, dalam semua bidang, baik mutu dan sarana dan prasarananya. Kita semua komitmen, ingin maju, minimal standar nasional. Kendati jumlah nominal yang kami peroleh tidak sama, yang kami rasakan saat ini adalah merasa senang dan berbangga hati, apalagi masyarakat juga turut mendukung, MI sini yang dulunya sedikit program, saat ini lebih banyak kegiatan, dan Alhamdulillah, sudah ada Guru yang juga sudah dikuliahkan”.

Nur Hasanah, Ama.Pd – Kepala MI Keputon Blado
“Dengan adanya MEDP ini, intinya peningkatan mutu pendidikan, baik itu dari siswa dan guru serta peningkatan sarana dan prasarananya. Dengan dana MEDP ini, sarpras sudah terpenuhi, dan rencananya kami akan mewujudkan media pembelajaran. Dan Alhamdulillah, untuk program peningkatan mutu guru ada imbas untuk madrasah yang lain, karena dalam menyelenggarakan pelatihan, kami juga menghimpun rekan-rekan guru MI se kecamatan Blado, dengan bantuan ini, kami bisa menghidupkan kembali kegiatan KKG yang dulu sempat mati. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih, kepada yang telah membimbing kami, kepada seluruh jajaran pusat hingga ke bawah dan juga rekan-rekan guru di keputon dan komite serta pengurus yang telah bekerja sama. Untuk tahun ini, semoga pencairan MEDP tidak terlambat dan semoga bisa cair kembali”.

Wachyudin – Kepala MI Candi Bandar
“Dari MEDP ini, selain untuk pengadaan dan pembenahan gedung madrasah yang kami alokasikan hingga 2011, juga kami fokuskan untuk media pembelajaran, titik tekannya dalam pengembangan guru agar bisa menggunakan multi media. Kita juga melakukan pelatihan IT yang fokusnya pada penguasaan pembelajaran melalui media IT, kalau masalah fasilitas, kita sudah lebih dulu memiliki medianya, termasuk pembelajaran melalui visualisasi LCD. Alhamdulillah, walaupun di pelosok kita sudah punya laptop 5 buah, dan dalam proyek MEDP ini kita akan mengembangkan ekstrakurikuler IT, karena kita sudah terdepan dalam bidang IT, paling tidak kita akan menularkan kepada anak didik kita. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pemerintah dan Depag atas bantuan dan amanat yang telah diberikan kepada kami. Dan untuk untuk instansi yang lain, walaupun kita dapat bantuan MEDP, kita masih akan melakukan pengembangan yang lebih banyak, jangan sampai bantuan yang lain di nomor duakan. Kita berkomitmen akan menjadi sekolah unggulan sebagai wujud tanggungjawab mengembangkan dan mencerdaskan anak bangsa, sehingga kita perlu dukungan yang besar”.

Hj. Solekhah – Kepala MIS Darul Khikmah Sengon Subah
"Dengan adanya MEDP ini, kami sangat bersyukur sekali, karena tanpa itu, kita tidak dapat membuat kelas baru. Tadinya, kami memiliki program hanya membangun 1 lokal, namun kami kembangkan menjadi tingkat untuk cadangan tahun yang akan datang, karena sekolah kami kini semakin di percaya masyarakat, hal ini kami buktikan dengan adanya kelas jauh di dukuh Roban. Dalam kesempatan ini, kami juga turut mengucapkan terimakasih kepada Depag. Dan Setelah program MEDP ini selesai, kami tetap mengharap agar selalu tetap menerima bantuan, terutama untuk bisa melakukan pengembangan MI Roban. Kedepannya, semoga MI Sengon ini akan semakin baik, lebih maju dan berkualitas, baik dari siswanya, maupun dari tenaga guru yang ada”.

Mochammad Miftakhul Ulum, S.Pdi – Kepala MIS Sidorejo Warungasem
“Secara manusiawi, kami merasa bangga kerena mendapat kepercayaan besar untuk mengelola bantuan ini. Dan kami juga mengalami H2C atau harap-harap cemas, karena ini merupakan program baru dan membutuhkan ketrampilan serta keuletan dalam mengelola bantuan ini. Khusus untuk kegiatan pelatihan-pelatihan, madrasah kami melibatkan rekan-rekan guru MI se kecamatan Warungasem, untuk ikut dalam kegiatan tersebut, sehingga ada nilai manfaat yang lebih luas. Dengan keseriusan kami dalam mengerjakan proyek ini, diharapkan dapat menjawab tantangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat butuh apa?, kami siap mewujudkannya”.(Trie)

SMP NEGERI 1 BANDAR WUJUDKAN PERFORMEN SEKOLAH

Tampaknya, menyandang predikat sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadikan jajaran pengelola SMP Negeri 1 Bandar yang dipimpin Kismanto, S.Pd ini ingin mengadakan perubahan dan menampakkan performen sebagaimana mestinya. Hal ini terungkap saat tim liputan ngobrol santai dengan Kismanto, S.Pd di SMP Negeri Wonotunggal beberapa waktu lalu.
Menurut pria kelahiran Batang, 15 November 1959 ini, bahwa sekolah yang sudah SSN memang perlu adanya perubahan penampilan wajah sekolah yang lebih baik. “Ini sudah menjadi program untuk tahun 2010/2011. Yang ingin kami rubah adalah pagar keliling dan gapura. Seperti kita ketahui, pagar depan sekolah kami masih berbentuk kawat berduri”, tuturnya santai.
Dikatakan mantan kepala SMP Negeri 8 Batang ini, adapun perencanaan pembangunan pagar sekolah ini bertujuan untuk menambah kepercayaan masyarakat. Diharapkan, dari perubahan penampilan tersebut, antusias masyarakat bisa semakin meningkat dan yang kedua adalah antisipasi masalah keamanan.
“Kami akan mengerjakan kegiatan ini dalam 2 tahap, yakni pembangunan pagar depan sepanjang 300 meter untuk tahap awal dan gapura, selebihnya masih kurang sekitar 500 meter persegi yang akan kami lanjutkan pada tahap selanjutnya. Dan kami perkirakan, program tahap pertama ini akan menghabiskan anggaran sekitar 100 juta”, paparnya.
Di harapkan Kismanto, dalam upaya untuk merubah performen sekolah ini ada partisipasi dari masyarakat melalui komite, karena kedepannya, masih banyak kebutuhan sekolah untuk melakukan pembenahan-pembenahan.
“Harapan kami kepada masyarakat agar mendukung program sekolah yang sudah menyandang gelar sebagai Sekolah Standar Nasional dan juga berada di ibukota kecamatan ini agar terlihat reprefsentatif”, harapnya. (Trie)

SMP Negeri 3 Bandar Bangun Sarana Ibadah


Sekolah merupakan pusat pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka dari itu setiap sekolah sudah seharusnya menyediakan tempat ibadah. Demikian halnya dengan SMP Negeri 3 Bandar yang saat ini tengah membangun sarana ibadah.
Seperti diungkapkan Drs. Dadang Herdiana selaku kepala sekolah, bahwa pembangunan mushola berukuran 6 X 6 meter yang sedang dalam proses penyempurnaan ini bertujuan untuk sarana ibadah khususnya bagi warga sekolah.
“Dikarenakan anak didik kami selama ini sangat menjunjung tinggi ajaran Islam dan menerapkan dalam perilaku kesehariannya. Nuansa Islaminya sangat kental, bahkan setiap hari, senin hingga sabtu anak-anak perempuan banyak yang memakai jilbab, sehingga sangat ironis bila sekolah kita tidak ada sarana ibadahnya, sehingga kami berinisiatif dan bertekad untuk membangun mushola, sehingga kedepannya akan bermuara pada perwujudan pendidikan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan ketaqwaan”, tegasnya
Dijelaskan pria kelahiran Bandung, 21 Juni 1957 ini, bahwa proses pembangunan sarana ibadah yang sudah berjalan 2 bulan ini sudah hampir mendekati tahap finishing.
“Diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar 51 juta. Dana bersumber dari swadaya orang tua dan komite serta guru dan karyawan. Dan saat ini yang kami dapat baru nyampai 70 % dari total anggaran”, paparnya.
Selain merintis sarana ibadah, SMP Negeri 3 Bandar juga akan merintis pengembangan sekolah, yakni pengadaan 3 lokal ruang kelas baru. Menurut Dadang, sejak tahun 2008, sekolah dengan jumlah siswa 453 anak ini telah mengalami kekurangan kelas, dikarenakan rombongan belajarnya sudah 12, padahal kondisi lokal kelas baru ada 9 ruang.
“Saat ini kami masih memanfaatkan ruang Laboratorium, ruang perpustakaan dan ruang ketrampilan yang sementara ini kami pakai untuk ruang kelas. Sehingga jelas, kami masih membutuhkan ruang kelas baru minimal 3 lokal lagi. Kami yakini, ini adalah dampak dari masyarakat yang ingin bersekolah yang semakin tinggi. Semoga harapan kami untuk pemenuhan ruang kelas baru mudah-mudahan ada perhatian”, harapnya. (Trie)

SD NEGERI KARANGASEM 10 LAKUKAN PERUBAHAN DARI DALAM


Oleh :
Hj. Wiwik Sukistanti, S.Pd *)

Sejak tanggal 10 januari 2005 diberikan SK pelantikan kepala sekolah. Kami kebetulan ditempatkan di SD Negeri Karangasem 10 UPT Disdikpora Batang yang lokasinya di Jl. Yos Sudarso No. 41 Karangasem Selatan Batang. Saya mulai menjalankan tugas tersebut mulai tangal 11 februari 2005. Namun betapa terkejutnya saya setelah melihat kondisi SD Negeri Karangasem 10 yang lokasinya ditengah-tengah kota Batang, namun gedungnya sangat tidak layak untuk kegiatan pembelajaran, jelek, bobrok, kumuh dan setiap pagi ada pecahan-pecahan botol minuman keras. Dari sini saya mencoba merenungkan tindakan apa yang harus dilakukan untuk merubah performen SD Negeri Karangasem 10 yang telah saya amati dari luarnya saja.
Dalam batin saya, ingin sekali menjerit dan menangisi keadaan ini, tapi saya sadar, bahwa dengan hanya menangisi tidak akan merubah semuanya itu. Saya berfikir dan menganggap semua itu adalah tantangan dalam menjalankan tugas kedepan untuk merubah SD Negeri Karangasem 10 untuk menjadi lebih baik dan berprestasi.
Setelah saya beberapa hari menjalankan tugas di sekolah tersebut, saya mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM), administrasi, kedisiplinan guru dan kebiasaan yang ada di SD Negeri Karangasem 10. Betapa terkejutnya, ternyata SD Negeri Karangasem 10 yang berada dipertengahan kota, saat bel masuk guru masih menunggu siswa datang, bukan siswa menunggu bel. Ditambah dengan kondisi ekonomi siswa yang sangat minim dan tidak pernah mendapat perhatian dari orang tuanya, bahkan berangkat sekolah tidak pernah makan atau sarapan pagi dan dari cara berpakaian juga tidak terurus, hal ini karena orang tuanya sudah berangkat kerja sebagai buruh di industri pembuatan kerupuk. Bahkan untuk membeli buku saja tidak mampu. Kondisi ini bagi saya sangat menyedihkan.
Setelah saya mengamati KBM dikelas masing-masing, banyak siswa yang menggunakan 1 buku untuk beberapa mata pelajaran, juga ketika siswa berangkat dari rumah tidak sarapan, maka kondisi siswa lemah, sehingga guru banyak yang rela merogoh koceknya untuk membelikan sarapan.
Dan juga perlu diketahui, anak-anak menimba ilmu hanya dapat dari sekolah saja tanpa dukungan dari orang tua, sehingga guru maupun kepala sekolah mempunyai tugas dan beban yang sangat berat karena harus memandaikan siswanya, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari pihak keluarga.
Dari hal ini, guna mengejar ketertinggalan, yang saya utamakan adalah penanaman disiplin siswa dan guru. Mulai masuk jam 07.15 saya sudah berada di kelas-kelas untuk memasukkan siswa, mengisi kelas yang gurunya belum hadir untuk memberikan pelajaran, dan setiap hari Senin saya adakan upacara untuk pebinaan siswa dan rapat guru untuk pembinaan guru. Dari sinilah, siswa dan guru mulai ada perubahan, dan setelah ada perubahan, baru meningkat di lingkungan sekolah. Mengapa kami langsung ke lingkungan sekolah ?, karena setiap hari lingkungan sekolah dijadikan lalulintas penduduk sekitar, alasannya motong jalan, padahal dibelakang sekolah ada jalan umum, namun masyarakat lebih memilih melalui jalan sekolah sebagai lalu lintas, sehingga setiap hari kendaraan, becak, orang jalan hilir mudik melalui halaman sekolah dan mengganggu KBM. Maka langkah kami adalah menegur setiap kendaraan maupun pengguna jalan yang melewati jalan sekolah dengan alasan mengganggu KBM.
Ketika KBM dan disiplin lingkungan sudah berjalan, kami mengumpulkan orangtua siswa dan komite, selain berkenalan dan bersilahturahmi, juga kami mensosialisasikan pada orang tua siswa untuk ikut berperan dalam pendidikan apabila ingin anak dan sekolahannya berhasil. Maka orangtua dan komite merespon permasalahan sekolah kita. Baru setelah semuanya berjalan dengan baik tidak ada masalah maupun kendala, maka kami mulai berbenah dengan kondisi fisik dengan mengajukan berbagai macam proposal melalui rapat kerja di Desa Karangasem dan pendekatan dengan pemerintah kelurahan serta instansi terkait. Akhirnya pada tahun 2006, sekolah kami mendapat bantuan Blockgrant untuk 2 ruang dari APBD kabupaten Batang dan pada tahun 2007 kembali mendapat Blockgrant mebeler dan di tahun 2008 mendapat bantuan MoU APBD I sebanyak 4 ruang. Dan akhirnya, SD Negeri Karangasem 10 Batang yang dulunya adalah sekolah yang kumuh, kotor, bau dan sebagai ajang minuman keras sudah berakhir dan berubah menjadi sekolah yang bersih, sehat dan tertib.
Mengapa kami mengatakan tertib, karena semua jalan yang digunakan sudah kami tutup dengan pagar besi, tanah kosong yang digunakan warga sebagai tempat pengumpulan barang bekas sudah kami bangun untuk gedung. Alhasil, di SD Negeri Karangasem 10 untuk pelaksanaan rehab gedung 4 ruang yang kami kembangkan menjadi 5 ruang dan di tambah dengan pagar bumi, plester halaman, mengalami minus anggaran hingga mencapai kurang lebih 50 juta. Memang kami akui, itu melenceng dari ketentuan, namun karena kami sudah rapat dengan komite dan orang tua siswa untuk memperbaiki kondisi sekolah yang sudah terlalu parah dan kumuh, dan kamipun meminta persetujuan dari orang tua siswa.
Akhirnya, kekurangan sampai sekarang belum tertutup sepenuhnya, tetapi setiap tahun ajaran kami meminta sumbangan dari kelas 1 dan kelas 6, Alhamdulillah mereka juga mendukung program sekolah. Sampai saat ini apabila ada program yang menyangkut dana, orang tua sudah mulai sadar dan ikut berperan. Dalam setiap setengah semester pihak sekolah mengundang orang tua siswa untuk menyampaikan program dan melaporkan kemajuan siswanya, dan mereka sangat antusias sekali.
Demikianlah suka duka sekolah kami, sehingga kami sekarang sedang merintis unggulan akademik dan non akademik, semisal program kewirausahaan telur asin pada siswa, yang modal dan bahan dari siswa yang akan kami kembangkan dan sudah kami sosialisasikan ke orang tua. Kami berharap untuk kedepannya, SD Negeri Karangasem 10 akan mendapat pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat di sekitar sekolah, terbukti dengan meningkatnya jumlah siswanya walaupun hanya 13 %, namun peningkatan ini sangat berarti bagi kami.
Setelah kami membenahi dari dalam secara keseluruhan, kedepannya, kami juga akan melakukan pemenuhan-pemenuhan untuk saarasana dan prasarana serta merintis prestasi akademik. Dan perlu diketahui, setiap hari Jum’at kami melaksanakan senam bersama, pembinaan rohani, dan mengajarkan sopan santun serta pendalaman baca tulis Qur’an, kemudian sholat Duha bersama-sama yang kami rintis sejak semester 2 ini.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler juga sudah kami galakkan, seperti renang, tari serta Silat dan Alhamdulillah, untuk olahraga Silat, kami meraih urutan ke 5 di Popda tingkat kecamatan. Kami berharap, dari perubahan dan keberhasilan yang telah dicapai oleh sekolah agar didukung sepenuhnya oleh semua elemen, terutama masyarakat agar mendukung program-program sekolah, sehingga kedepannya, dengan terwujudnya sekolah yang sudah bagus dan maju, masyarakat juga akan menikmati hasilnya.

*) Kepala sekolah SD Negeri Karangasem 10 Batang

SD Negeri COKRO BLADO MERINTIS PRESTASI


SD Negeri Cokro UPT Disdikpora kecamatan Blado mulai merintis prestasi, setelah beberapa tahun terakhir vakum. Bahkan tercatat, untuk pencapaian prestasi pada Popda tingkat kecamatan tahun ini ada 7 piala yang di boyong, diantaranya KIDs atletik yang meraih piala di 5 cabang, juara II catur dan juara II tennis Meja. Hal ini seperti yang disampaikan Lasmiyanto, S.Pd selaku kepala sekolah kepada tim liputan Jurnal beberapa waktu lalu.
Lebih jauh dipaparkan pria kelahiran Boyolali, 20 April 1974 ini, bahwa hal ini merupakan hasil komitmen jajaran dewan guru yang sudah ditentukan dalam program kerjanya.
“Kiat-kiat kami untuk meningkatkan prestasi adalah menjunjung tinggi tanggungjawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Dalam hal ini, kami membagi tugas guru sesuai dengan bakat dan kemampuan guru itu sendiri, dan kami beri tanggungjawab untuk membina anak-anak sesuai dengan bakat yang mereka miliki”, jelasnya.
Dipaparkan Lasmiyanto yang memimpin sekolah ini sejak Oktober 2009 lalu ini, bahwa selain merintis prestasi, ada beberapa program yang sudah di agendakan oleh pihaknya, yang diantaranya persiapan menghadapi UASBN yang termasuk dalam program jangka pendek, serta beberapa program jangka menengah dan panjang.
“Untuk saat ini, program jangka pendek kami adalah melakukan persiapan menghadapi UASBN. Selama ini kita baru menyelesaikan RAPBS, persiapan merencanakan UAS Praktek, pembentukan panitia, dan memberikan les tambahan setelah jam pelajaran, serta melakukan konsolidasi dengan komite dan orang tua siswa”, katanya.
Selain program jangka pendek untuk mempersiapkan anak didik menghadapi UASBN, Mantan kepala sekolah SD Negeri Wates 03 UPT Disdikpora Wonotunggal ini menambahkan, pihaknya juga tengah melakukan pembenahan-pembenahan.
“Saat ini kami juga sedang membenahi administrasi-administrasi sekolah, administrasi kepala sekolah dan guru, karena sebelumnya kepala sekolah yang lama vakum karena sakit. Untuk program menengah dan panjang, kita akan merencanakan serta melakukan pembenahan dan pemenuhan sarana parasarana sekolah, karena dalam 3 tahun terakhir ini tidak ada aktifitas pembenahan sekolah”, paparnya.
Adapun program jangka panjang yang akan dilaksanakannya adalah merintis prestasi siswa, baik di bidang akademik yang dinilai paling utama, dan bisa menjuarai berbagai kejuaraan ditingkat kecamatan maupun di tingkat Kabupaten.
“Hal ini kami wujudkan guna melaksanakan visi sekolah untuk menuju pribadi yang beriman dan bertaqwa serta cerdas dan terampil. Kami berharap, ada didukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya, terutama kepada pemerintah untuk pemenuhan jumlah guru serta pembenahan sarana dan prasarana”, pungkasnya. (Trie)